Chereads / Raja Dan Ratu / Chapter 4 - Usaha PDKT

Chapter 4 - Usaha PDKT

Seperti biasa, Raja selalu nongkrong pagi-pagi sekali dengan gengnya di kantin. Pemandangan sebelum masuk kelas adalah mengabseni beberapa junior yang bening. Tapi tidak dengan hari ini, Raja menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Ratu? Tujuannya hanya satu, yaitu meminta maaf lahir batin, atau minta foto bareng juga boleh. Apalagi balikan, jelas boleh banget!

"Hmm, lu yakin gak mau pesen apa-apa? Mumpung gue yang traktir hari ini," bujuk Arga.

Raja menggeleng mantap. Ia ingin sarapan dengan Ratu, maksudnya semeja dengan gadis itu. Lagi pula pasti tak akan ada yang menolak berduaan dengannya. Sepede itulah Raja.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Ratu berjalan bertiga. Ada Laura dan juga cowok berkacamata, entah siapa namanya. Semakin mendekat, Raja bisa tahu nama cowok asing yang berani-beraninya jalan beriringan dengan mantannya. 'Andreas, ya! Nama yang udah dicatat sampai ke ubun-ubun.

Melihat Ratu duduk, Raja ikutan duduk di depannya. Tapi Ratu tak peduli, bodo amat sama orang asing, pikirnya. Ia sudah memesan bubur ayam kesukaannya juga teh hangat.

"Kamu gak nawarin aku?" tanya Raja, menatap Ratu yang memesankan makanan untuk Laura juga Andreas si cupu berkacamata.

Mendengar kata 'Aku-kamu' Ratu merinding. Kesurupan jin di mana sih si setan satu ini?

"Ratu."

"Hmm."

"Si cupu ini pacar kamu?"

Andreas langsung mengkerutkan kening, tidak berani berkata karena popularitas Raja memang terkenal bandel. Tapi kepintaran Raja juga di atas rata-rata, sedangkan Andreas hanya punya otak yang cerdas tapi ototnya mlempem.

"Emang lu keren gitu manggil dia cupu?" cibir Ratu.

Andreas bersyukur Ratu membelanya. Karena ia tahu kalau mereka memang cukup dekat karena selalu belajar sama-sama. Pasti Ratu peduli dengannya.

Suasana kembali diam karena bubur pesanan Ratu sudah siap, begitu pun dengan makanan teman-temannya. Merasa diabaikan, Raja pindah posisi duduk di samping Ratu, mengusili gadis itu makan.

Jengah, tak tahu kenapa Raja selalu saja mengganggunya. Padahal dekat aja enggak, hanya masa lalu yang pernah saling menyukai dan itu sudah dua tahun yang lalu. Sekarang sih, good bye aja ya!

"Lu makan aja semuanya, gue bakalan tetap bayar. Ra, pamit ke kelas dulu. Nafsu makan gue hilang ketemu setan."

Ratu langsung keluar dari kantin, masa bodoh dengan barisan para senior yang mengkritiknya. Sok cari perhatian lah, sok deketin most wanted di kampus lah. Ah, bosan dituding hal murahan seperti itu.

Andreas pun segera mengekori Ratu, takut berdekatan dengan Raja yang terlihat ingin menerkamnya. Hanya tersisa Laura saja.

"Kok lu gak ikutan pergi juga?" tanya Raja.

"Kan belum habis makananku, Kak. Aku sih fine-fine aja adanya Kak Raja atau enggak, urusan perut nomor satu."

Haha, oke. Ada orang yang cuek juga dengan keadaan.

"Kenapa sih Ratu gak bisa bersikap baik sama gue, padahal gue mau ngajak dia taarufan loh."

Laura tersedak es jeruknya, ya kali senakal Raja ngajak taarufan? Bukannya udah kenal, pernah jadi mantan pacar pula.

"Ini telingaku gak salah denger kan, Kak?"

"Eh, maksudnya pendekatan lagi, balikan gitu. Bukan taarufan, efek nonton ceramah Mama dan Aa' jadi kebawa sehari-hari. Gini-gini cita-cita gue jadi pendakwah loh, Ra."

Fakta yang mengejutkan sekali. Bukannya meragukan kebaikan Raja, hanya saja kabar miring tentang cowok di depannya memang sudah viral sampai ke seluruh penjuru universitas. Jangankan Ratu, bu dosen saja selalu dilirik Raja, dengan tatapan mautnya.

Usai habis makanannya, Laura pamit pergi. Mungkin ia juga harus menyelamatkan diri dari santapan macan betina yang naksir Raja tapi tak dianggap ada.

Beda dengan Raja yang masih stay cool di kantin, Ratu hanya menidurkan diri di meja. Bosan, lelah dan jengkel dengan kelakuan super absurd dari Raja. Kapan sih setan satu itu berubah, minimal jangan sok akrab aja deh. Enek!

"Lu gak diapa-apain kan sama Raja?" tanya Ratu melihat Laura datang.

"Enggak, cuma sia-sia udah beli sarapan gak dihabisin. Santai, Raja gak seserem itu kok," goda Laura.

Hah, memang sih. Raja bukan kategori cowok seram yang membuat para gadis melarikan diri, justru sebaliknya. Tapi apa mau dikata, kebencian atas peristiwa dua tahun yang lalu membekas permanen di otak Ratu sampai sekarang. Hidupnya terlalu sia-sia untuk menyanggupi kata maaf dari seorang pengecut seperti Raja.

"Memangnya kalian sedekat itu?" tanya Astrid. Ya heran saja, Laura bukan tipe gadis yang mendekati cowok lebih dahulu.

Laura menggeleng, melirik Ratu yang sepertinya malas melanjutkan pembahasan seputar Raja. "Enggak, gue cuma mau teman gue yang satu ini gak melulu menyimpan dendam. Ya udah deh, bahas nanti. Dosen udah masuk tuh,"

Mereka pun langsung fokus pada seseorang yang bertegur sapa dan menyuruh membuka pelajaran halaman sekian. Ah, Raja membuat perhatian Ratu jadi buyar.

Kenapa selalu cowok itu yang hadir di sekelilingnya? Mulai dari SMA hingga kampus yang sama. Sebenarnya apa sih maunya si setan? Cukup, lupakan tentang Raja. Cowok itu gak pantas dipikirkan terlalu sering, gak penting.

***

Dan beginilah hobi Raja sekarang, nongkrong di tangga menunggu Ratu turun. Apa pun caranya, ia harus bisa membuat gadis itu berbicara dan mendengarkan pembelaannya. Kalau bukan karena perintah Aurora, Raja mungkin masih maju mundur cantik, ah ralat! Maju mundur ganteng untuk meminta maaf.

Pucuk dicinta Ratu pun tiba, bersama gerombolannya Ratu kembali berbalik arah melihat Raja stand by berdiri dan tersenyum ke arahnya. Ah, sialnya cowok itu lebih gesit dalam urusan berlari.

"Lepasin tangan gue," cicit Ratu. Terlalu banyak orang, malu rasanya sudah sering jadi tontonan. Bahkan banyak yang bilang bahwa Raja selalu membuntuti adik kelasnya dari SMA.

"Kalau lu malu, kita bisa bicara di balkon. Lu bisa ajak teman-teman lu seandainya lu takut gue ngapa-ngapain lu lagi."

Astrid, Lena dan Laura sama-sama mengkerutkan dahi. Apa maksudnya lagi? Apakah Raja sudah pernah melakukan sesuatu bahkan setelah jadi mantan? Waw, fakta yang tak terduga.

Masalahnya sekarang adalah, Ratu tak ingin bicara dengan Raja. Jangankan bicara, menyebut nama sang mantan saja sudah membuatnya harus mandi kembang tujuh rupa plus mata air suci agar tak terkontaminasi dengan janji-janji sok manisnya.

"Oke. Teman-teman gue gak perlu ikut. Lu duluan ke sana, nanti gue nyusul."

Ratu harus bicara satu kali ini saja. Setidaknya hubungan mereka setelah ini akan benar-benar selesai, hidupnya akan damai saat Raja nggak ada. Sepertinya face to face membahas masa lalu bukan ide yang buruk.

Raja sudah naik tangga, berharap Ratu mengikutinya. Lalu cowok itu sudah tak terlihat lagi. Ah, persiapkan dirimu, Ratu.

"Lu yakin gak mau kita nemenin di sana? Tadi Raja bilang kalau kalian.." tebak Lena.

"Enggak seperti yang lu pikir, Len. Itu murni kegilaan si setan, gue gak pernah sudi. Udah, kalian duluan aja, nanti gue bakalan cepat turun."

Ratu sudah melambaikan tangan, mempersiapkan diri pun menetralkan detak jantung. Ya, semoga tidak ada yang perlu dikhawatirkan setelah semua diutarakan.