Chereads / Black Hole Cavalry / Chapter 30 - Keraguan dan Ketakutan

Chapter 30 - Keraguan dan Ketakutan

Aku merasa ragu apakah aku harus menanyakan kepada kapten Santoso mengenai keinginanku untuk mengendarai truk peluncur roket itu atau tidak. aku begitu sangat menginginkannya. aku sama sekali belum pernah mengendarainya meskipun aku juga seorang tentara.

Lalu aku mencoba bertanya lebih dulu apakah mungkin nantinya truk itu juga akan di masukkan kedalam percobaan melintasi lubang hitam atau tidak. ketika aku bertanya, kapten tidak langsung menjawabnya. dia terdiam sembari berpikir. ku pikir sepertinya kapten akan menjawab tidak.

Namun nyatanya dia berkata bahwa truk itu suatu saat akan ikut ke dalam percobaan juga. aku pun merasa lega sekaligus senang. karena dengan begitu aku berkesempatan untuk mendapatkan surat izin mengemudi nya.

" Karena seperti itu, bolehkah aku mencoba mengendarainya lebih dulu kapten? " tanya ku dengan sedikit keraguan.

" Apakah kau bisa mengendarainya? jika tidak, aku tidak akan membiarkan mu mengendarainya. kau bisa berlatih lebih dulu lewat simulasi. " jawab kapten Santoso.

" Tentu saja bisa, jika sistem nya sama seperti mengendarai truk biasa. " sahut ku.

" Sudahlah, nanti saja. sebaiknya kau berlatih lewat simulasi lebih dulu dan bersiap untuk percobaan selanjutnya. " pesan kapten kepadaku.

" Baiklah. kalau begitu aku pamit. " ucap ku lagi dengan wajah sedikit murung.

Kapten Santoso saat itu hanya tersenyum saja melihat diriku yang tampak kecewa. ku pikir memang ini dia lakukan untuk kebaikan diriku juga. namun aku tidak menyangka bahwa secara tidak langsung dia belum memperbolehkan ku untuk mengendarainya.

Aku kembali berlatih. aku mulai mengasah kemampuan otot-otot yang ku miliki saat ini. kali ini aku harus bisa lebih bergerak dengan cepat dan harus lebih waspada lagi. setelah mengingat kejadian sebelumnya, saat itu aku merasa bahwa diriku terlalu terfokus hanya di satu titik saja. padahal seharusnya aku harus tetap siaga karena bisa saja aku mengalami hal yang serupa seperti Letnan Kim.

Saat aku berada di pusat kebugaran, aku melihat Juni yang lewat di depan pintu. ku pikir saat itu kedua mata kami saling bertemu. dia yang ku pikir akan menghampiriku ternyata melewati ku begitu saja dan membuang pandangan dari ku seperti orang yang acuh tak acuh. apakah dia marah kepada ku? itulah yang ada di benak ku pada saat itu.

Aku bergegas menuju pintu untuk mengejar kemana Juni pergi. namun sayangnya dia sudah tidak terlihat lagi. ada apa dengan Juni? apakah dia sedang kesal dengan sesuatu? mengapa dia memandang ku seperti seolah membenciku? ucap ku bertanya-tanya sendiri.

Aku sudah tidak ingin tahu lagi. ku pikir saat ini bukan saatnya memikirkan hal itu. saat ini aku harus bisa membawa mobil masuk bersama ku melalui lubang hitam. apapun yang terjadi hal itu harus terjadi. karena jika tidak, kemungkinan aku tidak akan pernah bisa mengendari truk yang ku inginkan.

Kapten Santoso saat ini sedang berpikir apakah mungkin Jopardi bisa membawa mobil melintas bersamanya. setelah dia berpikir secara ilmiah kemungkinan bisanya hanya sekitar 20%. karena mereka belum pernah membawa benda yang sangat berat. selain itu, kapten Santoso juga di pusingkan dengan alat apa lagi yang harus dibawa oleh Jopardi untuk menyelamatkan nya dari bahaya ketika dia sedang berada di masa depan.

Kapten pun pergi ke ruang pengembang dan peneliti. dimana dia meminta untuk segera di siapkan alat yang bisa memantau pergerakan Jopardi ketika dia di masa depan. lalu kapten juga meminta untuk di buatkan alat yang bisa membuat Jopardi mengontrol kapan dia harus kembali dan pergi tanpa harus membunuh dirinya sendiri.

Sohee yang saat itu menjadi kepala pengembang, berkata kepada kapten Santoso bahwa dia akan menciptakan sebuah alat untuk bisa berkomunikasi dengan Jopardi meskipun dia sedang melintas di masa depan. Kapten cukup senang mendengarnya.

" Sohee, bisakah kau mempercepat prosesnya? aku begitu khawatir kepada Letnan Jo, aku takut dia akan menjadi seperti Letnan Kim. " ucap kapten Santoso.

" Tenang saja kapten, aku akan segera menyelesaikan nya. saat ini sudah memasuki sekitar 70% pengerjaan. " jawab Sohee.

" Terimakasih. kalau begitu saya permisi. " kata kapten Santoso sambil meninggalkan Sohee.

Kapten Santoso kemudian kembali ke ruangan nya karena dia hendak mengambil laporan nya dan memberikannya kepada Jenderal. dia pun juga membawa laporan untuk percobaan berikutnya, dimana dia akan mencoba untuk membawa sebuah mobil bersama dengan Jopardi.

Setelah berdiskusi cukup panjang dengan Jenderal, kapten Santoso segera kembali ke ruangan nya. dia mulai memeriksa kembali apa yang harus dia lakukan saat melakukan percobaan selanjutnya. kali ini dia akan menyuruh Jopardi untuk membawa sedikit perbekalan makanan. karena dia pikir jika percobaan kali ini berhasil juga, dia akan menyuruh Jopardi untuk mengelilingi masa depan dengan mobil yang dia kendarai saat itu.

Sudah waktunya aku beristirahat karena hari sudah malam. aku yang saat itu sudah berada di kamar, merasa bingung mengapa Juni belum juga kembali ke kamar. aku pikir sepertinya ada yang aneh dengan Juni. aku mencoba menunggunya.

pada saat jam menunjukkan pukul 11.00 malam, aku melihat Juni datang. namun wajahnya terlihat seperti kelelahan dan juga kesal. aku tidak memiliki keberanian untuk menegurnya. Juni bahkan melewati ku begitu saja tanpa menyapa ataupun melihat ke arah ku.

Aku semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi kepada Juni? apakah dia sedang mengalami kesulitan? jika memang seperti itu, mengapa dia tidak menceritakan nya saja kepada ku? pikir ku saat itu. aku melihat Juni yang langsun pergi ke tempat tidur nya dan memakai selimut hingga menutupi kepala nya.

Aku tahu Juni pasti sangat lelah saat ini. dia selalu mengurusku dengan sangat baik. bahkan dia sangat membantu ku ketika aku sedang dalam kadaan kritis. namun melihatnya mengambil sebuah senjata dan terlihat lusuh dan murung membuat ku merasa kasihan kepadanya.

Aku berpikir apakah mungkin Juni masuk kedalam organisasi Cavalry ini karena sebuah keterpaksaan atau kah memang sebuah keharusan? aku pikir mereka akan memilih orang-orang terbaik. bagiku Juni cukup baik. namun setelah melihat Juni yang tampak seolah-olah jengah membuat ku berpikir bahwa pekerjaan ini begitu melelahkan untuknya.

Aku pun mengurungkan niat ku untuk menyapa nya saat itu dan kembali tidur. karena perjalanan ku esok akan terasa panjang dan melelahkan. aku ingin percobaan ku besok berhasil agar nantinya aku bisa membawa truk peluncur roket yang aku idam-idamkan selama ini.

Sementara itu, Juni merasa bahwa sepertinya Jopardi mengetahui perubahan yang terjadi di dalam dirinya. namun dia tidak ingin membuat pikiran Jopardi terganggu sehingga dia memilih untuk diam saja dan tidak menceritakan nya kepada Jopardi apa yang dia sedang alami.