Anna mempercepat langkahnya saat shiff paginya sudah selesai. Ada dokter Aldi yang menatapnya dengan ekspresi terheran. Anna melambaikan tangan ke arah lelaki itu sambil tersenyum.
"Kok senyum-senyum tidak jelas?" seru dokter Aldi. Anna tidak menjawab, perempuan itu fokus mengantung jasnya dan segera menganti sepatunya.
"Tugasku sudah selesai dok! Aku harus pergi," ucap Anna sambil mengambil tasnya dan bergegas keluar dari ruangan UGD. Dokter Aldi mengangkat salah satu alisnya. Dia terheran melihat tingkah Anna saat ini.
"Mau ke mana?" seru dokter Aldi sebelum Anna menghilang dari pandangannya.
"Kencan!" ucap Anna singkat. Dokter Aldi semakin bingung. Dia tahu bahwa Anna tidak pernah berhubungan dengan lelaki mana pun. Dia juga tahu Anna terlalu tertutup dalam hal asmara.
"Kencan tiba-tiba?"
"Sama siapa?" gerutu dokter Aldi terheran.
Anna bergegas mengambil taksi lalu menuju kampus. Kak Afdan sudah mengirimkannya pesan. Lelaki itu mengatakan akan menunggu Anna di kampus dekat fakultasnnya.
Dring!
Saat berada di dalam taksi, telepon Anna berdering. Dia segera mencari benda persegi itu di dalam tasnya. Ada nama Farid yang tertera jelas di layar monitor.
"Kau di mana?" seru lelaki itu.
"Aku di apartemen, tapi kamu tidak ada di sini," sambungnya lagi. Anna menghela napas panjang.
"Bukannya kamu tidak akan datang yah?"
"Ke rumah kekasihmu lagi?" sergap Anna kemudian. Farid terdiam cukup lama. Anna tahu bahwa Farid menginap di apartemen Salma. Mungkin saja lelaki itu ingin tinggal bersama kekasihnya dibandingkan tinggal bersama dirinya.
"Farid?" seru Anna.
"Iya, aku di apartemen Salma. Kau harus tahu bahwa dia sendiri dan sedang sakit. Dia membutuhkanku. Lagian kamu bisa jaga diri di apartemen sendiri, aku yakin itu," jelas Farid panjang lebar. Anna hanya bisa terdiam membisu.
"Lalu, mengapa mencariku?" tanya Anna lagi.
"Aku lapar, aku belum makan dari pagi," ucapnya. Anna mengusap wajahnya frustasi. Rencananya untuk bertemu dengan Afdan bisa batal akibat ulah Farid yang lapar tiba-tiba.
"Ada roti bakar di lemari," ucap Anna singkat.
"Aku tidak suka, sudah dingin," balas Farid.
"Aku sudah membuat nasi goreng, kamu bisa mengoreng nuget yang ada di kulkas," jelas Anna lagi.
"Aku tidak suka, aku mau kau yang memasakan makanan untukku," ucap Farid kemudian. Anna berdecak lidah. Dia tidak suka dengan sifat manja Farid. Apa susahnya memanaskan makanan agar dia tidak mati kelaparan di apartemen.
"Sejak kapan kau jadi manja seperti ini?" sahut Anna kesal.
"Sejak punya istri, kau sebaiknya pulang dan sediakan makanan untukku, aku tahu pekerjaanmu sudah selesai. Cepat pulang!" serunya. Setelah mengatakan demikian, Farid bergegas mematikan sambungan telepon. Anna menghela napas panjang.
"Benar-benar lelaki kanibal!" gerutunya.
***
Sesampai di apartemen, Anna segera menuju dapur dan menatap Farid sedang duduk di kursi makan dan menundukan kepala ke bawah. Lelaki itu menonggakan wajahnya menatap Anna.
"Kau sudah datang sayang?" seru Farid. Anna berdecak lidah.
"Kau bisa memanaskan makanan di kulkas, lain kali jangan manja seperti ini. Aku tidak suka!" ucap Anna yang segera meletakkan tasnya dan bergegas membuat makanan untuk suaminya itu.
Farid menatap Anna dari kejauhan. Perempuan itu sedang sibuk mengaduk makanan di wajan. Farid tersenyum menatap wajah ketus Anna.
"Apakah aku menganggumu?" tanya Farid polos.
"Tentu saja, aku ada acara hari ini, Gara-gara kamu, acaraku hampir saja batal!" omelnya. Anna begitu telaten menyediakan makanan di depan Farid. Dia membuat mie goreng untuk suaminya itu.
Farid bergegas memasukan satu sendok makanan ke dalam mulutnya. Dia tersenyum menatap Anna yang masih kesal. Istrinya itu duduk di depannya.
"Maafkan aku Anna, tapi ini memang tugas istri bukan?" cetus Farid sambil mengunyah makananya. Anna tidak mengubris ucapan Farid. Dia bergegas menuju kamar untuk membersihkan tubuhnya.
"Nanti aku pulang di malam hari, kau jangan mencariku, mas Farid!" cetusnya. Farid menghela napas panjang.
"Baiklah," jawabnya singkat.
Setengah jam di dalam kamar, Anna bergegas keluar. Dia mengambil dompetnya di dalam tas lalu bergegas pergi. Meninggalkan Farid yang masih menikmati nasi gorenya itu.
"Mau ke mana?" teriak Farid. Dia menatap Anna sedang berlari menuju pintu.
"Kencan!" seru Anna singkat. Alis Farid bertautan. Kencan? Kencan di mana? Pikirnya kemudian.
"Kau selingkuh yah!" balas Farid lagi. Namun sayang, Anna sudah menghilang dari hadapannya. Perempuan itu menutup pintu apartemen dengan sangat keras.
"Kencan sama siapa perempuan jadi-jadian itu?" gerutunya dalam hati.
***
Sesampai di loby apartemen, Anna melirik jam tangannya. Sudah pukul tiga sore. Seharusnya dia sudah berada di taman kampus. Anna segera memesan taksi.
"Halo kak Afdan?" tanya Anna kemudian. Dia sengaja menghubungi lelaki itu lebih dahulu.
"Aku sedikit terlambat kak Afdan, maafkan aku," seru Anna menyesal. Dia benar-benar kesal dengan Farid. Andaikan monster itu tidak lapar tiba-tiba, Anna pasti sudah sampai di taman kampus.
"Tidak apa-apa Anna, hati-hati yah! Aku masih menunggumu di sini," seru Afdan lembut. Mendengarkan ucapan Afdan, Anna benar-benar merasa tenang. Lelaki itu sangat bijak, dewasa dan begitu tampan. Pantas saja Afdan selalu melekat di hatinya.
Sesampai di depan fakultas. Anna turun dari taksi, dia bergegas mencari keberadaan Afdan. Anna terlmabat tiga puluh menit dan itu membuatnya benar-benar malu bertemu lelaki impiannya.
"Kak Afdan?" sahut Anna kemudian. Dia melambaikan tangan saat melihat seorang lelaki sedang duduk di taman dan memandanginya sambil tersenyum. Anna berjalan cepat ke arah Farid.
"Maafkan aku kak Afdan, aku benar-benar terlambat!" ucap Anna menyesal. Afdan beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di depan Anna.
"Tidak apa-apa Anna, waktuku hari ini untukmu. Aku tidak punya kesibukan di kantor," jelas Afdan. Anna kemudian duduk di samping lelaki itu. Afdan segera memberikan setangkai bunga mawar dan diletakkan di samping Anna.
"Aku memberikanmu bunga ini," ucap Afdan. Bola mata Anna membulat sempurna. Dia mengambil bunga itu dengan perasaan yang campur aduk tidak karuan.
"Kak Afdan mengajakku ke sini buat apa?" tanya Anna. Dia menatap bola mata lelaki itu. Beberapa detik kemudian, bola mata mereka berdua bertemu. Afdan selalu suka jika Anna tersenyum ke arahnya.
"Kamu sudah lulus kuliahkan?" ucap Afdan tiba-tiba.
"Aku ingin membawahmu makan malam bersama orang tuaku," ucap Afdan. Mata Anna membulat sempurna. Bahkan mulutnya terbuka lebar.
"Pertemuan keluarga?" serunya tidak percaya. Afdan menganggukan kepala.
"Bagaimana?"
"Apakah kamu setuju?"
"Aku akan memperkenalkanmu dengan ibuku," ucap Afdan lagi. Anna menelan salivanya. Ini benar-benar keajaiban. Bagaimana bisa Afdan berkata serius kepadanya? Apakah lelaki itu memiliki perasaan kepadanya juga?
"Oh Tuhan, aku harus apa?" batin Anna bimbang. Afdan terus menatap bola mata perempuan itu. Dia menunggu jawaban Anna saat ini.
"Bagaimana?" tanyanya. Anna mencoba memikirkan tawaran lelaki itu.
"Bagaimana?" ulang Afdan. Dia mencondongkan wajahnya dan membuat Anna grogi seketika.
"Oh ok, aku setuju!" ucapnya.
Bersambung …