Selama di rumah sakit, Anna hanya terdiam dan sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Dokter Aldi melihatnya sambil mengerutkan kening. Anna yang ceria tidak seperti biasanya. Lelaki berjas putih itu kemudian mendekati Anna. Mereka berdua sama-sama bertugas di ruang UGD saat ini.
"Kebetulan sekali? Kenapa diam saja?" tanya dokter Aldi. Mengetahui lelaki itu berdiri di depannya, Anna menghela napas panjang. Serasa ada beban yang berusaha ditahannya. Tidak mungkin Anna menjelaskan kepada lelaki itu bahwa suaminya tidak pulang dua hari ini dan bahkan mungkin saja sedang bercumbu dengan kekasihnya sekarang.
"Kau Khanna?" seru dokter Aldi saat tidak mendengarkan jawaban dari perempuan itu. Dokter Aldi semakin mendekatkan wajahnya dan membuat Anna memundurkan tubuhnya beberapa langkah.
"Ia, saya Khanna dok, saya lagi tidak enak badan!" ucap Anna kemudian. Dokter Aldi memundurkan tubuhnya saat melihat Anna yang ketakutan karena aksinya.
"Saya pulang dulu dok," ucap Anna lagi. Dokter Aldi menganggukan kepala.
Anna berjalan dengan cepat. Dia harus kembali ke apartemen dan membuat beberapa masakan. Siapa tahu suaminya sudah pulang hari ini. Saat memasuki loby apartemen, Anna melihat Amira yang sedang menunggunya di loby.
Perempuan itu tersenyum sambil melambaikan tangan saat menatap Anna. "Kau ke mana saja?" tanyanya kemudian. Anna menghela napas panjang. Dia mengigit bibir bawahnya sambil memperhatikan penampilan Amira.
"Dari rumah sakit," jawabnya.
"Ayok ke apartemenku," ucap Anna lagi. Amira menganggukan kepala. Dia kemudian mengekor di belakang sahabatnya itu.
Di dalam lift, Amira terus memperhatikan Anna. Dia tahu bahwa sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja saat ini.
"Beruntung sekali kamu di kasih apartemen di sini, Anna!"
"Di sini kan apartemen mahal yah, jadi lumayan juga," ucap Amira sambil memperhatikan bangunan apartemen. Anna hanya terdiam sambil tersenyum. Saat lift terbuka, mereka berdua keluar.
"Kau serius tinggal di sini sendiri?" tanya Amira lagi. Anna menganggukan kepala sambil membuka pintu. Bola mata Amira terbelalak saat melihat ruangan apartemen Anna yang sangat mewah. Dia spontan duduk di sofa.
Kening Amira berkerut saat melihat ada tabung gambar di salah satu sudut. Sialnya, Anna lupa menyimpan tabung gambar milik Farid.
"Kau suka gambar juga?" tanya Amira sambil mendekati tabung gambar itu. Anna spontan menyimpan benda panjang itu.
"I-itu milik orang yang tinggal di sini," sergap Anna kemudian. Amira menganggukan kepala mengerti.
"Lalu, kau di sini sama siapa?" tanya Amira sambil berjalan-jalan di ruang tamu. Anna spontan menutup kamar Farid.
"Sendiri!"
"Oh," jawabnya singkat.
Klek~
Pintu terbuka secara tiba-tiba. Bola mata Anna terbelalak saat melihat Farid tiba-tiba saja berdiri di depan pintu dan menatap mereka dengan ekspresi bingung. Mulut Amira terbuka dan spontan dia menutup mulutnya saat melihat Farid sedang memandanginya.
Anna menutup wajahnya frustasi.
"Kalian lagi apa?" tanya Farid. Amira menatap Anna. Dia memandangi sahabatnya itu dan meminta penjelasan.
"Kok kau ada di sini sih Farid? Ini apartemen Anna, kau pasti mengikutinya kan? Katakan saja!" hardik Amira sambil berkacak pingang. Farid mengangkat salah satu alisnya. Dia menatap Anna dan meminta penjelasan atas semua ini.
"Kau tidak harus mengikuti Anna!" sahut Amira lagi. Farid melangkah dan mendekati Anna. Perempuan itu hanya terpatung di depan kamar sambil bingung harus menjelaskan apa. Tangan kekar Farid tiba-tiba saja merangkulnya dan mendekatkan kepala Anna ke dada bidangnya. Amira bahkan sangat kaget dengan aksi Farid di depannya saat ini.
"Kau!"
"Jangan setuh dia!"
"Anna, kau mau saja di sentuh lelaki playboy itu! Suruh dia lepaskan tangannya, jangan mau dipeluk gitu!" omel Amira berusaha menarik tangan Anna dan mejauh dari tubuh Farid. Anna hanya terdiam saat Farid berusaha semakin memeluknya dengan erat. Amira benar-benar tidak menyangka. Anna seperti tidak berdaya di pelukan Farid.
"Dia istriku, kami sudah menikah!" ucap Farid. Bagai tersambar petir, Amira membulatkan matanya mendengarkan hal itu. Ini tidak mungkin, bagaimana bisa Anna menikah dengan lelaki ajaib seperti Farid.
Amira menatap wajah Anna, dia menunggu jawaban perempuan itu. "Apa benar Anna? Kau sudah menikah?"
"Apa benar kau menikah dengan Farid?" sergapnya kemudian. Anna menatap bola mata Amira dan menganggukan kepala.
"Kau serius, Anna?"
"Farid suamimu? Bagaimana bisa?"
"Hai! Kau tidak sedang bercanda kan? Dia suamimu?" tanyanya lagi. Anna menganggukan kepala sambil fokus menatap manik mata Amira.
"Kami sudah menikah, ini yang ingin aku jelaskan kepadamu. Aku ingin menjelaskan hal ini, Amira!" sambung Anna sambil menghela napas panjang.
***
"Jadi kau sudah menikah dengannya?"
"Kau menikah dengan Farid?" tanya Amira memperjelas. Anna menganggukan kepala sambil mengusap wajahnya. Mereka berdua sedang berada di taman apartemen. Anna perlu waktu untuk menjelaskan hal ini kepada Amira.
"Jadi, aku ke Indonesia itu untuk dijodohkan dengan Farid."
"Ibuku terlilit hutang sehingga aku harus berjodoh dengannya," jelasnya. Amira menatap sahabatnya dengan ekspresi tidak percaya.
"Aku sudah dua bulan berstatus sebagai istri Farid," sambungnya.
"Kau serius ingin bersamanya? Bukankah dia lelaki yang …," kata-kata Amira terjeda. Dia berharap Anna mengerti dengan ucapannya itu. Anna menganggukan kepala secepat mungkin.
"Aku mengerti Amira, aku tidak punya pilihan lain dan aku sudah menikah. Please, jangan bilang kepada siapa pun tentang ini. Aku tidak ingin orang lain tahu termasuk kak Afdan," ucap Anna kemudian. Dia menyentuh tangan Amira dan fokus menatap bola mata perempuan itu.
"Oke, aku akan merahasiakan hal ini. Tapi kamu harus tahu juga, Farid itu memiliki kekasih dan kau tahu kan akibat dari itu semua?" jelas Amira. Anna menganggukan kepala mengerti. Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Anna mengusap wajahnya.
"Aku tahu, aku paham hal itu, Amira!"
"Farid sudah dua hari tidak menginap di apartemen, dia bersama kekasihnya dan itu membuatku galau. Tidak ada tempat untukku bercerita hal ini. Hanya kamu yang bisa mengerti hal itu," jelas Anna lirih. Dia menundukan wajahnya sambil menangis.
"Dia menginap di rumah kekasihnya mungkin?"
"Aku tahu Farid tidak bisa pisah dengan perempuan itu. Kamu berada di posisi yang sulit sih," jelas Amira. Anna hanya bisa menganggukan kepala dan terdiam membisu.
"Jadi kau harus buat apa? Farid selingkuh terang-terangan di depanku, aku bingung harus menjelaskan apa kepadanya," sambung Anna frustasi. Amira mencoba menatap layar ponselnya dan mencari tahu mengenai kekasih Farid. Seharusnya dia bisa mendapatkan nomor telepon perempuan itu.
"Kau tidak ingin menghubungi kekasihnya? Jelaskan saja kalo kau istri sah dari Farid. Biasanya sih istri sah punya andil!" ucap Amira kemudian. Anna menggelengkan kepala. Dia belum punya keberanian.
"Lalu, kamu mau seperti apa?" tanya Amira bingung.
"Farid akan selalu bersama kekasihnya itu, statusmu akan menjadi istri panjangan saja," sambungnya. Anna semakin bingung harus berbuat apa.
"Kamu sudah menikah, jadi semuanya harus kamu putuskan. Ke arah mana pernikahanmu ini kelak," seru Amira lagi.
Bersambung …