Sebelum melakukan percobaan yang lain, aku merasa Sepertinya semuanya tidak akan pernah berkesudahan. Dimana aku selalu berpikir bahwa sebenarnya tidak benar jika aku menolak ataupun tidak ingin berpartisipasi dengan percobaan yang telah di lakukan cukup panjang sampai saat ini. Saat ini aku mengalami sebuah pergulatan batin di dalam hidup ku. Dimana saat ini aku seperti di andalkan oleh segelintiran orang yang seolah-olah memaksa ku untuk melakukan sesuatu yang beratasnamakan penyelamatan negara.
Aku tahu, aku sendiri yang memang bersedia pada akhirnya, namun entah mengapa aku merasa bahwa tanggung jawab ku begitu besar yang harus aku pikul sendiri. Aku merasa bersyukur memiliki sebuah kelebihan yang tidak di miliki oleh siapa pun di dunia ini. Namun entah mengapa terkadang aku sangat berat untuk mengemban nya sendiri.
" Demi penyelamatan dunia. " begitulah mereka selalu mengatakan nya di depan ku. Namun entah mengapa semakin kesini aku merasa hal itu menjadi seperti sebuah beban. Dimana aku harus selalu menjadi yang mereka inginkan dan harapkan. Bukan berarti aku akan menghindari tanggung jawab yang sudah di berikan kepada ku, hanya saja di usia ku yang saat ini aku merasa tanggung jawab yang di berikan terasa sangat membebaniku.
Seorang wanita yang bernama Juni, berpikir bahwa suatu saat aku akan mencapai apa yang sudah di harapkan kepada ku. Dia pun menjadi salah satu orang yang harus ku lindungi juga. Perkataan nya seolah memberikan energy tambahan di dalam diriku sehingga aku bisa melewati kesulitan apapun yang ada di hadapanku. Benar, dia adalah kekasih hati ku.
Saat aku pergi ke garasi yang ada di markas, aku melihat beberapa mobil dan juga motor yang biasa di gunakan para tentara. Mobil dan motor itu terlihat sangat gagah sehingga membuat ku terpukau serta terpesona. Padahal aku sering menjumpai nya sewaku aku berada di asrama namun entah mengapa saat itu tampak sangat berbeda, seperti sudah banyak yang di modifikasi tiap bagian-bagiannya.
Aku pikir mungkin aku terlihat seperti anak-anak yang melihat sebuah toko yang penuh dengan main, aku tak henti-hentinya berkata "Wow" pada saat di depan kendaraan tersebut.
Apakah mobil ini yang akan aku bawa? Apakah jalan nya sangat kencang? Fitur apa saja yang ada di dalam mobil tersebut? Begitulah kiranya yang ada di dalam benak ku saat itu. Aku sangat tidak sabar untuk mencoba mobil tersebut. Aku pernah mengendarai nya namun yang ku lihat saat ini tampak berbeda.
Kemudian aku menghampiri salah satu anggota yang berjaga di garasi tersebut dan meminjam sebuah kunci mobil. Saat aku hendak menaiki sebuah mobil, tiba-tiba aku melihat hal yang lebih membuatku tertarik untuk mencoba mengendarai nya. Yaitu sebuah truk peluncur roket yang bernama Multiple Launcher Rocket System (MLRS) Astros II MK 6 AV-LMU.
Senjata ini berbentuk seperti sebuah truk dan mampu meluncurkan 32 roket dalam waktu enam detik. Dengan daya ledak hampir hampir dua hektare, Astros dinilai mampu melumpuhkan basis pertahanan musuh hanya dalam enam detik saja dan biasa di kendarai oleh anggota TNI AD.
Dalam pengoperasiannya, Astros II MK6 beroperasi dengan kendaraan truk 6X6 (AV-LMU) yang dapat melaju hingga 110 kilometer per jam dan mempunyai jarak jelajah hingga 600 kilometer. Dengan kata lain, Astros II MK6 memiliki mobilitas tinggi, selain dapat bergerak sendiri, karena juga dapat diangkut dengan pesawat Hercules C-130 TNI AU. Roket Astros II memiliki multikaliber, dari jenis SS-09 (kal 70), SS-30 (kal 127 mm), SS-40 (kal 180 mm), SS-60 dan 80 (kal 300 mm), SS-150 (kal 450 mm), serta seri Astros TM-300 (kal 450 mm).
Sementara itu, Astros II memiliki Fire Control Unit (AV-UCF) sebagai pengendali dan pengontrol terhadap masing-masing baterai saat penembakan. Selain itu, juga dilengkapi dengan fire control computer, trajectography radar, digital radio, dan back up lainnya. Keunggulan lain dari Astros II MK6 adalah amunisi dilengkapi dengan hulu ledak submunisi (copper cone) yang mampu menembus baja dengan ketebalan hingga 20 sentimeter. Sehingga, hal itu mampu menghancurkan kendaraan lapis baja (tank) jenis apa pun.
Kelebihan roket Astros II yang dirancang di atas truk 6X6 (AV-LMU) menjadikan roket ini digolongkan sebagai roket gerak sendiri. Saat ini, tren MLRS lebih ke arah sistem peluncur modular, di mana pengisian ulang amunisi dilakukan bersamaan dengan tabung peluncurnya. Caranya dengan mengganti tabung peluncur yang telah kosong dengan tabung peluncur baru yang sudah diisi amunisi. begitulah yang ku tahu tentang salah satu alutsista (Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia) yang di miliki oleh negara ku ini.
Aku pun kembali menemui anggota yang berjaga saat itu dan menukar kunci mobil ku dengan truk tersebut. Aku merasa beruntung bisa mencoba mengendarai nya.
" Permisi, bolehkan aku mengendarai truk peluncur roket itu? " tanya ku kepada seorang anggota yang berjaga.
" Bukankah kau hanya akan mengendarai mobil saja? Aku di beritahu kapten Santoso bahwa kau hanya akan mencoba mobil saja untuk percobaan nanti. " jelas anggota tersebut.
" Memang seperti itu, tapi aku ingin sekali mencoba mengendarai truk itu. Bolehkah aku mencoba nya sebentaaar saja. " kata ku lagi yang mulai memohon.
Raut wajah anggota itu terlihat seperti merasa kasihan kepada ku namun dia harus tetap tegas sesuai dengan apa yang di perintahkan kepadanya.
" Tidak Letnan! Maafkan aku. " kata Anggota itu lagi dengan tegas.
" Hmh, baiklah. " jawab ku dengan rasa penuh kekecewaan.
Ternyata sangat ketat peraturan di markas itu sehingga aku tidak bisa meskipun telah memohon dan merendahkan sedikit harga diriku saat itu. Aku pun merasa kecewa karena tidak bisa mencobanya. Akan tetapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku pun bergegas menghampiri kapten Santoso untuk memohon kepadanya agar dia mengizinkan ku mengendari truk peluncur roket tersebut.
Saat aku dalam perjalanan menemui kapten Santoso, aku berpapasan dengan Juni. Dia bertanya kepada ku kemana aku akan pergi saat itu, aku pun menjawab bahwa aku akan menemui kapten Santoso dan meminta nya mengizinkan ku untuk mengendari truk peluncur roket. Namun Juni melarang ku karena hal itu terlihat konyol baginya.
" Mengapa kau melarang ku? " tanya ku kepada Juni.
" Kau belum punya kartu surat izin mengemudi (SIM) untuk jenis truk itu. Hanya seseorang yang berlisensi khusus yang boleh mengendarai nya. " jelas Juni kepada ku.
Aku pun langsung menunjukkan kepada Juni beberapa surat izin mengemudi yang ku miliki. Juni tertawa kecil melihatnya.
" Mengapa kau tertawa? " Tanya ku dengan sedikit tersinggung.
" Itu hanya yang kartu SIM pada umumnya. Aku akan menunjukkan nya kepada mu nanti kartu seperti apa. " jawab Juni.
Dalam hati aku mulai menggerutu dengan kesal. Aku tidak menyangka, ku pikir hanya aku yang memiliki kartu SIM paling lengkap di markas ternyata masih ada yang belum aku miliki. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Haruskah aku membuatnya lebih dulu? Apakah aku harus melapor kepada bagian administrasi? Argh, memusingkan saja.
Aku pun akhirnya mengundurkan diriku untuk menemui kapten Santoso. Ku pikir mungkin akan sia-sia jika aku berbicara dengan kapten seperti yang di katakana Juni sebelumnya. Aku kembali ke garasi markas yang terletak di lantai atas markas. Aku hanya bisa memandangi truk itu saja dan hanya bisa menyentuh sambal mengaguminya saja.
Hmh, kapan aku bisa mengendarainya? Aku sangat ingin mengendarai truk ini. Haruskah aku merengek pada kapten agar di perbolehkan mengendarainya? Ku pikir system kerjanya sama saja seperti aku memabwa sebuah truk atau bus biasa. Aku bisa melihat kendali kemudinya itu dan ku pikir bisa mengendarainya. Kata ku yang mulai berbicara sendiri sambil menatap truk peluncur roket itu.
Tidak bisa! Sepertinya aku tidak bisa aku menahan nya seperti ini! Aku harus berbicara kepada kapten Santoso! Kata ku dan bergegas pergi menemui kapten Santoso di ruangan nya.