Chereads / Cinta Pertama Jingga / Chapter 23 - Tak Layak

Chapter 23 - Tak Layak

Oh, Shit!

Andra sudah menahan diri sejak tadi, tapi wanita yang bersamanya ini jauh lebih kuat. Amel sudah melepas celananya, kesalahan di mana Andra tak memakai kaos malam ini hingga ia tampil tanpa busana pada akhirnya.

Matanya tak bisa melihat dengan jelas, yang ada semakin kabur karena gerakan memijat yang Amel lakukan di bawah sana.

"Mel, jangan!"

Sumpah demi apapun, dia tidak mau membuat masalah karena kecerobohannya di sini, tidak ada pengaman yang ia kenakan, baik Amel pun juga, bisa terjadi musibah bila Amel sampai menerima ledakan cairannya dan kehamilan akan terjadi, Andra tidak mau mengambil resiko itu.

Wajah Jingga terus berkelebatan dalam benaknya, Andra terus meraih kesadaran meskipun yang di bawah sana sudah berada dalam mulut Amel, berputar dan diremat basah.

Brak!

"Ndra!" Amel jatuh tersungkur.

Andra terpaksa melakukannya, dia memang laki-laki normal yang bila didekati seperti ini akan bangkit dan siap menuju puncak, tapi pesan Jingga ia pegang dengan benar, ia teguhkan di sini sampai tangannya lancang menghempaskan tubuh Amel.

"Kamu nolak aku?" kurang sedikit lagi padahal, dia hampir saja bisa membuat batang tegak itu masuk ke lubang basahnya.

Andra pijat pangkal hidungnya, ini tidak benar, cara yang semakin membuat dirinya jatuh pada lubang besar dan akan sulit kembali bangkit, begitu juga kedua orang tuanya.

Benar apa yang Jingga katakan, dia tak perlu memikirkan Jingga, tapi nasib kedua orang tuanya bila sampai membuat ulah seperti ini.

Lagipula dia sudah pernah menawarkan dan menunggu Amel diwaktu itu, Amel tidak datang dan akhirnya dia menikah dengan Jingga.

"Loh, Ndra. Ngapain lo ke sini tengah malem? Bawa koper lagi kenapa?"

Andra dorong Gio, ia memaksa masuk ke unit temannya itu, semua barang sudah ia kemasi dan ini yang terakhir, dia berhasil meloloskan diri dari jerat Amel dan ketidak jelasannya itu.

"Gue nggak habis fikir deh, lo tahu dia itu bahaya, tapi lo masih aja suka, lo juga ijinin dia ke kamar lo. Kalau tadi sampe kejadian yang nggak bener, siapa yang mau percaya, hah? Nggak semudah itu lo jauhin dan lo bakal nyesel, Ndra." Gio mengomel.

"Syai mana?" justru menanyakan hal lain.

"Ketemuan sama ceweknya, udah lo di sini aja, besok lo ke kantor bareng gue sebelum pergi, lo harus ketemu pimpinan kan?"

Andra mengangguk, dia tidak ada pilihan lain selain meninggalkan Amel dengan hati kesal di sana, selain ia hempaskan, dia juga tak menjawab apa yang Amel katakan.

Dia cinta, tapi dia tidak mau lewat jalan ini bisa bersama dengan Amel. Bukan soal menyakiti Jingga, tapi soal keluarganya.

Katakan dia itu suka akan dunia gelap, tapi dirasa sudah cukup menyakiti kedua orang tua sekali saja.

"Dia ada di unit gue, lo buruan balik. Sekalian waktu lo lewat unitnya Andra, lo lihat tuh lampir masih ada di sana nggak!" Gio memberi pesan pada temannya yang kebetulan ada di satu gedung dengan unit Andra.

Pusing, Andra tak menjawab apapun tadi, bahkan dia ke luar tanpa menoleh ke arah Amel yang masih memperbaiki bajunya.

Dia hanya meninggalkan uang agar Amel bisa bertahan hidup beberapa hari ini sampai jobnya datang lagi, uang itu juga bentuk maafnya sebagai kekasih yang tak bisa menepati janji.

Bukan dia benci tubuh Amel, bukan dia tak berhasrat, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk bersama dulu, pernikahannya masih sangat baru, keluarganya baru saja tenang, Andra tak mau ada ombak besar yang akan menggulung mereka semua hanya karena keegoisan yang ada.

"Panggilan dari Jingga, nggak diangkat lagi. Gue telpon apa ya." Gio menimang keputusannya, ia harus memberi kabar saja daripada Jingga hubungi nomor di unit itu dan ada laporan kalau Andra baru saja didatangi wanita lain.

***

Jingga terdiam, dia menghubungi suaminya itu karena kekacauan baru saja dia dengar. Petugas di unit itu mengabarkan kalau Andra seperti orang linglung ke luar dari lift dan tidak mau menjawab ada masalah apa di atas.

Sedang saat mereka memeriksa semuanya, mereka dikejutkan dengan hadirnya Amel yang baru saja merapikan baju. Jingga minta petugas itu tutup mulut, dia akan membayar mereka yang menutup masalah ini hingga tak ada yang tahu atau membahasnya, termasuk mau percaya pada Amel.

"Aku udah tahu semuanya, Kak. Udah aku urus semua, Kak Andra ada di mana sekarang?" Jingga terima panggilan dari Gio.

"Dia ada di sini, lo mau ngomong sama dia? Tidur sih dia."

"Nggak, dia nggak cerita apa-apa sama Kakak?"

"Nggak banyak, dia cuman bilang hampir aja masuk jebakan dan dia pergi ke sini. Dia bilang juga nggak mau rusak orang tua."

Jingga ulas senyumnya, mungkin tadi suaminya itu sedikit terpancing, tapi tentu saja dia merasa senang karena Andra bisa mengendalikannya dengan baik.

Bila dia berkata hampir, itu artinya dia memang tidak melakukannya, Jingga tahu benar seperti apa Andra.

Cctv di luar pun sudah Jingga urus malam ini, dia akan berlaga tidak tahu saat suaminya tiba hari esok, akan ia sambut dengan baik atas perjuangan yang ada.

Jingga tahu ini tidak mudah bagi seorang pemain seperti Andra, tapi sudah suatu kemajuan bila Andra bisa kabur seperti itu, meninggalkan dan menyisakan kata hampir.

"Dia itu nakal, tapi nggak terlalu bodoh," gumam Jingga.

***

Gio terbelalak kaget, "Lo ngerasa nggak layak buat Jingga? Lo nggak mau usaha jadi layak gitu?"

"Sementara ini nggak ada niat itu, lagian gue belum putusin hubungan apa gue sama Amel. Gue masih suka sama dia-"

"Tapi, justru dia yang nggak layak buat lo, Ndra!"

"Kenapa bisa gitu?"

"Coba lo masukin logika, kalau dia sayang dan mau sama lo, nggak perlu nunggu waktu sekarang, kemarin waktu lo dipaksa nikah sama Jingga, dia nggak bakal mau karena tahu resikonya bakal susah nyatu sama lo dan jadi pelakor. Aneh nggak sih menurut lo? Padahal dia juga bakal tahu kalau mungkin keluarga lo aja yang jatuh, kantor nggak akan lepasin lo, tetep berduit, iya kan?" Pikir, itu yang Gio mau, dia merasa ada yang tidak beres di sini.

Sebenarnya, Andra juga memikirkan hal itu, ada yang aneh, tapi apa, dia tak menemukan celah karena dia terlalu memuja Amel selama ini.

"Semalem gue telpon Jingga, dia udah tahu semuanya dan maaf kalau gue harus ngomong ini, dia dikabarin petugas di sana, Di yang beresin semua sampe nggak akan kabar berita buruk dari lo, termasuk orang yang mau percaya sama Amel!"

Jingga?