Chereads / Black Hole Cavalry / Chapter 29 - Kebenaran Tentang Kim Bum

Chapter 29 - Kebenaran Tentang Kim Bum

Saat aku hendak menghampiri ruangan kapten Santoso, aku mendengar kapten yang saat itu sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya. Aku pun tidak sengaja mendengar bahwa saat itu kapten sedang membicarakan tentang letnan Kim Bum. Aku menghentikan langkah ku sejenak dan mencoba mendengarkan.

" Kita tidak bisa membahas tentang Letnan Kim lagi. Ku kira dia mungkin sudah tidak bisa di selamatkan. Kita harus focus dengan tujuan kita untuk menyelamatkan negara ini. " ucap kapten Santoso yang berbicara di telepon.

Apakah mungkin dia sedang membicarakan Letnan Kim? Haruskah aku mendengarkan nya lebih jauh lagi? Sejujurnya aku merasa penasaran tentang letnan Kim yang sempat ku temui sebelumnya. Lagi pula keluarga nya sempat berpesan kepada ku dan meminta padaku untuk menemukannya.

Akhirnya aku mencoba mendengar pembicaraan yang di lakukan kapten Santoso hingga selesai. Aku menyadarai saat itu bahwa tidak ada lagi yang mencari Letnan Kim lagi, bahkan dia sudah di hapus dari radar sehingga tidak ada lagi yang akan mengetahui keberadaan nya lagi. Aku sangat terkejut dan memutuskan untuk kembali saja ke ruangan ku.

Aku tidak menyangka bahwa mereka akan melupakan nya begitu saja. Bagaimana mungkin bisa seperti itu? Setelah tidak berguna mereka akan membuangnya begitu saja? Beginikah cara organisasi ini bekerja? Jika aku sudah tidak berguna, apakah aku juga akan di tinggalkan seperti itu? Aku pun bertanya-tanya sendiri dalam diriku.

Aku sangat terkejut bahwa Letnan Kim yang sama seperti ku bisa melintasi ruang dan waktu setelah dia tidak bisa kembali lagi tidak ada satupun yang mencari nya. Apakah aku akan berakhir sama seperti dirinya? Aku kemudian mencoba mencari Juni dan bertanya dengan nya.

Aku pergi ke ruang control karena ku pikir Juni berada di sana. Namun setelah aku mendatangi tempat tersebut tidak ada siapapun disana. Dimana Juni sebenarnya? Apakah dia sedang beristirahat di kamar? Aku mencoba berpikir sambil melihat jam tangan ku. Ternyata memang sudah waktunya makan siang. Ku pikir mungkin Juni berada di kamar, aku pun segera pergi ke kamar untuk mencari nya.

Ternyata Juni tidak juga ada di kamar, saat aku mengecek di kantin pun dia tidak ada. Kemana Juni sebenarnya? Dan apa yang sedang dia lakukan sekarang? Apakah mungkin dia ada di ruang kendali, tapi dia tidak ada wewenang berada di sana, bahkan percobaan pun belum di mulai. Kemana aku harus mencari Juni? Kata ku lagi sambil mengeluh dengan kesal.

Kemudian aku mencoba mengelilingi markas untuk mencari keberadaan Juni, namun aku tidak menemui nya dimana pun. Aku mulai merasa resah karena tidak kunjung menemukan Juni. Pada Saat aku hendak berjalan di koridor menuju ruang persediaan, aku melihat Juni yang baru saja keluar dari ruangan persenjataan. Aku melihat Juni yang keluar sambil mengantongi sebuah pistol. Ku pikir mungkin saja saat itu dia sedang di perintahkan oleh kapten. Namun dari raut wajahnya berkata lain.

Aku pun mencoba mendatangi nya dan bertanya apa yang dia lakukan saat itu. Juni mulai menjawab ku dengan gugup serta tutur bicaranya terdengar sedikit terbata-bata dan ketakutan. Aku merasa bahwa dia Sepertinya sedang mengalami sesuatu yang membuat dirinya merasa takut. Akan tetapi aku mencoba untuk tidak bertanya soal senjata kepadanya.

" Juni? " sapa ku kepada Juni.

" Ah, H-Hai. " jawab Juni terkejut.

" Apa yang sedang kau lakukan di depan ruang senjata? Aku mencari mu kemana-mana. Ku pikir kau sedang berada di pusat control. " kata ku kepada Juni.

" A-Aku .. ng .. " kata Juni lagi yang terlihat ragu menjelaskan.

" Ada apa? " Tanya ku lagi dengan penasaran.

" Ya, kapten meminta ku untuk mengambil sesuatu di ruang ini. " jawab Juni. " aku harus pergi sekarang, sampai jumpa. " kata Juni lagi yang tergesa-gesa meninggalkan Jopardi.

Saat itu aku semakin mencurigainya. Aku tidak ingin seperti ini namun aku merasa bahwa ada sesuatu yang sedang di sembunyikan Juni dari ku. Apakah mungkin dia saat ini dalam keadaan terancam? Aku harus mengikutinya sekarang. Kata ku sambil mencoba mengejar Juni dan mengikutinya.

Saat itu aku melihat Juni yang masuk ke ruangan kerjanya. Dia pun terlihat menatap dengan tatapan yang kosong sambil duduk di kursinya. Saat itu aku berpikir untuk tidak terlalu terburu-buru bertanya kepadanya karena ku lihat Sepertinya dia pun terlihat sangat terkejut dengan apa yang dia lakukan pada saat itu.

Aku memutuskan untuk tidak meneruskan pengintaian ku kepada Juni. Aku mencoba untuk mempercayai Juni saat itu. Ku pikir inilah salah satu cara agar tidak merusak hubungan ku dengan nya. Aku pun akhirnya kembali ke ruangan kapten Santoso. Aku hendak menanyakan kembali perihal Letnan Kim. Aku merasa bahwa Letnan Kim Sepertinya masih hidup dan sedang menjelajahi masa depan.

Tapi, bagaimana mungkin dia tidak bisa kembali lagi? Kira-kira apa yang membuat dia tidak bisa kembali lagi? Bukankah semua cara nya sama seperti yang ku lakukan? Bukankah sangat susah untuk dating di bandingkan kembali? Pikiran ku di penuhi dengan pertanyaan mengenai Letnan Kim saat ini. Saat aku sudah di depan ruangan kapten Santoso, aku mulai mengetuk pintunya. Beliau meminta ku untuk langsung masuk saja.

Saat aku masuk, aku melihat kapten yang terlihat sangat depresi saat itu. Aku pun merasa bersalah jika aku mendesaknya dan bertanya mengenai Letnan Kim. Akhirnya aku hanya sekedar menyapa nya saja dan membahas tentang percobaan selanjutnya.

Saat itu aku melihat kapten Santoso yang tidak seperti biasanya. Dia terlihat cemas, panik, dan juga dilemma. Aku pikir mungkin saja dia meragukan percobaan selanjutnya. Dimana saat itu dia memang mengusulkan untuk membawa sebuah kendaraan melintasi lubang waktu. Aku kemudian memberikans sebuah saran kepada kapten bahwa kita harus menunda untuk membawa kendaraan melintasi lubang hitam.

" Kapten, bagaimana jika kita menunda terlebih dahulu untuk mengirim kendaraan bersama dengan ku? Apakah tidak bisa kita membawa senjata lebih banyak dulu dan menyebarnya dimana-mana untuk bekal nantinya saat perang di mulai? " kata ku kepada kapten Santoso.

" Tidak bisa, kita harus segera melakukan percobaan yang lain. Kita tidak bisa membuang-buang waktu seperti itu. " jawab kapten dengan tegas.

" Baiklah. Aku hanya berpikir bahwa Sepertinya kau terlalu cemas mengenai percobaan yang berikutnya sehingga aku menyarankan seperti itu. " jelasku.

" Ya, akhir-akhir ini aku merasa cukup stress saja. Aku akan mencari cara agar percobaan selanjutnya berhasil. Kau tidak perlu khawatir. " kata kapten Santoso lagi.

" Baiklah kapten. " sahut ku.

" Oh, ya. Bagaimana dengan kendaraan nya? Apakah kau sudah mencoba nya? Apakah mereka berfungsi dengan baik? " Tanya kapten Santoso.

" Ah, ya tentu saja mereka baik. Tapi kapten- " kata ku lagi dengan sedikit keraguan.

" Ya, ada apa? Katakana lah. " ucap kapten lagi.

Saat itu aku sangat berdebar-debar untuk mengatakan bahwa aku ingin mengendarai truk peluncur roket. Haruskah ku tanyakan atau tidak? Haruskah aku melawan perkataan Juni sebelumnya kepadaku? Aku merasa sedikit ada keraguan dalam hatiku. Namun aku merasa bahwa aku harus mengatakannya kepada kapten agar aku tidak merasa penasaran.