Chereads / Raja Dan Ratu / Chapter 23 - Kamu Adalah Kamu

Chapter 23 - Kamu Adalah Kamu

Biasanya, Raja selalu menunggu Aurora untuk berangkat sama-sama. Gadis itu kadang memiliki semacam ritual selesai mandi, lamanya minta ampun. Bikin orang sungutan saja.

"Kan udah dibilangin, aku tuh lama. Tetap aja ditungguin, kebiasaan nunggu orang ya jadi kebiasaan." pekik Aurora.

Meskipun begitu, Raja tetap menunggu adiknya. Bagaimanapun juga, ia ingin memastikan Auorora sampai di sekolah, dulu sekali saat orang tuanya super sibuk dan jarang pulang, adiknya ngamuk dan sering bolos ke warnet, Jalan-jalan sendirian, shopping atau apa saja asalkan menunjukkan sikap pemberontakan. Tapi sekarang, mereka sudah terbiasa sampai akhirnya biasa saja.

"Den, ada yang nyariin Aden."

"Siapa? Sita?"

"Bukan yang kemarin kayaknya, Den

Tapi cantik dan imut."

Tunggu, hanya Ratu yang punya predikat itu. Tapi, segabut apa sampai pacarnya menghampiri ke sini? Atau jangan-jangan fans garis kerasnya, karena dulu ia sempat kedatangan dedek-dedek emesh yang mengaku mengaguminya.

Raja pun turun, memastikan siapa yang datang dan benar, Ratu Pertiwi. Gadis yang selalu membuatnya hilang arah dan terkendali.

"Pagi, Sayang. Tumben mampir ke sini, ada apa?"

Ratu malu-malu, menggoyangkan kaki ke kanan dan kiri. Dih, jadi makin gemes aja.

"Ini, mama tadi bikinin kalian sarapan terus nyuruh aku mampir."

"Wah, padahal bibi juga udah bikin sarapan. Tapi baiklah, gak boleh nolak pemberian mertua, pamali. Yuk masuk, kamu ke sini naik apa?"

"Tuh," tunjuk Ratu ke arah motornya. Ia memang dari dulu ingin sekali ke rumah Raja. Sayangnya, ego dan gengsi lebih dulu menguasainya. Akhirnya bisa kesampaian setelah mereka balikan.

Ratu pun masuk, ikut duduk di samping Raja. "Sepi banget, adik kamu mana?"

"Lagi bikin istana di kamarnya."

"Ha? Dia princess kah?"

"Bukan. Tapi berharap jadi princess, inilah drama yang selalu dia lakukan setiap hari setiap kita mau berangkat. Gak tahu ngapain, buat candi kali."

Raja berjalan ke dapur, menuangkan sayur dan mengganti tempat makanan. Pun menyiapkan sarapan sendiri tanpa bantuan siapapun. Padahal bibi sudah menawarinya bantuan.

Melihat Raja menyiapkan makanan, Ratu sungkan untuk membantu. "Aku udah makan loh tadi,"

"Ini bukan untukmu aja kok, tapi kita."

"Terus Aurora?"

"Terserah. Yang penting kita makan dulu, aku suapin ya?"

Belum sempat menolak, Raja sudah melayangkan sendok ke arahnya, akhirnya ia tak punya pilihan untuk menghindar.

Mereka sama-sama gantian saling menyuapi. Bibi saja sampai heran, baru kali ini melihat adeknya bisa perhatian dengan orang lain selain nona Aurora.

Melihat drama suap-suapan, Aurora mendesah pelan. "Ehm!"

Ratu menolak suapan terakhirnya, menyapa Aurora yang ikut duduk di antara mereka. "Hai, Ra. Apa kabar?"

"Baik. So, Kak, aku juga mau disuapin dong!"

Sayangnya Raja songong bukan main. Toh, Aurora juga biasanya tak mau berbagi saat tengah lapar. Tapi melihat sayur kesukaannya, usus di perutnya meronta-ronta.

Akhirnya Raja iba, memberikan tiga kali suapan dan habis. Yah, sayang sekali.

"Baiklah, nanti aku makan di kantin. Terima kasih ya, Kak, salamin ke Tante, makanannya enak banget."

Mereka pun berangkat bersama, motor Ratu dibiarkan di rumah Raja karena tak mau melihat pacarnya berangkat sendiri sedangkan dirinya berdua saja dengan adiknya.

***

Kampus seakan menjadi uji nyali horor. Apalagi pagi ini Ratu berangkat dengan Raja, kabar mereka balikan pun tersebar ke beberapa jurusan. Memang, seterkenal itulah pacarnya.

"Udah, gak usah malu. Ada aku yang dari dulu malu-maluin kan?"

"Apa sih? Aku ke kelas dulu, see you."

"Kiss jauhnya mana?"

Buru-buru Ratu berlari, apalagi banyak yang melihat interaksi antara mereka. Langkahnya tertahan karena berpapasan dengan Astrid yang baru saja tiba.

Ah, beruntungnya ada teman menuju ke kelas. Melewati koridor dari gerbang sangat mencekam. Banyak yang bisik-bisik menyerukan namanya. Tak percaya sekarang Raja sudah ada yang punya.

"Udah, cuekin aja. Lagian kan lu sendiri yang terima resiko bakalan jadi top trending karena pacaran sama most wanted di kampus. So, nikmatin aja ya?"

"Haha, semoga gak tumbang. Dari dulu, sewaktu masih SMA, dia juga banyak fansnya. Tapi karena Raja itu keren, makanya aku merasa dilindungi. Kalau sekarang, kayaknya berkesan manja ya?"

Astrid mengelus puncak rambut temannya, memberikan support terbaik agar Ratu semangat menghadapi kenyataan. Hidup Ratu sudah banyak beban, semoga saja Raja bisa mengembalikan senyum Ratu seperti dulu. Karena, sejak kehilangan papanya, bagi Ratu, ia begitu trauma dekat dengan pria yang mendekatinya.

Sebenarnya, Ratu cantik, manis malah. Tidak jarang, temannya juga mendapat pesan untuk melakukan kencan buta. Tapi karena malas dan tak ingin buang-buang waktu, Ratu hanya bisa menolak sebagain dari mereka. Dulu, Ratu pernah hampir dekat dengan anggota BEM.

Dari teman-temannya, Laura yang super aktif, Astrid yang agak introvert, Lena yang cerewet dan selalu mengomentari segala hal yang dilihatnya, Ratu memiliki pesona yang jarang ditemui. Gadis itu periang, galak, tapi sebenarnya lembut di dalam.

"Ya udah, yuk masuk. Lena dan Laura kayaknya agak telat, mereka udah bilang sama gue buat bantuin isi absen."

"Dadar gulung, kebiasaan!"

***

Suasana kelas Ratu seperti dugaannya. Ramai, seakan terprovokasi dengan kabar terbarunya.

"Eh, lu benaran balikan sama kak Raja ya? Pakai pelet apa?"

Anjirr! Minta digampar! Belum ngerasain pedasnya mulut Ratu saat berkhotbah. Tapi Ratu pura-pura tak dengar.

"Bisa diem gak? Kalau iri bilang, jangan nerocos aja kayak ember bocor."

Laura, meskipun gadis itu memang awalnya tak setuju dengan hubungan temannya, tapi tetap saja tak Terima saat ada orang yang mengata-ngatai Ratu. Baginya, Ratu sudah seperti saudara sendiri.

"Ya kan dari dulu kak Raja nggak pernah punya pacar, Tiba-tiba jadian sama cewek yang gak sejurusan. Aneh, ya kan ma gurls?"

Gadis bernama Diyah seakan ingin terlihat benar, meminta persetujuan tentang penilaiannya terhadap Ratu. Dan bodohnya, rata-rata di kelasnya mengiyakan pernyataan Diyah.

Sialan! Mulut ember Diyah membuat Ratu tak bisa bungkam. "Itu tandanya, aku punya daya tarik yang bisa membuat kak Raja suka sama aku. Memangnya salah gitu aku juga suka sama dia?"

"Ih, lu tuh somse ya! Baru jadi pacar aja selangit gayanya. Apalagi kalau udah.."

"Udah jadi tunangan dan calon istri. Begitu maksud lu?" potong Raja tiba-tiba.

Sungguh, Ratu tak sadar kapan pacar fenomenalnya datang. Mampus, Diyah hanya diam diri, tak berani melanjutkan tuduhannya.

Ia juga terlihat menunduk, karena sadar betul siapa Raja Angkasa. Pria yang akan membuat siapa pun malu seandainya mengganggu hal privasinya, apalagi ini menyangkut Ratu, gadis yang memenuhi otaknya.

"Nama siapa?"

Raja bertanya, tepat di depan Diyah. Gadis itu tak berani mendongak sama sekali, bahkan teman-teman yang lain yang tadi membelanya tak bisa apa-apa.

"Kak Raja, udah. Biarin aja, lagian hanya masalah kecil aja." Ratu berusaha melerai. Tapi sia-sia, Raja sangat tak terima dengan ucapan Diyah tadi. Ia mendengar semuanya.

"Ma-maaf, Kak," cicit Diyah ketakutan.

"Bukan sama gue minta maafnya, tapi Ratu, calon istriku."

Ih, ini sih bisa-bisanya si Raja aja! Baru aja jadian udah bikin pengumuman yang bakalan trending lagi.