Waduh! Apa yang harus Ratu lakukan? Ia benar-benar malu, tapi karena terlanjur jadi sorotan akhirnya ia mengikuti langkah Raja.
"Haigoo, kayaknya ada yang bakalan ngelepas jomblo nih," ledek Banu.
Banyak sekali, sekitar 7 orang yang hara-huru mengejeknya. Tak apalah, hitung-hitung kenalan dekat dengan teman-teman kekasihnya.
"Kita ada pesta, nanti aku online mungkin agak malam. Perlu aku anterin keluar?"
"Gak usah, aku sudah ditunggu teman-temanku."
Baru beberapa langkah, Raja menahan tangan Ratu, "jangan begadang."
"Oke."
Buru-buru sekali Ratu menuju teman-temannya. Ia yakin kalau teman-temannya pasti menuntut penjelasan. Mengenai kenapa mereka bisa jadian tanpa pemberitahuan.
Memang sih, awalnya Ratu tak mau banyak hal orang yang tahu. "Silakan, kalian boleh tanya apa saja selagi aku masih punya mood untuk menjawabnya."
Laura segera mencerca apa saja yang ada di otaknya setelah mengetahui bahwa sahabatnya telah balikan dengan mantan, padahal awalnya ia ingin menjodohkan dengan kakak kelas yang terkenal punya pamor baik di kalangan para betina lainnya.
"It's okey, ini perasaan lu. Tapi pastiin lu gak boleh terluka karena dia."
"Siap. Lu tahu kan, kalau dari dulu gue memang mahir menghindari luka."
Satu-satunya bakat yang dipunya Ratu adalah menjauhi rasa sakit. Dari dulu, ia memang tak suka sakit. Mulai dari hilangnya sang papa, mamanya dicap janda. Hidup terlalu merepotkan hanya karena mendengarkan komentar orang.
***
Akhirnya bisa sampai rumah juga, sampai jam segini Raja belum juga menghubungi. Beruntung, Ratu memang tak pernah mewajibkan Raja selalu memberi kabar setiap jamnya.
"Ma, kenapa sih bisa setuju sama Raja? Padahal nih ya, dia itu anaknya rese'. Jangan bilang cuma karena dia tampan ya?"
"Ah, berarti dia memang tampan bagimu kan? Mama juga berpikir begitu saat pertama ketemu sama dia. Ya gak apa-apa, semua pria selalu kelihatan nakal, Sayang. Tapi buktinya kan Raja baik. Kamu aja suka kan?"
Jadi malu, seburuk apa pun sikap Raja, pria itu memang tak benar-benar jahat. Lebih ke suka maksa sih.
Karena menunggu pria itu menghubungi, Ratu tak ada kegiatan lain. Hanya menyibukkan diri melihat-lihat beranda di sosial media miliknya.
Ternyata semesta memang suka diajak bekerja sama, pria itu langsung menelpon. Menanyakan dirinya tengah melakukan apa.
"Maaf ya, kamu udah makan kan? Atau perlu kita keluar? Tadi aku gak nafsu makan sih waktu acara, habisnya mereka banyak cewek banget. Jenuh."
What! Makanya Raja lama sekali tidak membalas pesannya, ternyata ada udang di balik rempeyek.
"Terus, kenapa gak langsung pulang?"
"Ya maaf, lagian rata-rata adek kelas, aku gak kenal mereka tapi aku dikenal mereka."
Tuh kan? Sombong bukan main, emang ya! Di mana-mana pria selalu saja bangga hati saat ada banyak cewek yang memujanya. Bahkan Raja sendiri yang bilang tidak jarang mendapatkan hadiah dari fans garis kerasnya.
"Hey, kok diam? Kita keluar yuk! Aku kangen."
Hampir saja Ratu terpancing. Ia juga rindu, harus diakui. Tapi masalahnya, Ratu banyak tugas yang harus diselesaikan. Ia tipe orang yang tidak suka menunda-nunda pekerjaan.
Konon katanya, semakin cepat kamu bertindak, semakin cepat pula kamu mendapatkan hasilnya. Ya, Ratu harus rajin untuk mandiri, tidak mengandalkan bantuan orang lain.
Tapi, Raja kan terkenal pandai? Pria itu sering mendapatkan nilai plus di mata dosen, sayang sekali mereka beda jurusan. Gak fair dong, tugas siapa yang mengerjakan siapa.
"Tapi sebentar aja ya! Aku ada tugas, ya gak harus besok sih ngerjannya, cumaa aku gak pernah.."
"Gampang. Nanti kamu kirim filenya, aku bantuin. Aku rapi kok kalau ngerjain tugas." potong Raja.
Baru saja dibatin, Raja sudah berbaik hati menawarkan diri. Ia tak ingin merepotkan, tapi sepertinya lumayan jga mendapatkan bantuan.
Akhirnya Ratu sudah sibuk mencari style apa yang akan ia junjung malam ini. Sudah lama sekali tidak kencan buta, bahkan mamanya sering resah putrinya masih jomblo.
Setelah selesai bersiap-siap, Ratu pamit, meminta doa semoga tidak ada apa-apa di jalan.
"Ciye, anak mama cantik banget. Mau apel ya? Nah, gitu dong baby, kamu berhak bahagia. Kamu berhak ada yang punya, kamu berhak dicinta. Janji ya, kamu harus baik-baik sama Raja."
Ini kenapa sih, mamanya selalu menghubungkan sesuatu dengan pria itu? Mulai dari bincangan sederhana sampai masa depan nantinya.
Sambil menunggu Raja datang, akhirnya Ratu menunggu di depan. Pria itu entah berpenampilan bagaimana? Bukankah Raja masih bilang baru pulang? Apakah sempat untuk mandi dan ganti baju?
"Maaf telat. Tapi, kamu cantik banget, hmm.. Wangi lagi."
Ratu dikejutkan oleh suara Raja yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Pria itu terlihat sederhana dengan balutan kaos oblong kedodoran juga jaket jeans sobek-sobek. Gitu aja ganteng, meresahkan memang.
"Mundur ih, ngapain nyosor-nyosor."
Raja melihat kondisi rumah, untung sepi. Ingin sekali ia mencubit pipi Ratu, terlampaui gemas karena gadis itu selalu membubuhkan blush on warna nude coral yang sangat terkesan manis di pipinya.
"Kamu itu gemesin ya, selain cantik dan manis, gampang banget bikin aku jatuh cinta. Aku perlu izin gak ke mama kamu?"
"Gak usah, kita langsung keluar aja. Lagian mama kayaknya lagi mandi, tadi banyak banget customer yang datang dari luar kota."
"Oke, silakan tuan putri."
Gadis itu masuk ke mobil, agak kaget karena ada buket bunga mawar yang ada di kursi penumpang. Adakah orang yang akan diberi Raja bunga tersebut? Atau kiriman dari salah satu fansnya?
Ia tahu betul kalau Raja punya grup penggemar, entah namanya apa. "Ini ada bunga untuk kamu atau memang kamu yang beli?"
Raja permisi untuk mengambil bunga tersebut, "bukan keduanya, Dear. Ini untuk kamu, kebetulan tadi di jalan aku lihat ada anak jualan bunga, jadi aku beli semuanya. Juga, aku mampir buat dirangkai sekalian di toko bunga."
"Anak siapa?"
"Mungkin anak-anak yang memang gak beruntung karena gak ada tempat tinggal, harus tertinggal pelajaran juga gak sempat punya waktu untuk bermain, Ratu. Aku gak tega, lagian ada dua hal yang bakalan bikin aku senang, pertama, anak itu pulang dengan uang plus memberimu kejutan. Bangga gak punya kekasih kayak aku?"
Dengan malu-malu, Ratu mulai menerima mawar tersebut dan menghirupnya. Raja memang tak tega melihat banyaknya anak-anak yang tidak punya kewajiban mencari uang, putus sekolah, mengemis, menjual koran di jalanan.
"Terima kasih ya, aku mewakilkan anak itu juga."
Senyum mengembang membuat Raja lega. Akhirnya ia bisa melihat Ratu menyukai pemberiannya.
"Eh, by the way panggil aku sayang dong. Aku kan sering manggil kamu gitu."
"Hah? Apa?"
"Panggil aku Sayang, ratuku sayang."