Anna bangun dan menatap pungung seorang lelaki sedang sibuk di dapur. Setelah sholat subuh, dia tidur lagi. Sebuah kebiasan buruk yang selalu Anna sesalkan.
Anna menatap dengan jelas Farid yang sedang kebingungan di dapur. Anna turun dari tempat tidur dan bergegas menghampiri lelaki itu.
"Sedang apa?" tanyanya. Farid spontan membalikan badan lalu menatap Anna yang sudah berdiri di sampingnya. Tinggi Anna hanya sampai di bahunya jadi dia harus melihat ke bawah.
"Masak mie!"
"Kok masak mie sih? Aku kan bisa buatkan kamu sarapan lain," sahut Anna terheran. Farid terdiam cukup lama. Dia mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Farid bingung harus menjelaskan kepada Anna apa yang ada dipikirannya saat ini.
"A-aku takut membangunkanmu."
"Aku melihatmu sangat lelah, apalagi beberapa hari ini sibuk mengurusku, makanya aku buat sarapan ini saja," jelas Farid.
Anna menggelengkan kepala. Dia segera melepaskan celemek yang sedang dipakai Farid dan bergegas menyuruh suaminya itu untuk mingir dari wilayah dapur.
"Biar aku saja yang sediakan makanan, kamu duduk saja di tempat itu!" ucap Anna kemudian. Farid mundur beberapa langkah. Dia melihat Anna secara gesit memotong beberapa roti tawar dan mengolesinya dengan beberapa cokelat lalu dibakar. Sepertinya istrinya itu akan membuat roti bakar pagi ini.
Farid bergegas duduk di meja makan sambil memandangi Anna.
"Kau kenapa senyum tadi malam?"
"Tadi pagi diantar sama siapa?" tanya Farid lagi. Anna tidak mengubris, Farid menghela napas panjang.
Anna melirik ke arah Farid yang terdiam saat pertanyaanya tidak dijawab olehnya. "Aku sebenarnya di antara oleh teman," jawab Anna.
"Oh teman, aku baru tahu!" ucap Farid lagi.
Roti tawar itu diletakkan di atas meja. Ada satu kotak bekal yang berada di depan Farid dan membuatnya kebingungan.
"Apa ini?"
"Makanan buatmu, nanti siang katanya kamu tidak bisa keluar jauh-jauh mencari makanan, aku buatkan saja ini," jawab Anna segera.
"Terima kasih yah," sahutnya. Anna menganggukan kepala. Mereka berdua menikmati sarapan. Anna tidak bersuara lagi. Sama seperti Farid. Suasana mendadak hening, Farid sesekali mencuri pandangan ke arah Anna.
"Kamu mau aku antar?" tanyanya. Anna menggelengkan kepala.
"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri!" jawabnya.
***
Farid menatap Salma yang segera berlari saat melihat dirinya sampai di depan kampus. Salman melambaikan tangan dan bergegas memeluknya dari belakang.
"Sayang, lama tidak jumpa!"
"Aku rindu!" ucapnya kemudian. Farid yang menyadari kekasihnya itu spontan menatap Salma. Bola mata mereka bertemu beberapa detik. Salma menyukai sentuhan Farid di pipinya.
"Tapi aku tidak!" ucap Farid ketus.
"Kok gitu sih? Biasanya kamu yang paling rindu dengan aku, kok kamu beda sih sekarang?" gerutu Salma kemudian. Farid menghela napas panjang. Dia berusaha melepaskan pegangan Salma di lengannya. Farid menutup pintu dan bergegas menuju fakultas.
Salma yang melihat kekasihnya itu cuek hanya bisa berdecak lidah. Dia benar-benar tidak suka jika Farid seperti ini.
Di dalam fakultas, Farid menyelesaikan beberapa tugasnya. Sesekali dia menghubungi Anna melalui pesan singkat. Perempuan itu sangat cuek kepadanya.
"Halo?" sahut Farid saat Anna mengangkat teleponnya.
"Kamu di mana?" tanyanya segera.
"Di jalan, ada apa?"
"Apa ada ketingalan tadi?" tanya Anna kemudian. Farid terdiam, dia mendengarkan secara cermat suara seorang lelaki yang sedang berbicara dengan Anna. Farid menyipitkan matanya sambil menebak suara siapa itu.
"Kau sedang sama siapa?" tanya Farid lagi.
"Sama teman, ada apa Farid?" gumam Anna kemudian. Farid menghela napas panjang. Suara lelaki itu tidak asing di telingannya. Farid sepertinya mengenal jelas lelaki itu.
"Mau aku jemput nanti?" tanya Farid lagi. Anna menghela napas panjang.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri!"
"Sudah dulu yah," ucap Anna kemudian. Setelah itu Anna mematikan sambungan teleponnya dan membuat Farid berdecak kesal. Apakah istrinya bersama lelaki lain?
"Bisa-bisanya Anna bersama lelaki lain?" ucapnya geram.
Farid mengepal tangannya karena geram. Siapa yang berani bersama istrinya saat ini? Apakah dia tidak tahu kalo Anna sudah menjadi istrinya? Pikirnya. Farid benar-benar kacau, dia harus menemui Anna di fakultas setelah jam kuliah selesai.
Farid menghela napas kasar. "Anna ternyata bisa main belakang juga yah," ucapnya dalam hati.
***
Setelah penjelasan materi dari Prof. Wingson, Farid bergegas keluar dari dalam kelas. Beberapa teman kelas melihat Farid dnegan ekspresi terheran. Biasanya Farid akan berada di kelas dalam waktu lama, kebetulan sekali lelaki itu bergegas pulang secepat mungkin.
Farid berjalan menuju parkiran mobil. Dia selalu memikirkan lelaki yang terdengar akrab dengan Anna. Siapa lelaki itu? Mengapa Anna menyebutnya teman? Mereka hanya sebatas teman atau ada yang lain? Pikirnya.
Di depan parkiran, Salma kemudian berlari dan memeluk Farid dari belakang. Perempua itu merapatkan pelukannya dan bersikap manja. Salma baru saja pulang dari London dan dia sangat rindu dengan Farid.
"Apa sih?" gerutu Farid kesal.
"Aku rindu sayang," ucap Salma kemudian.
"Aku sudah bilang, ngak usah panggil aku sayang!" ucap Farid kesal. Salma menghela napas panjang. Farid seakan tidak suka dengan sentuhannya. Biasanya Farid akan membalas pelukannya dan mereka berciuman. Mengapa lelaki itu mendadak dingin saat ini?
"Kamu kenapa sih? Ngak rindu sama aku?" tanya Salma kesal. Dia melepaskan pelukannya lalu menatap Farid dengan bola mata terbelalak. Salma membenci Farid yang bersikap dingin kepadanya. Salma tidak suka hal itu!
"Kau kenapa sih Farid? Benci banget yah sama aku?" ulangnya.
"Kau tidak suka sama aku lagi yah?" sambung Salma cemberut. Farid mengusap wajahnya secara kasar.
"Aku baru saja memenangkan lomba di London, kok kamu terlihat tidak suka begitu?" sambungnya lagi.
"Kamu selingkuh yah?" tuduh Salma kemudian. Farid menghela napas panjang. Dia tidak punya waktu saat ini, sebelum Anna pulang dari kampus, dia harus berada di depan rumah sakit. Anna berada di rumah sakit untuk mengambil beberapa sampel hasil penelitiannya.
"Aku tidak punya waktu!" gerutu Farid. Dia bergegas masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Salma yang berdecak kesal. Perempuan berbodi sintal itu menyipitkan matanya menatap Farid. Kekasihnya itu tidak pernah bersikap dingin.
"Apa yang membuat Farid seperti demikian?" pikirnya.
Di dalam mobil, Farid tidak henti-hentinya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya saat ini. Anna belum pulang dari rumah sakit jadi dia bisa menjemputnya lebih awal.
Sesampai di rumah sakit yang tidak jauh dari kampusnya, Farid segera turun. Dia lalu masuk ke loby rumah sakit dan mengambil ponselnya dari saku untuk menghubungi Anna.
Namun sayangnya, ponsel istrinya itu tidak aktif. Farid berdecak lidah.
"Perempuan aneh itu kok ngak angkat teleponnya?" gumamnya kesal.
Dari arah yang jauh, Farid melihat Anna sedang berdiri di depan seorang lelaki. Anna tersenyum dan lelaki itu tersenyum menatap Anna yang semangat bercerita.
"Siapa dia?" sahut Farid terheran.
Bersambung …