"Mama!"
"Tolong!"
"Siapa ini?" teriak Anna saat menatap seorang lelaki tidur di sampingnya. Anna kemudian mendorong tubuh lelaki itu hingga terjatuh di lantai. Farid yang kaget bukan main segera berdiri dan menatap Anna yang histeris melihatnya.
"Kau!"
"Ada apa sih?"
"Kok seperti kesurupan seperti itu?" omel Farid kesal. Dia menyentuh pingangnya yang sangat sakit. Farid lagi-lagi dibuat emosi oleh istri ajaibnya itu. Anna menurunkan selimut yang menutupi wajahnya karena ketakutan. Dia memperhatikan Farid lekat-lekat.
"Mengapa di kamarku?" sahut Anna segera.
"Jangan-jangan, kau mau yah macam-macam?" selidiknya. Anna menyipitkan matanya menatap Farid. Lelaki di depannya berkacak pingang sambil menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.
"Perempuan ajaib!"
"Aku sudah bilang, aku tidak berminat menyentuhmu! Aku di sini tidur karena ayah sedang di apartemen," jelas Farid. Anna spontan memukul kepalanya sendiri. Dia benar-benar lupa. Mertuanya sedang berada di apartemen dan Farid tidur di dalam kamarnya.
"Kau sengaja yah tadi memelukku?" sahut Anna lagi sambil menunjuk Farid.
"Eh, perempuan ajaib! Yang memelukmu siapa? Kau yang memelukku," omel Farid kesal. Dia lalu berjalan meninggalkan Anna sendiri. Farid bisa-bisa darah tinggi jika selalu berdekatan dengan Anna. Pantas saja perempuan itu terkenal sebagai jomlo akut di kampus.
Kelakuan Anna benar-benar ajaib. Farid bergegas keluar dari dalam kamar. "Setelah sholat subuh nanti. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ucap Farid sambil menoleh ke Anna. Lelaki itu melangkah keluar sambil menutup pintu.
"Eh, aku tidak mau!" sahut Anna segera. Namun Farid sudah keluar dari dalam kamar. Anna tidak suka jika Farid selalu mengantarnya. Lelaki itu terus mengoceh di dalam mobil dan membuat Anna benar-benar kesal.
Klek~
Pintu dibuka lagi. Farid menatap Anna yang sedang duduk di bibir ranjang. "Pokoknya, hari ini kamu harus dandan cantik. Aku tidak mau ayah melihatmu seperti monster di pagi hari!" ucap Farid lagi. Hanya kepala lelaki itu yang muncul dari balik pintu.
Anna berdecak lidah. Dia sangat kesal melihat Farid. "Hai, yang terlihat monster itu kau!" gertak Anna namun Farid bergegas menutup pintu. Anna menghela napas panjang sambil mengacak rambutnya.
***
"Sudah mau berangkat kerja?" Tuan Baksoro menatap Anna yang sedang mengunyah sarapannya. Anna menganggukan kepala sambil tersenyum.
"Sebenarnya kalian berdua sangat cocok, beruntung sekali kamu, Farid. Memiliki istri seperti Anna," jelas Tuan Baskoro. Farid yang duduk di samping Anna menatap wajah istrinya. Anna tersenyum saat Farid menatapnya. Lebih tepat, dia mengejek lelaki itu.
"Iya ayah, Anna sangat baik," ucap Farid.
"Mas Farid romantis, ayah!" sergap Anna segera. Farid tiba-tiba saja mengecup kening Anna dan membuat perempuan itu kaget bukan main. Keromantisan di pagi hari yang khusus ditunjukan kepada Tuan Baskoro.
"Pokoknya ayah tidak sabar mau punya cucu!"
"Pasti cucu ayah sangat lucu, Anna sangat manis dan Farid sangat tampan. Ah, kalian sunggu romantis dan membuat ayah cemburu," ucap Tuan Baskoro. Farid menghela napas panjang. Berpura-pura romantis di depan ayahnya ternyata melelahkan juga.
"Anna dan Farid berangkat dulu yah," ucap Farid sambil menatap Tuan Baskoro. Kedua manusia itu kemudian berjalan keluar dari apartemen.
Selama di perjalanan menuju loby, Anna sesekali melirik wajah Farid yang menegang. Mereka berdua sedang bergandengan tangan. Tapi entah mengapa, wajah Farid sangat tegang. Seperti lelaki yang tersengat listrik.
"Lepaskan tanganku!" ucap Anna saat mereka sudah berada di parkiran mobil.
"Pasti kau sengaja kan? Memperlihatkan keromatisan ini di depan ayahmu agar kau bisa mengambil kesempatan," ucap Anna sambil membulatkan matanya menatap Farid. Anna berkacak pingang.
"Eh monster, aku tidak berselera mengengam tanganmu!" balas Farid ketus.
"Aku juga!" ucap Anna segera. Farid menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Farid berusaha membuat hatinya benar-benar damai. Walaupun di pagi hari, perempuan di depannya mengibarkan bendera perang.
"Masuk!"
"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit lalu aku akan ke kantor," ucap Farid.
"Aku memiliki beberapa proyek, nanti aku jelaskan kalo aku punya waktu. Semoga saja kau mengerti," jelas Farid. Anna berdecak kesal. Dia masuk ke dalam mobil.
Sebelum menjalankan mesin mobil, Farid menatap Anna yang terlihat tidak nyaman berdekatan dengannya.
"Nanti setelah shiff pagi, biar aku saja yang menjemputmu," ucap Farid kemudian. Anna hanya terdiam. Farid menjalankan mobilnya meninggalkan area apartemen.
"Oh yah, lelaki dewasa yang satu ruangan denganmu, siapa namanya?" tanya Farid. Dia sesekali menatap Anna yang memandang keluar jendela.
"Dokter Aldi?" sahut Anna.
"Oh, namanya dokter Aldi?" gerutu Farid kemudian.
"Ada apa?" tanya Anna sambil menatap wajah suaminya itu.
"Aku tidak suka caranya menatapmu, seperti memiliki perasaan," ucap Farid.
Anna terdiam. Bukan hanya Farid yang merasakan hal itu. Dia juga merasakan bagaimana dokter Aldi memperlakukannya. Sedikit berbeda dengan rekan kerja lainnya. Anna menganggap dokter Aldi melakukan hal itu karena dirinya mirip dengan istrinya. Namun semakin lama, Anna merasa dokter Aldi berbeda. Lelaki itu memiliki rasa kepadanya.
"Sudah sampai!" ucap Farid kemudian. Dia menatap keluar jendela. Terlalu banyak menghayal membuat Anna tidak sadar. Mereka sudah sampai di rumah sakit. Anna bergegas turun. Dia mengambil beberapa perlengkapan kerjanya.
"Pokoknya jangan dekat dengan lelaki itu!"
"Kayaknya dia mesum deh!" gerutu Farid sebelum Anna menutup pintu mobil.
"Eh, sepertinya yang mesum itu kamu deh!" balas Anna secepat mungkin.
"Ya, aku mesum ke kamu tidak masalah kan? Aku suamimu!" jawab Farid tidak mau kalah. Anna menghembuskan napas kasar ke udara. Dia menutup pintu saat Farid tertawa melihat wajah. Farid seakan puas mengejeknya pagi ini.
"Pokoknya, jangan dekat-dekat dengan lelaki lain. Kau sudah bersuami!" ucap Farid setengah berteriak. Anna hanya melambaikan tangan sebagai kode. Farid terus menatap istrinya hingga menghilang dari balik pintu.
"Perempuan aneh yang sangat ajaib," ucapnya dalam hati. Farid menjalankan mesin mobilnya. Dia ingin bergegas ke kampus.
Dring!
Ponselnya bergetar. Farid bergegas mengangkat telepon itu. Ada nama Salma yang tertera di layar ponselnya saat ini.
"Hallo?" sahutnya.
"Farid, aku lagi di rumah. Aku terjatuh, bisa ke sini?" sahut Salma. Farid membulatkan matanya.
"Apanya yang sakit? Sayang, apa yang terjadi?" ucap Farid kemudian. Deru napas yang memburu jelas terdengar melalui sambungan telepon.
"Oke sayang, tunggu di situ!" ucap Farid kemudian. Dia bergegas menancap gas meninggalkan gerbang rumah sakit.
"Kamu mengantar Anna yah?" tebak Salma.
"Iya, ada apa sayang?"
"Kau menyukainya?" sahut Salma lagi.
"Kok nanya itu sih?"
"Ya, dia istrimu Farid. Aku tahu, aku takut. Kau harus tahu bahwa aku dan kamu adalah sepasang kekasih. Kapan kau bisa menjelaskan hal ini kepada ayahmu, Farid?" ucap Salma kemudian. Mendadak perempuan itu mendadak panik.
"A-aku akan menjelaskan hal ini kepada ayahku. Kamu sabar dulu yah," ucap Farid kemudian. Salma tidak menjawab. Dia segera mematikan sambungan teleponnya.
Bersambung …