Farid mempercepat langkahnya menghampiri Anna. Lelaki itu segera masuk ke dalam mobil. Farid mengerutkan kening. Sama seperti anggapan Farid, Anna membulatkan matanya saat melihat suaminya itu.
"Kau di sini?" tanya Anna kemudian. Farid menganggukan kepala.
"Kebetulan sekali kamu di sini," sambung Anna lagi. Farid menghela napas panjang. Dia segera berdiri di samping Anna. Farid bergegas menarik tangan Anna. Dia mendorongnya masuk ke dalam mobil.
"Kau kasar sekali!" gerutu Anna kesal. Farid mendengus kasar ke udara. Dia mengangkat salah satu alisnya sambil berdecak lidah.
"Tidak mau aku antar?"
"Apa mau pergi bersama lelaki lain?" gerutu Farid kemudian. Alis Anna menukik mendengarkan hal itu. Dia sama sekali tidak mengerti maksud Farid.
"Kau bersama lelaki lain kan? Apa dia kekasihmu?" hardiknya. Farid menghela napas panjang. Dia menatap Anna secara tajam dan menunggu jawaban perempuan itu. Anna mengusap wajahnya secara kasar.
"Dia bukan kekasihku, hanya teman biasa!" tegasnya.
"Teman biasa? Namun kamu begitu dekat dengannya, jangan berbohong!" sergap Farid. Anna menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan dengan pelan. Dia malas berdebat dengan lelaki menyebalkan itu.
"Iya, dia hanya teman biasa!"
"Lagian jika aku punya kekasih, itu bukan urusanmu!" gerutu Anna. Dia menatap Farid dengan pandangan tajam dan mematikan. Berharap Farid mengerti maksudnya saat ini.
Farid segera masuk ke dalam mobil. Dengan sangat kesel, Anna ikut masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku paling belakang.
"Asal aku tahu yah, Anna. Aku tidak suka jika kau berdekatan dengan lelaki lain!"
"Aku tidak suka jika kau melakukan itu!" ucap Farid tegas. Anna menghela napas panjang. Percuma berdebat dengan Farid. Lelaki keras kepala itu tidak akan mengalas. Anna hanya terdiam dan tidak mengubris ucapan suaminya. Farid melirik dari kaca spion. Menunggu jawaban perempuan itu.
"Kau mengerti?" gumamnya lagi.
"Iya, aku paham itu, Tuan Farid yang menyebalkan!"
"Tapi asal kau tahu saja, aku juga tidak suka jika kau berdekatan dengan Salma!" balas Anna tidak mau kalah.
"Itu berbeda, Anna. Aku sudah berdekatan dengan Salma jauh sebelum mengenalmu, jadi jangan larang aku untuk hal itu!" tegas Farid. Anna memonyongkan bibirnya saat lelaki itu berbicara. Farid egois, dia benar-benar egois, pikirnya.
"Jadi tidak salah jika aku berdekatan dengan lelaki itu, soalnya aku juga sudah mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu," gerutu Anna. Dia membalas perkataan Farid. Anna bisa melihat wajah tidak suka dari suaminya, bahkan dia melajukan mobil dengan kencang dan mengepal tangannya dengan kuat.
***
Di dalam apartemen, Anna segera menyediakan makanan dan Farid bergegas masuk ke dalam kamarnya tanpa bersuara. Emosi merasuki tubuh lelaki itu. Bahkan Farid tidak menatap Anna selama di dalam mobil.
"Kau mau makan apa?" tanya Anna berbasa-basi.
"Kau bukan pembantu di sini, ngak usah buatkan makanan buat aku!" ucap Farid dari dalam kamar.
"Ya, aku istrimu di sini, masa aku membiarkan suamiku kelaparan?" balas Anna lagi. Dia berdiri di depan kamar Farid. Lelaki itu mengunci kamarnya dari dalam. Anna yakin Farid sedang marah.
"Kau cemburu yah?"
"Astaga, bisa-bisanya kamu cemburu kepadaku?" balas Anna kemudian. Dia tertawa dan secepat mungkin menutup mulutnya agar suaranya tidak terdengar ke dalam kamar.
Klek~
Pintu terbuka. Mata Farid menatap tajam ke arah Anna. Tubuh Anna menegang seketika, dia menatap Farid dengan ekspresi ketakutan. Farid melangkan dan mencondongkan wajahnya.
"Kau bilang aku cemburu?"
"Aku tidak pernah cemburu kepadamu, perempuan kampungan!"
"Aku bahkan tidak pernah menginginkan pernikahan ini, bagaimana aku bisa cemburu kepadamu?" ucap Farid.
"Bahkan menyentuhmu saat ini, aku sama sekali tidak sudi!" sambungnya lagi. Anna tersentak, darahnya serasa berdesir apalagi Farid memandangnya dengan ekspresi tidak bersahabat. Deru napas Anna berkejaran. Dadanya terasa sesak seketika.
"Pernikahan ini hanya formalitas kepada ayahku!"
"Jadi jangan pernah bilang kalo aku cemburu, aku tidak tertarik kepadamu!" sambungnya.
Klek~
Farid menutup pintu dengan keras. Bola mata Anna mendadak memanas. Dia mencoba menyeka bulir air mata yang menetes tanpa komando. Kata-kata Farid berhasil melukai hatinya saat ini.
Anna bergegas masuk ke dalam kamar. Dia membaringkan tubuhnya sambil menutup wajahnya dengan bantal. Anna menangis. Hatinya sangat terluka dengan ucapan Farid. Lelaki iu benar-benar menyebalkan.
"Aku tidak pernah ingin menikah dengannya!" batin Anna dengan linangan air mata.
"Aku sama sekali tidak ingin menikah dengannya!" gerutunya lagi. Anna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Mencoba menenangkan hatinya yang benar-benar terluka saat ini.
"Aku benar-benar membencimu, Farid!" gerutu Anna kesal.
***
Makan malam berlangsung, Anna menyediakan mie goreng yang dibuatnya dari sore hari. Anna tidak punya selera mengunyah makanannya. Bahkan Anna hanya menatap piring yang berisi mie di depannya.
"Makanlah!"
"Kenapa kamu tidak memakan masakanmu?" tanya Farid sambil mengerutkan kening. Anna menghela napas panjang. Dia spontan menatap lelaki di depannya.
"Aku kenyang!" ucap Anna lalu bergegas membuang pandangannya.
"Kenyang? Kau bilang sudah kenyang?" ulang Farid terheran.
"Kau sudah menangis?" ucap Farid lagi. Dia menyipitkan matanya memandangi Anna yang tertunduk lemas. Perempuan itu menggelengkan kepala.
Farid tahu bahwa Anna sudah menangis. Wajah perempuan itu sama sekali tidak bisa membohonginya saat ini.
Farid memasukan satu sendok mie ke dalam mulutnya. "Masakanmu enak!" ucap Farid mencoba menghibur. Anna tidak mengubris. Dia tetap tertunduk ke bawah tanpa berkata apapun.
"Kau pintar juga membuat makanan," sambungnya lagi. Anna masih saja terdiam, dia tidak berselera untuk makan malam.
"Jangan-jangan ada racun di dalam sini?" tuduhnya. Anna menyungingkan senyum.
"Kau selalu menuduhku, kau katakana aku memasukan racun, bisa saja aku memasukan racun ke dalam makanan itu," ucap Anna. Dia menongakan wajahnya dan menatap Farid yang asik mengunyah makanan.
Ting!
Farid menjatuhkan sendok yang ada di tangannya. Dia bergegas mengambil secangkir air mineral.
"Kau meracuniku yah?" teriaknya.
"Jika aku mati bagaimana?" gerutunya. Farid berusaha mengeluarkan makanan yang sudah ditelannya. Melihat wajah cemas dan frustasi dari lelaki itu membuat Anna tersenyum.
"Rasakan!" batinnya. Wajah Farid memerah, dia terus-terusan meminum air mineral dan berharap racun itu tidak beraksi.
"Jika kau marah kepadaku, katakan saja!"
"Jangan meracuniku!" ucapnya frustasi. Anna tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa terbahak-bahak sambil menatap Farid. Lelaki itu mengerutkan kening melihat istrinya saat ini.
"Gila saja kalo aku meracunimu, aku hanya berbohong!" gumam Anna. Dia bergegas masuk ked ala kamar. Anna benar-benar puas melihat wajah frustasi dari Farid.
"Sial!"
"Hai, kau tahu kan kalo membohongi suami itu dosa!" hardiknya.
Anna meleletkan lidahnya dan bergegas menutup pintu kamar dengan keras. Sekarang dia sangat puas.
Bersambung …