Chereads / Ramuan Sang Pewaris / Chapter 19 - Halo

Chapter 19 - Halo

Ruang kelas 3-21 ada di pojok lantai enam dengan pencahayaan yang tidak terlalu bagus.

Bel sekolah sudah dari tadi berbunyi, namun tidak ada seorang pun di kelas yang belajar dengan baik dan suasana saat ini juga sangat berisik. Ada seorang anak laki-laki yang duduk di barisan belakang sedang memegang ponsel sambil berteriak, "Yufei! Aku sangat marah, cepat menyingkir, bahkan ayam saja bisa lebih cepat darimu!"

"Apa Ibumu yang membuatmu tidak berani melawan?"

"Kenapa tidak memukul, apa kamu sedang memasang peta ngarai?"

Langkah Fu Zhi terhenti sejenak.

Ma Mingquan pun menyadarinya, lalu ia tersenyum sambil memegang termos di tangannya, "Mereka bicara dialek kampung halamannya, tidak ada kebencian dalam kata-kata mereka!"

Fu Zhi lagi-lagi hanya diam.

Ma Mingquan melihat Fu Zhi seolah memberikan isyarat kepadanya untuk tetap tenang, kemudian Ma Mingquan pergi ke podium untuk membujuk anak-anak, "Kita mulai pelajaran, tolong semuanya tenang, ada yang ingin saya katakan!"

Meskipun Ma Mingquan berkata seperti itu di atas podium, namun tidak ada satu murid pun yang mendengarkannya.

Untungnya, Ma Mingquan adalah orang yang sabar, "Kelas kita kedatangan murid yang baru pindah dari sekolah lain. Ini murid barunya, kalian mengerti, kan? Itu berarti..."

Anak laki-laki yang ada di barisan belakang tiba-tiba melempar ponselnya di atas meja, "Yufei! Tidak bisakah kamu menggunakan otak seukuran buah kenari milikmu untuk memikirkan apa yang baru saja aku katakan? Apa aku harus menutup lubang otakmu?"

Ma Mingquan masih begitu bersemangat, ia berusaha untuk mengimbangi para murid yang sedang gaduh dan bahkan suara pada murid-muridnya itu lebih keras daripada suaranya, "Maksud saya, itu berarti di kelas kita sekarang jumlahnya menjadi 36 murid. Mari kita sambut kedatangan murid baru! Saya..."

Sejarah memang selalu berulang kemarahan selalu dibalas dengan kemarahan. Anak laki-laki yang di barisan belakang itu jelas-jelas sangat marah, "Ke mana otakmu? Apa otakmu memanjang sampai setinggi 1,8 meter?"

"..."

Ma Mingquan memandang ke arah Fu Zhi dengan canggung. Saat itu Fu Zhi menundukkan kepalanya dan menghindari pandangan Ma Mingquan yang menatapnya dengan kebaikan dan hati nuraninya.

Senyum palsu Ma Mingquan yang profesional pun mulai terlihat, "Baiklah, mari kita sambut murid baru dengan tepuk tangan!"

Kecuali dua tepukan tangan dari Ma Mingquan, murid-murid yang lainnya tidak ada yang memperhatikannya.

Pada saat ini, Fu Zhi yang berdiri di luar pintu pun baru bergerak. Ia membawa tas sekolahnya di satu tangan dan belum menerima seragam sekolahnya. Kakinya yang jenjang itu terlihat panjang dan kurus, ia pun melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam kelas.

Entah kenapa, kebisingan di dalam kelas seketika langsung berhenti. Akhirnya Ma Mingquan pun merasa lega.

Lihatlah!

Bukankah ucapanku masih memiliki kekuatan? Batin Ma Mingquan.

Semua suasana saat ini layaknya cuaca kembali menjadi cerah dan hujan telah berhenti. Ma Mingquan merasa bahwa ia telah melakukannya lagi dan tampak bangga, "Perkenalkan diri dulu!"

Pandangan para murid yang ada di dalam kelas tertuju pada Fu Zhi, "Namaku Fu Zhi. Aku sangat senang bisa sekelas dengan kalian." Fu Zhi berdiri dengan sopan di atas podium, lalu membungkukkan badannya untuk memberi hormat kepada teman-teman sekelasnya. Rambutnya yang terurai sedikit menutupi wajahnya yang putih saat ia membungkukkan badannya.

Saat membungkukkan badannya Kedua tangannya berada di dekat kakinya, dan tali tas sekolahnya yang putih itu tampak sedikit bergoyang. Sekarang kelopak matanya terkulai. Ia terlihat menggemaskan dan penurut seperti anak SD.

Cahaya dari jendela dibiaskan melalui kaca. Tubuh Fu Zhi yang tinggi dan tegak itu dibalut dengan seragam yang pas dan juga rambut dikepang dua yang memperlihatkan leher jenjangnya yang putih, rambut kepangan itu terlihat bergelombang.

Suasana di ruang kelas 3-21 kini menjadi sunyi, bahkan suara napas menjadi lebih ringan.

"Ehmm… sudah tidak ada yang ingin disampaikan lagi?"

Ma Mingquan melihat ke arah Fu Zhi sambil mengedipkan matanya.

Fu Zhi berpikir sejenak, kemudian ia berkata lagi dengan lembut, "Halo."

Beberapa detik kemudian, entah siapa yang tertawa terlebih dahulu, kemudian dengan suaranya yang lembut ia berkata, "Halo, teman kecil..."

Ma Mingquan menunjuk ke arah kursi kosong sembari berkata, "Kamu duduk di sebelah Su Qing, jika tidak ada yang kamu mengerti, kamu bisa bertanya padanya."

Gadis yang dipanggil itu tertegun sejenak, dan langsung menundukkan kepalanya saat tersadar. Ketika Fu Zhi sampai di sebelahnya, gadis itu tetap tidak berani menatap Fu Zhi.