Tok … Tok …
Suara ketukan pintu itu membuat Anna membuka mata secara tiba-tiba. Baru saja dia ingin terlelap tidur namun lagi-lagi ada yang menganggunya.
"Siapa lagi yang menganggunya malam ini?" ocehnya kesal.
Klek~
Anna bergegas membuka pintu. Dia menatap Farid yang sedang berdiri di depannya. Lelaki itu menatapnya dengan sangat lama. Anna memerhatikan Farid dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Boleh aku masuk?" tanyanya. Anna mengerutkan kening.
"Buat apa? Kau mau macam-macam yah?" gumam Anna sambil membulatkan mata. Farid mengacak-acak rambutnya frustasi. Seharian bersama Anna, dia seperti orang yang sangat jahat. Perempuan itu selalu menuduhnya macam-macam.
"A-aku hanya ingin masuk ke dalam, bukan mau buat apa!" balas Farid sedikit meninggikan suaranya.
"Aku mau tidur, aku malas di dalam kamarku."
"Lagian kamu istriku, tidak masalah jika tidur satu ranjang!" ucap Farid kemudian. Anna menghela napas kasar ke udara. Dia tidak suka jika Farid berada di dalam kamarnya saat ini. Tanpa menunggu ucapan Anna, Farid spontan masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya di ranjang dan membuat Anna berdecak kesal.
"Ya, kalo aku mau malam pertama, bagaimana?" gumamnya. Bola mata Anna terbelalak mendengarkan hal itu. Dia benar-benar kesal melihat Farid. Lelaki di depannya menyungingkan senyum misteri.
"Kalo kau berani menyentuhku, aku akan memotong lehermu!" ancam Anna. Dia berkacak pingang di depan Farid yang sedang tidur di ranjangnya. Melihat Anna yang ketakutan, membuat Farid semakin tertantang.
Farid spontan berdiri. Dia berjalan pelan ke arah Anna. "Jangan macam-macam, aku benar-benar akan berteriak!" ancamnya.
Farid menahan tawa, dia mengangkat salah satu alisnya dan semakin maju. Hari ini dia akan membuat perempuan itu ketakutan setengah mati.
"Farid!" sahut Anna sedikit berteriak. Jarak mereka tinggal beberapa sentimeter sekarang. Anna memundurkan tubuhnya hingga menyentuh dinding. Dia terperangkap di dalam kamarnya sendiri saat ini.
"Jangan lakukan ini!" desah Anna dengan deru napas yang saling berkejaran. Peluh menetes membasahi pipinya. Farid tepat berdiri di depannya dan lelaki itu mencondongkan wajahnya menatap Anna.
Aroma maskulin jelas menyeruak di indra penciuman Anna. Tangannya mendadak dingin dan darahnya berdesir seketika.
"Jangan lakukan hal yang aneh!" ucapnya. Anna gugup namun setenang mungkin dia menatap Farid yang terus mendekatinya. Jantung Anna berdetak lebih cepat saat ini.
"Hal yang aneh? Bukankah apa yang akan dilakukan bukan hal yang aneh?"
"Kita akan merasakan cinta bersama," gumam Farid sambil menyeringai dengan sangat menyeramkan. Farid menyentuh pipi Anna dan membuat perempuan itu bergetar hebat. Jarak antara Anna dan Farid hanya beberapa sentimeter saat ini.
"Kau gila!" gumam Anna saat mendengarkan deru napas dari Farid. Lelaki itu sangat dekat. Farid tersenyum, dia hampir saja menyentuh bibir Anna saat ini.
"Kau takut?" bisiknya pelan. Anna memejamkan matanya. Dia benar-benar ketakutan. Lalu secara cepat, Farid menyentuh jidatnya dan mendorongnya dengan tangan.
"Hai!"
"Kau sedang memikirkan apa?"
"Pasti kamu sedang memikirkan hal yang aneh, bukan?" ucapnya kemudian. Farid spontan berbalik arah dan bergegas menuju tempat tidur. Dia menarik selimut lalu menutup seluruh tubuhnya.
Anna yang menyenderkan tubuh di dinding menghela napas panjang.
"Syukurlah lelaki itu tidak menyentuhku," batinnya kemudian.
"Tidurlah Anna, jangan berpikir yang aneh-aneh!" ucapnya. Anna melangkah pelan, dia naik ke atas tempat tidur sambil menatap tubuh Farid yang tertutup selimut. Anna membuat jarak kepada lelaki itu.
"Jangan melewati batas!" ucap Anna sambil melirik Farid.
"Lihat saja, siapa yang akan melewati batas diantara kita!" gumam Farid kemudian. Anna menghela napas panjang. Dia mencoba menutup matanya. Namun, jantungnya masih berdetak lebih cepat.
"Lelaki menyebalkan!"
"Benar-benar lelaki menyebalkan!" gerutunya dalam hati.
***
Pagi-pagi buta, Farid sudah lebih dahulu ke kampus. Dia meninggalkan Anna yang masih sibuk dengan sarapannya. Farid tidak punya waktu banyak untuk menunggu perempuan itu. Lagi pula, dia tidak ingin orang lain tahu bahwa seorang Khanna yang menyebalkan adalah istrinya.
Anna yang menatap Farid bergegas pergi hanya bisa berdecak lidah. Anna benar-benar kesal kepada lelaki itu. Bagaimana tidak? Tadi pagi saat Anna bangun, Farid sudah memeluknya dengan erat. Dia membawah tubuh Anna ke dalam pelukannya dan mereka bahkan satu selimut. Anna benar-benar menepis kejadian mengerikan itu di otaknya.
"Mengapa dia sengaja melakukan hal itu?"
"Aku rasa Farid memang lelaki mesum!"
"Untung saja dia tidak melakukan hal aneh kepadaku," ucap Anna kemudian. Dia lalu mengambil secangkir cokelat susu lalu menyeruputnya dengan pelan. Setelah sarapan, Anna bergegas menuju ke kampus. Dia akan jalan kaki karena jarak kampusnya tidak terlalu jauh.
Anna keluar dari dalam apartemen. Dia melangkah cepat sambil terus melirik benda persegi yang melingkar di pergelangan tangannya saat ini.
"Khanna!" panggil suara itu. Ekor mata Anna melirik sebuah mobil hitam yang berjalan di sampingnya. Langkahnya berhenti sejenak lalu melihat Afdan yang tersenyum dari dalam mobil.
"Afdan?"
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Anna terheran.
"A-aku ingin mengajakmu ke kampus bersama, bisa?" ucap Farid kemudian. Anna memutar bola matanya. Dia sedang mempertimbangkan tawaran Afdan. Jika dia masuk ke dalam mobil itu, maka orang-orang kampus akan melihatnya dan menyorotinya.
"Masuklah!" perintah Farid lagi.
"Kak Afdan serius?" sahut Anna kemudian. Farid menganggukan kepala. Dia benar-benar yakin dengan tawaran itu.
"Masuklah Anna!" ulangnya. Dengan langkah pelan, Anna berdiri di depan pintu. Dia kemudian segera duduk di samping Afdan. Anna tersenyum namun sebisa mungkin dia mengaturnya. Dia tidak ingin Afdan melihat wajah bahagianya. Bagaimana pun juga dia harus menjaga harga dirinya di depan lelaki itu.
"Kau sering berjalan sendiri?" tanya Afdan sambil menyetir. Anna menganggukan kepala.
"Tinggal bersama siapa? Di apartemen yang tadi?" sambungnya lagi. Anna tersentak kaget. Dia bingung harus menjawab apa. Anna tidak mungkin jujur dan mengatakan bahwa dia adalah istri dari seorang Farid. Lelaki menyebalkan dan playboy cap kadal.
"A-aku tinggal sendiri," jawab Anna kemudian. Afdan tersenyum. Kurang lebih lima belas menit, Afdan menghentikan mobilnya. Anna melirik ke luar jendela.
"Sudah sampai," ucap Afdan kemudian. Anna bergegas membuka pintu namun Afdan lebih dahulu turun dari mobil dan bergegas membuka pintu itu untuk Anna.
"Lain kali, jika kamu butuh teman ke kampus, hubungi aku saja!" ucap Afdan kemudian. Anna menunduk ke bawah sambil menganggukan kepala karena malu. Pipinya sangat panas dan dia yakin bahwa pipinya merona saat ini.
"Terima kasih kak Afdan," ucapnya. Anna melambaikan tangan hingga mobil Afdan tidak terlihat lagi. Anna menghela napas panjang. Dia bergegas masuk ke dalam fakultas dan tersenyum di setiap langkahnya. Seperti hari ini adalah mimpi. dia diantar oleh Afdan, lelaki yang sangat dia kagumi selama ini.
Bersambung …