Chereads / Mendadak Nikah / Chapter 19 - Debaran Jantung

Chapter 19 - Debaran Jantung

Anna yang tersenyum semalaman membuat Farid mengerutkan kening. Baru kali ini dia melihat perempuan itu diam di meja makan sambil tersenyum sendiri. Bahkan Farid yang mengeser kursi pun tidak digubrisnya. Biasanya Anna akan mengamuk karena Farid tidak menunggunya sampai selesai makan.

Farid meletakkan tangannya di dahi Anna. Memeriksa suhu perempuan itu secara manual. Anna mengerutkan kening saat Farid secara tiba-tiba menempelkan tangannya di dahi.

"Kau buat apa?" gerutunya kesal sambil menatap ke arah Farid. Anna menatap sinis ke arah lelaki itu. Farid menghela napas panjang dan memindahkan tangannya.

"Aku kira kau sedang sakit, soalnya selalu tersenyum tidak jelas seperti itu!" jawabnya kemudian.

"Memangnya ada apa? Kok kamu seperti itu sih?" sambungnya lagi. Anna menghela napas panjang sambil bergegas berdiri dari kursi makan.

"Aku sedang bahagia!" jawabnya dan bergegas berjalan menuju kamar.

"Sedang bahagia? Biasanya kau tidak seperti ini, apa yang membuatmu bahagia perempuan aneh?" ucap Farid yang mengekor dari belakang. Saat di depan pintu, Anna bergegas menutup pintunya dan membuat Farid berdecak pingang.

"Buka pintunya! Aku mau masuk!" teriaknya.

Anna yang berdiri di balik pintu menghela napas kasar ke udara. "Kau sudah punya kamar di sebelah, mengapa selalu mau masuk ke kamarku!"

"Aku lagi tidak mau menjelaskan kepadamu banyak hal, pergilah ke kamarmu!"

"Tidak penting juga menceritakan kepadamu mengapa aku bahagia!" ucap Anna dari balik pintu. Farid yang berdiri di depan pintu bergegas mengetuk hingga membuat Anna sangat tergangu.

Tok … Tok …

"Kau sangat mencurigakan? Apakah kau selingkuh, ah?"

"Kau berani juga yah!" teriak Farid. Anna yang duduk di bibir ranjang mengusap wajahnya secara kasar.

"Pergilah Farid aneh, aku tidak mau berurusan denganmu!" gerutu Anna.

"Kau selingkuh yah? Makanya senyum terus?" balas Farid dari luar. Anna menatap tajam ke arah pintu yang tertutup.

"Tidak peduli aku selingkuh atau tidak, itu bukan urusanmu!"

"Enyahlah!" sahut Anna sedikit berteriak. Farid yang mengetuk pintu menghentikan tindakannya. Perempuan aneh itu sama sekali tidak ingin membuka pintu. Farid curiga bahwa ada sesuatu hal yang dilakukan Anna.

Tidak mungkin perempuan itu senyum sendiri jika bukan karena lagi selingkuh.

"Ingat, hanya aku yang bisa berdekatan dengan Salma, kau jangan berdekatan dengan lelaki lain!" teriak Farid. Setelah mengatakan itu, dia bergegas pergi meninggalkan kamar Anna.

"Dasar lelaki egois!" teriak Anna kesal. Dia benar-benar tidak setuju dengan tindakan Farid.

***

Di dalam kamar, Anna membaringkan tubuhnya sambil memijit pelipisnya yang terasa berat. Namun bayangan senyuman kak Afdan membuat Anna kembali merasakan pesona asmara. Mengapa kak Afdan begitu dekat dan seakan penasaran dengan dirinya? Apakah kak Afdan sudah lebih dahulu mengincarnya? Pikir Anna. Bayangan kak Afdan menari-nari di kepalanya saat ini.

"Atau kak Afdan memang menyukaiku lebih dahulu?"

"Jangan-jangan selama ini dia memperhatikanku?" sambungnya lagi. Anna tersenyum dan sesekali memukul pipinya untuk menyadarkannya kembali. Anna ingin melompat karena senang, namun saat bayangan Farid melintas di pikirannya. Dia mendadak murung dan tidak enak perasaan.

"Anna!" teriak suara itu lagi. Anna mendengus kesal.

"Anna!" ulangnya. Lagi-lagi Farid memangilnya. Anna secepat kilat keluar dari dalam kamar. Sepertinya lelaki menyebalkan itu sedang membutuhkan sesuatu, apalagi yang dia tidak bisa cari selain pakaian dalamnya? Pikir Anna.

Klek~

Pintu terbuka. Anna menatap Farid yang sedang mengaruk kepalanya di dalam kamar. Anna mengerutkan kening menatap Farid saat ini.

"Ada apa?" tanyanya. Farid spontan membalikan badan dan menatap Anna.

"Pakaian dalam lagi? Kamu tidak melihat pakaian dalammu lagi?" tebak Anna kemudian. Farid menghela napas panjang. Dia mengusap wajahnya secara kasar.

"B-bukan itu, aku bukan ingin menanyakan hal itu!" gumam Farid kemudian.

"Tapi apa?" tanya Anna secepat mungkin. Farid mengeluar perutnya sambil tersenyum. Anna menghela napas panjang. Apalagi yang tidak bisa dilakukan Farid selain mencari pakaian dalamnya? Ya, dia tidak bisa masak dan sering kelaparan di tengah malam. Pantas saja ayahnya menikahkan Farid secepat mungkin agar ada yang mengurusnya dan perempuan yang terpilih adalah dirinya.

"Apakah ini bentuk kesialan atau anugerah?" gumam Anna dalam hati. Farid masih tersenyum.

"Ya udah, tunggu di meja makan, aku akan membuatkan makanan," ucap Anna kemudian. Dia bergegas menuju dapur. Farid mengekor di belakangnya layaknya anak kecil. Farid duduk dengan manis sambil menatap Anna yang sibuk menyediakan makanan.

"Kau sangat manis dari belakang!" ucap Farid kemudian. Anna tidak mengubris.

"Aku serius!" ucap Farid. Anna sudah tahu tipikal suaminya itu. Selain dia adalah playboy cap kadal, Farid juga lihai dalam membuat kata-kata.

Satu piring nasi goreng terhidangkan di depan Farid. Dia bergegas mengambil nasi goreng itu lalu melahapnya sampai habis. Anna yang duduk di depan suaminya hanya bisa menggelengkan kepala.

"Kau selalu gitu yah tiap malam?" ucap Anna. Farid tidak menjawab. Lelaki itu seperti manusia kelaparan saat ini. Untung saja tampan, pikir Anna.

Setelah nasi goreng itu habis, Farid bergegas kembali ke dalam kamarnya. "Sebenarnya kamu lebih butuh asisten rumah tangga, bukan istri!" sindir Anna. Farid membalikan badan.

"Kan asisten rumah tangga tidak semuanya bisa melakukan apa yang aku minta," balas Farid sambil mengangkat alisnya dan tersenyum penuh misteri.

Farid kemudian melangkah pelan kembali menuju Anna dan membuat perempuan itu ketakutan.

"Apa maksudmu?" sahut Anna segera.

"Ya, tentu saja sesuatu yang biasa dilakukan suami istri!" ucap Farid lagi. Anna menggelengkan kepala. Wajahnya mendadak pucat apalagi saat Farid bergegas mengendongnya. Dia memberontak secepat mungkin.

"Gila yah!"

"Lepaskan aku!"

"Aku tidak mau!" teriaknya.

"Aku akan laporkan kamu!" gumam Anna kemudian. Mendengarkan ucapan istrinya itu, Farid tertawa terbahak-bahak. Anna ingin melaporkan dirinya ke mana? Pikirnya.

"Lepaskan!" aduhnya. Farid bergegas berjalan menuju kamar. Anna semakin ketakutan dan histeris. Tubuhnya serasa menegang dan darahnya berdesir secepat mungkin.

"Lepaskan aku monster jantan!" makinya. Anna memberontak tetapi dia tidak bisa berbuat apapun.

Farid membuka pintu. Setelah membuka pintu itu, dia bergegas ke tempat tidur dan membaringkan Anna di tempat itu. Jantung Anna berdetak lebih kuat. Dia benar-benar ketakutan dan bingung harus berbuat apa.

Anna memejamkan matanya saat Farid mulai mencondongkan wajahnya. Anna bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kuat. Dia bingung harus berbuat apa saat ini.

Plak!

"Aduh, sakit tahu!" gerutu Anna sambil mengeluar kepalanya. Farid memukul kepalanya meskipun dengan lembut.

"Kau pikirkan apa, ah?"

"Pasti hal yang aneh-aneh kan?" tudur Farid. Anna menghela napas panjang. Dia bergegas duduk kembali.

"Jangan mimpi!" gumam Farid sambil berjalan keluar dari dalam kamar.

"Terima kasih nasi gorengnya yah," sahut Farid sebelum menutup pintu itu kembali. Tidak lupa dia tersenyum dan mengedibkan sebelah matanya. Anna menatapnya dengan ekspresi terheran.

"Dasar lelaki monster jadi-jadian!" gerutu Anna kesal. Dia bergegas tidur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Anna masih bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Hal aneh yang baru saja dirasakannya.

Bersambung …