Nilai Lu Chuwan di sekolah selalu bagus, ia juga memiliki wajah yang cantik dan suka tersenyum setiap saat. Hanya saja tatapan matanya yang tajam itu seolah menyembunyikan rasa tidak peduli dan sikapnya yang dingin.
Semua teman-temannya di kelas memberikan ucapan selamat kepada Lu Chuwan, termasuk juga Xu Tongtong. Namun ekspresi Lu Chuwan tampak datar, ia tidak menolak ataupun menerima ucapan Xu Tongtong.
Kemudian Xu Tongtong menggerakkan tangan Lu Chuwan sambil menunjuk pada postingan yang sedang panas di forum sekolah, lalu ia mengalihkan topik, "Wanwan, murid baru di sekolah kita ternyata adik sepupumu yang dari desa itu. Aku lihat Paman Keduamu demi bisa mendaftarkan dia ke sekolah ini, secara khusus menyumbangkan gedung laboratorium untuk sekolah ini, apa itu benar? Paman Keduamu terlalu memanjakannya!"
Saat mengatakan hal itu, nada bicara Xu Tongtong cukup tinggi, bahkan dari caranya bicara itu terdengar dengan jelas bahwa ia merasa iri.
SMA 1 adalah sekolah elit yang terkenal di kota Yucheng, dan biaya untuk sekolah di sana juga sangat mahal. Keluarga Lu telah menghabiskan banyak uang hanya untuk anak angkat, itu menunjukkan bahwa mereka memanglah keluarga kaya raya.
Ekspresi Lu Chuwan tampak sangat kaku, ia pun terdiam sejenak. Saat Xu Tongtong berkata seperti itu ia beberapa temannya yang lain seketika langsung menoleh untuk melihat Lu Chuwan. Kemudian Lu Chuwan pun berkata dengan sikapnya yang dingin, "Kalau tidak begitu, memangnya kenapa? Anak dari keluarga Lu tidak pernah masuk ke sekolah tingkat rendahan."
"...Ternyata demi reputasi, ya?" Xu Tongtong mengerutkan sudut mulut, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah layar ponselnya yang menampilkan sbuah unggahan milik forum sekolah.
Keluarga Lu telah melakukan amal selama bertahun-tahun. Mungkin itu hanya untuk membuat kesan yang baik di publik bahwa mereka mengadopsi anak dari desa.
Saat memikirkan hal ini, kecemburuan di hati Xu Tongtong kepada Fu Zhi semakin mendalam.
-
Fu Zhi tidak tahu bahwa ketika ia baru masuk ke sekolah ini, ia sudah menjadi trending topik di forum sekolah.
Saat ini, Fu Zhi sedang berdiri di luar pintu ketika di dalam kelas sedang berlangsung mata pelajaran matematika. Setelah Guru Liu menyerahkan Fu Zhi kepada Guru Ma, Guru Ma pun keluar dari kantor sambil tersenyum.
Guru Ma adalah seorang pria yang usianya sekitar empat puluhan. Rambutnya botak, ia sambil mengambil secangkir teh kurma di tangannya sembari bertanya, "Kamu Fu Zhi?"
Fu Zhi pun menganggukkan kepalanya. Gadis kecil itu berkulit putih bersih, wajahnya begitu cantik seperti boneka, dan dari penampilannya itu seolah menunjukkan bahwa ia memiliki kepribadian yang pendiam.
Tatapan mata Ma Mingquan tampak terkejut saat melihat ekspresi wajah gadis yang ada di depannya itu. Kemudian ia pun berkata dengan sangat terkejut, "Suatu kebetulan yang aneh, kamu mirip sepertiku!"
Fu Zhi pun langsung mendongakkan kepalanya dan tatapannya matanya tertuju pada wajah Ma Mingquan. Ia merasa tertegun sejenak.
Kemudian Fu Zhi sedikit mengerutkan keningnya. Sebelum ia bicara, tiba-tiba Ma Mingquan berkata padanya, "Hei, pemikiranmu yang lebih seperti itu!"
Fu Zhi hanya diam.
Fu Zhi menundukkan kepalanya dan menolak untuk berkomunikasi karena ia tidak ingin perasaannya bergejolak lagi. Namun Ma Mingquan justru sebaliknya, ia begitu bersemangat. Sambil mengajak Fu Zhi masuk ke kelas, ia pun bertanya lagi, "Bagaimana mungkin kita bisa memiliki kemiripan seperti ini?"
"Hanya rumor belaka." Jawab Fu Zhi.
Ma Mingquan menepuk-nepuk kepalanya, "Oh ya, aku ingat. Ini disebut sebagai takdir antara guru dan murid, kan?"
Lagi-lagi Fu Zhi hanya diam.
Karena citra halus dari seorang guru untuk murid ini, Ma Mingquan sangat perhatian dengan siswanya yang baru pindah, "Aku sudah membaca data dirimu, di sana tertulis kamu pindahan dari kota kecil, apa itu benar?"
"Iya."
"Apa benar Sebelumnya kamu bersekolah di SMA 3?"
"Iya."
Nada bicara Ma Mingquan sangat lembut, "Sumber daya pendidikan di kota kecil tidak dapat mengimbangi yang ada di kota besar, bukan?"
Ekspresi Ma Mingquan seperti seorang ayah yang sudah tua dan sangat menyayangi anaknya dengan sedikit ambisi, "Tapi tidak masalah, aku sudah melihat nilaimu. Dari 600 murid di sini, setidaknya kamu masih bisa stabil di peringkat 500 sekian. Itu tidak buruk, dan masih sangat menarik perhatian. Besok aku akan memberimu beberapa soal ujian, kamu belajar yang rajin, dengan begitu ujian di Qingda bukanlah masalah besar!"
Fu Zhi hanya diam dan bertanya-tanya dalam benaknya.
Ma Mingquan sepertinya sangat tertarik dengan Fu Zhi. Saat ini ia sedang terburu-buru untuk bersiap-siap ke kelas. Tidak lama kemudian bel pun berbunyi. Kini suasana di koridor lantai enam sangat ramai, di sana terlihat ada seorang anak perempuan yang membawa sapu sedang mengejar anak laki-laki.
Ma Mingquan tidak menyipitkan mata, ia mengulurkan tangan untuk melindungi Fu Zhi, "Yang namanya anak muda pasti selalu penuh semangat. Jika pada umumnya pada saat kelas matematika sedang berlangsung suasananya sangat tenang, tapi suasana yang seperti ini tidak akan membuatmu terkejut, kan?"
Fu Zhi menggelengkan kepalanya, "Tidak akan."
"Bagus kalau begitu. Sebenarnya, mereka semua adalah anak-anak yang baik."
Nada suara Ma Mingquan terdengar bangga, "Dan mereka semua mau mendengarkanku!"