Meskipun sudah memakai sweater rajut yang lumayan tebal, baik Raja dan Aurora tetap saja kedinginan. Namanya aja anak kota, pasti tahulah perbedaan cuaca.
"Payah," cela Silla, putri bungsu om Wisnu yang hanya mengenakan baju tidur tanpa lengan.
Usianya baru kelas dua SD, imut, hiperaktif dan suka banget jailin orang termasuk Ratu. Mumpung sekarang ada target baru kan?
Wisnu dan Susan hanya tertawa, sesekali melihat apa saja yang dibuat oleh keponakannya dan putra sulungnya, Rama.
Dulu sekali, Wisnu pernah mengajak Anggita untuk tinggal di sini, tapi sayangnya wanita yang pernah disakiti oleh pria itu tak mau hidup dengan bergantung pada orang lain meksipun masih kerabat dekat. Memilih merantau ke Jakarta, karena di sanalah tempat kelahiran putrinya. Meskipun sekarang mereka hanya tinggal berdua.
Suaminya entah minggat ke mana, mungkin lebih memilih keluarga pilihan mertuanya ketimbang Anggita yang hanya wanita desa.
Maka sekarang, ia menekankan Raja untuk tidak menyakiti Ratu sedikit pun. Karena semisal itu terjadi, sama saja dengan menjerumuskan putrinya ke jurang yang sama juga.
"Anak muda jaman sekarang emang canggih ya? Dulu, bakar-bakar daging ya pake arang, terus gantian. Sekarang udah modern, tinggal panggang doang sambil di kipasin udah mateng aja, tapi ya tetap enak yang pake areng, manual selalu di depan."
Tapi baik Anggita dan Susan tak masalah. Apalagi hanya tinggal makan saja.
Beda dengan anak-anak yang sibuk memanggang, Ratu ikut sibuk memberi bumbu auce-an. Rama yang sejak tadi selalu stay di kamar mendadak muncul dan ikut membantu.
Alasannya hanya satu, ia memang lama naksir dengan Ratu, saudara sepupu dekatnya. Dari dulu perasaannya tak pernah berubah, sayang sekali ia yakin keluarganya tak akan setuju lantaran Ratu sudah dianggap seperti anak sendiri.
Ya, begitulah. Dan sialnya, tingkah laku Rama terbaca oleh Raja, mungkin karena sesama pria. Akhirnya mereka sangat mudah menebak perasaan seseorang.
"Udah berapa lama kenal Ratu?" kepo Rama.
Mengetahui fakta bahwa pria yang dibawa Ratu adalah teman pria yang paling dekat, itu tandanya hubungan Raja dan Ratu bukan ssekedar teman dekat biasa. Ya iyalah, udah jadian, balikan dan sekarang jadi kesayangan.
"Lebih dari yang lu tahu sih, why?"
"Gak apa-apa, gue saranin lu jangan sakitin dia. Terlalu banyak pria yang nyakitin dia sampai-sampai trauma."
"Oke, lagian gue gak bermaksud dateng cuma buat nyakitin. Lu sendiri udah lama kan nyimpen rasa buat dia?"
Tangan Rama terhenti dari aktivitasnya, karena ia tak ingin siapa pun tahu tentang perasaannya. Bagaimanapun juga, ia rasa Raja dirasa kurang layak menjadi pendamping sepupunya.
Dan Rama merasa dirinya saja yang patut dihargai sebagai pasangan karena paling tahu keadaan dan hidup Ratu.
Terlepas dari trauma karena ditinggal pergi papanya, tapi Ratu bisa membuktikan kalau sekarang hidupnya sangat berharga jika hanya menangisi kepergianmu seseorang.
Aurora tahu gelagat antara dua pria yang serius, apa yang sedang kakaknya bicarakan? Apalagi jarang-jarang Raja akrab dengan orang baru? Apa hanya sebagai sapaan untuk tuan rumah?
"Kak Ratu, aku mau yang paling pedas dong," ungkapnya.
Ratu membalikkan lagi daging irisan tipis-tipis yang hampir matang, lalu mengambil selada dan mencampurkannya. Sudah seperti ala-ala auce-an Korea.
"Tapi perutmu gak lemah kayak Raja kan?"
"Enggak dong, aku tuh pecinta seblak fenomenal. Masa cuma gini doang langsung lemes sih, malu-maluin anak seblak aja."
Tanpa basa-basi lagi, Aurora langsung memakan selada dengan daging dan saus pedas ke mulutnya. Enak, gurih, persis seperti rasa khas masakan tante Anggita.
Ia tanpa sadar memakan yang tadi sudah matang. Tapi sadar diri juga untuk membaginya kepada yang lainnya.
"Kamu makan apa?"
"Aphhha?"
"Heh, ditelen dulu baru jawab. Entar keselek baru tahu rasa."
Ratu tersenyum melihat interaksi antara Raja dan Aurora, meksipun terlihat menyebalkan tapi mereka saling sayang. Keras di luar tapi lembut di dalam.
"Mau ke homestay jam berapa?"
"Belum tahu, nurut sama mama aja sih. Kenapa? Gak kuat dingin ya?
" Iseng nanya aja sih, aku mau dong yang dimakan Aurora," rengek Raja seperti anak kecil saja.
"Kak Ratu juga mau makan juga kali, kamu dong kalau sayang bantuin dia," tutur Aurora.
Benar juga, jangan sampai si Rama ngambil langkah ke depan dan tak peduli adanya Raja sebagai gebetan Ratu.
Raja langsung mengambil alih pekerjaan Ratu, mengolesi dengan bumbu kacang, kecap, saus dan lainnya. Membagi-bagikan apa saja yang terlihat mengenyangkan.
***
Setelah sampai di homestay, Ratu belum masuk juga. Karena apa? Karena Rama dengan pedenya mengajak haha hihi di teras depan.
"Ratu, pakai jaket. Takut kamu kedinginan," Rama memakaikan jaketnya, dengan tatapan memindai. Berusaha memperlihatkan betapa perhatiannya dia.
Sedangkan Raja sejak tadi stand by di dekat jendela kamar Aurora, membuat kesal adiknya lantaran masih menyalakan lampu. Jujur, Aurora sangat ngantuk dan ingin istirahat sekarang.
"Oh, jadi itu alasan tadi kamu bicara sama kak Rama?"
"Sejak kapan dia jadi kakak kamu? Inget, aku kakak kandung kamu, Ra, bukan dia!"
"Haha, terserah deh. Orang kalau lagi jealous emang nyebelin banget ya!"
Aurora segera menutup wajahnya dengan selimut, bodo amat dengan adanya Raja di kamar peristirahatannya.
Dan sejam kemudian, Aurora yang sudah tidur kaget karena tiba-tiba saja Ratu sudah ada di sampingnya.
Aurora memang selalu gampang tertidur pun gampang terbangun. Melirik jam berapa sekarang, ah baru memejam satu jam, masih jam 2 sekarang.
"Maaf bangunin kamu ya, tadi aku nemenin kakak kamu, manja banget dia."
"Bukan manja, Kak. Tapi cemburu sama kak Rama."
"Hah? Rama? Buat apa? Kan aku saudaraan sama dia."
"Cowok kan emang gitu, apa-apa dijadiin masalah. Tahu deh, aku ngantuk banget tahu."
Yang jelas, Ratu baru tahu kalau sekarang Raja sangat cemburuan. Lucu sekali, karena baginya hubungannya dengan Rama hanya sebatas sepersepupuan. Tak lebih dan tak kurang.
Karena penasaran, akhirnya Ratu tak tidur. Ia penasaran dengan apa yang dibilang tadi oleh Aurora.
Tapi, baru saja keluar, Raja sudah pulas. Dasar, kebo banget sih!
Tangannya usil menjadi pipi Raja, pria itu merasa terganggu dengan sentuhan Ratu namun detik berikutnya, pria itu tahu kalah pemilik tangan yang usil adalah Ratu.
"Udah, kamu di sini sebentar ya."
"Ya kalau masih ngantuk aku nggak akan ganggu lagi, cukup dengerin perkataan aku aja."
Raja tidak menjawab, masih diam seribu bahasa dengan dekapan tangan pacarnya di dadanya. Rasanya sangat nyaman.
"Kamu tahu, kalau aku dan kak Rama benar-benar gak ada apa-apa. Kita itu saudara dan juga kayaknya gak mungkin banget aku nyimpen perasaan sama saudara sendiri, banyak gak enaknya."
"Asal kamu tahu ya, cowok yang bisa bikin aku baper kamu aja, Raja. Cuma kamu."
Mendengar kata-kata penuh keyakinan membuat Raja membuka mata dan tersenyum kemenangan. Ya, baginya Ratu selalu membuatnya percaya lagi dan lagi.