Chereads / Mendadak Nikah / Chapter 32 - Ingin Punya Cucu

Chapter 32 - Ingin Punya Cucu

Setelah selesai kerja, Anna segera merapikan jas putihnya. Hari ini, banyak anak-anak kecil yang memberikan bunga kepadanya. Anna bergegas berjalan saat dokter Aldi masuk ke ruangan. Anna tidak ingin berpapasan dengan lelaki itu.

"Anna?"

"Khanna Alira?" sahut dokter Aldi lagi. Lelaki dewasa itu adalah seniornya di Marmara University. Anna juga tidak tahu jika dokter Aldi sudah menikah dan menjadi duda dalam waktu singkat. Dan yang paling tidak dimengerti oleh Anna, lelaki itu adalah rekan kerjanya untuk beberapa bulan ke depan di rumah sakit Istanbul.

"Bagaimana rasanya bekerja sama dengan seorang lelaki yang menganggap kita istrinya?" batin Anna dalam hati. Memikirkannya saja membuat kepalanya benar-benar sakit.

Dokter Aldi mempercepat langkahnya menuju Anna. Dia menatap wajah gadis itu dengan intens. "Mau makan malam denganku?" sahut dokter Aldi segera.

Anna membulatkan matanya. "Eh, makan malam?" tanya Anna tidak percaya.

"Iya, makan malam bersama!" ucap dokter Aldi memperjelas. Tengorokan Anna mendadak kering seketika. Dia tiba-tiba panik. Apa yang harus dia katakan kepada lelaki itu.

"Dokter, aku sedang sibuk!"

"Kemarin, kucing aku sakit di apartemen. Aku harus memeriksanya!" jelas Anna. Alis dokter Aldi menukik tajam.

"Bukannya kucing di asramamu sudah meninggal?" seru dokter Aldi lagi. Anna mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung harus berkata apa.

"Oh, sekarang aku punya kucing baru, dokter!" cetus Anna secepat mungkin. Dokter Aldi hanya menganggukan kepala. Anna menghela napas lega saat dokter Aldi mengerti ucapannya.

"Kalo begitu, minggu depan saja. Bagaimana?" sahut dokter Aldi tidak menyerah. Anna memutar bola matanya. Dia sedang mencari alasan saat ini.

"Bulan depan, sepertinya bulan depan kucing aku akan melahirkan," cetus Anna. Dokter Aldi menghela napas panjang. Dia memijit kepalanya yang terasa berat. Dokter Aldi bingung harus berkata apa lagi.

"Oke, hubungi aku saja jika kau tidak sibuk," ucap dokter Aldi kemudian. Anna menganggukan kepala mengerti. Dokter Aldi berlalu. Anna segera berjalan keluar dari loby rumah sakit. Dia menatap mobil Farid sudah terparkir dengan indah.

Farid kemudian keluar saat menatap Anna sedang berjalan ke arah mobilnya. "Ayah akan mengajak kita makan malam di apartemen, biasakan untuk memanggil sayang!" jelas Farid. Anna menghela napas panjang.

Farid membuka pintu dan Anna bergegas masuk ke dalam. "Kau serius Tuan Baskoro sudah datang?" sahut Anna. Farid menjalankan mesin mobilnya lalu bergegas meninggalkan area rumah sakit. Farid menganggukan kepala.

"Tentu saja, kau pikir aku berbohong?" sahut Farid kesal.

"A-aku tidak mengatakan kau berbohong, tapi aneh saja kalo Tuan Baskoro datang tiba-tiba," cetus Anna lagi.

Lima belas menit melewati jalan raya, mereka kemudian tiba di apartemen. Anna bergegas keluar dari dalam mobil. Farid mengikutinya dari belakang.

"Kau harus ingat apa yang aku katakan, Anna!" cetus Farid. Anna menganggukan kepala mengerti.

"Biasakan panggil sayang kan? Begitu kan mas Farid?" sahut Anna sambil mencondongkan wajahnya dan membuat Farid memundurkan tubuhnya sejenak.

"Iya, benar begitu!" ucapnya.

Mereka berdua masuk ke dalam loby apartemen. Anna akan memesan beberapa makanan untuk makan malam mereka. Anna tidak bisa memasak dan Farid tidak mengizinkannya masak untuk makan malam istimewa ini.

Saat makanan yang mereka pesan sudah datang, Anna mengaturnya di meja makan. Farid hanya menatap istrinya dari kejauhan.

"Sudah semuanya?" tanya Farid sambil menatap benda persegi yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ayah akan datang setelah sholat isya," ucap Farid.

Setelah hidangan tertata, Farid dan Anna bergegas melaksanakan sholat isya bersama. Setelah mengucapkan salam, Anna bergegas menyentuh tangan lelaki itu kemudian mencium pundak tangan Farid.

"Pokoknya kau harus ingat, panggil aku sayang!" serunya lagi. Anna menganggukan kepala mengerti.

"Jangan panggil yang aneh!" sambungnya lagi. Anna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.

"Siap bos!" seru Anna dengan intonasi keras, dia sengaja berteriak di telinga suaminya itu. Farid lagi-lagi mengomel karena kelakukan aneh dari istrinya yang sangat ajaib.

***

Suasana makan malam mendadak hening. Anna sesekali menatap Farid yang terdiam membisu. Lelaki itu seperti kucing yang sedang disiram air di pagi hari. Farid bahkan tidak mengatakan apapun saat berhadapan dengan ayahnya.

Anna menjadi bingung. Dia ingin bersuara tapi sedikit ragu. Hanya suara garpu yang terdengar dari suasana makan malam ini.

"Ayah ingin segera punya cucu!" ucap Tuan Baskoro memecah keheningan. Anna dan Farid spontan menongakan wajahnya dan saling pandang. Mereka berdua bingung harus berkata apa.

"Ayah serius, ayah ingin segera punya cucu!" jelasnya lagi. Anna menelan salivanya. Farid menatapnya dengan tajam.

"Cucu ayah?" tanyanya memperjelas. Tuan Baskoro menganggukan kepala tanpa ragu.

"Ada apa? Mengapa kalian terlihat ketakutan? Bukankah hal wajar jika ayah mulai membicarakan cucu?"

"Kalian sudah menikah hampir dua bulan, bukan?" ucap Tuan Baskoro. Dia memandangi Anna dan Farid secara bersamaan. Anna mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung harus berkata apa.

"Ayah, Farid sudah mengusahakan kok," ucap Farid sambil memandangi ayahnya. Tuan Baskoro menatap Anna yang terdiam membisu.

"Hanya belum dikasih saja," sambungnya lagi. Anna menganggukan kepala. Mengiyakan perkataan Farid.

"Oke, ayah ingin tidur di apartemen ini. Tidak masalah kan?" sambung Tuan Baskoro lagi. Anna dan Farid spontan saling pandang. Mereka berdua terheran menatap ayahnya.

"Menginap?"

"Ya, ayah ingin menginap di sini!" gerutunya kemudian.

"Tidak masalah kan?" sambungnya lagi. Farid mengengam tangan Anna. Memberikan kode kepada istrinya itu. Anna menelan salivanya. Tengorokannya tiba-tiba mengering.

"Tidak masalah ayah," ucap Anna sambil mencoba tersenyum.

"Oke!" seru Tuan Baskoro bahagia.

***

"Kau harus membuat batasan denganku, bagian ini adalah wilayahku!" ucap Farid sambil memberikan garis di tengah-tengah tempat tidur. Anna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.

"Aku tidak bisa tidur jika ada pembatas!" keluhnya sambil melihat garis yang dibuat Farid.

"Jangan bilang, kau bahagia tidur denganku?"

"Aku tidak suka jika kau tidur denganku!" gerutu Farid kesal. Anna mengaruk kepalanya. Farid sudah berbaring di tempat tidur. Ada garis putih yang akan memisahkan mereka.

"Kau jangan macam-macam, aku takut soalnya yang agresif itu kamu," sambung Farid lagi. Anna ingin mencabik wajah lelaki itu tapi berusaha ditahannya. Apa jadinya jika dia mencabik Farid dan berteriak dari dalam kamar. Tuan Baskoro yang berada di samping kamar mereka akan curiga.

Anna naik di atas tempat tidur lalu mencoba membaringkan tubuhnya. Farid sedang memunggunginya saat ini.

"Jangan pernah coba-coba melewati garis!"

"Jangan pernah mencoba memelukku!" sambungnya lagi. Anna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.

"Ngak! Aku ngak tertarik kok!" balas Anna secepat mungkin.

"Yang ada, kamu yang akan melewati garis ini. Awas saja kalo kau memelukku," ucap Anna. Dia menatap punggung Farid. Lelaki itu sama sekali tidak menatap wajahnya.

"Ngak mungkin, Anna. Aku ngak sudih menyentuhmu!" ucap Farid kemudian.

"Ya, kita lihat saja!" ucap Anna kemudian. Mereka berdua mencoba untuk terlelap tidur.

Bersambung …