"Jangan galak-galak dengan suamimu di sana!"
Kalimat yang kesekian kalianya dilontarkan ibu Farida kepada Anna yang sibuk memasukan beberapa barang ke dalam kopernya. Anna menatap Farid yang tersenyum menatapnya.
"Lagian juga, nanti di sana kalian akan berduaan saja. Jadi tidak ada orang tua yang mengawasi."
"Layani Farid dengan baik!" ucap ibu Farida lagi. Anna yang memasukan beberapa baju lamanya ke dalam koper menganggukan kepala. Ya, Farid sudah sangat puas hari ini. Dia terus tertawa melihat Anna yang diam membisu.
"Anna akan lembut kepada mas Farid. Lagian kami juga masih dalam tahap pengenalan. Baru saja menikah jadi agak kaku," jelas Anna. Dia menatap wajah ibunya.
Farid mencium pungung tangan ibu Farida. Dia memohon izin untuk membawah Anna bersamanya ke Turkey. Ibu Farida terharu, dia akhirnya tidak sakit kepala memikirkan Anna lagi. Sudah ada Farid yang akan menemani anaknya itu.
"Farid, tetap bersama Anna di sana yah!"
"Anaknya itu kadang keras kepala," ucap ibu Farida. Farid menganggukan kepala. Dia sangat ramah menatap wajah ibu Farida saat ini. Anna mengekor di belakang Farid. Beberapa asisten tuan muda itu lalu memasukan koper Anna ke dalam mobil.
"Anna pergi dulu yah bu," ucap Anna sambil mengecup pipi ibunya. Anna masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan. Ibu Farida membalas lambaian tangan anaknya. Dia bahagia saat ini, sudah ada Farid yang akan selalu menjaga anaknya saat ini.
Di dalam mobil, Farid melirik Anna yang terus memandang keluar jendela saat ini. "Tadi malam kamu ke mana?"
"Kata ayah, kamu tidak ke rumah," tanya Anna sambil memandangi wajah Farid yang duduk di sampingnya sekarang. Farid menghela napas panjang.
"Aku bertemu Sintia," ucapnya jujur.
"Sintia? Siapa dia?" tanya Anna sambil menyipitkan mata. Farid menatap wajah istrinya sambil mencoba tersenyum. Ya, dia sangat malas berbohong kepada Anna mengenai Sintia. Farid juga selama ini tidak mencintai perempuan itu.
"Sintia adalah kekasihku."
"Aku memutuskan hubungan dengannya tadi malam."
"Walaupun dia tidak menerima semua ini, namun aku juga tidak bisa melanjutkan hubunganku dengannya," jelas Sintia kemudian. Farid menghela napas panjang. Dia mengengam tangan Anna namun secepat mungkin di tepis.
"Oh, aku belum siap pegangan tangan denganmu. Nanti di Turkey, anggap saja kita kenal dekat tapi tidak menikah," ucap Anna kemudian.
"Oke, aku juga belum siap dengan status ini, lagian juga ayahku itu mengapa mendadak sekali menikahkan kita. Aku sebenarnya belum siap!" gerutu Farid kesal.
"Memangnya kau pikir aku siap menikah denganmu?" balas Anna lagi.
***
Sesampai di bandara Soekarno Hatta. Anna melihat Farid yang sedang sibuk memeriksa tiket. Anna hanya bisa terdiam dan terus mengamati gerak-gerik suaminya itu dari kejauhan.
"Nanti di dalam pesawat, jangan macam-macam!" ucap Farid kemudian. Anna menghela napas panjang. Dia sama sekali tidak pernah kepikiran untuk memeluk tubuh lelaki itu.
"Memangnya wajahku terlihat mesum yah?" ucap Anna. Farid duduk di samping istrinya sambil melipat kakinya dan menunggu jadwal keberangkatan. Ada Pak Asep yang bertugas mendampingi mereka berdua sampai ke Turkey. Pak Asep sengaja dibawah ke Turkey untuk menemani Anna dan Farid.
Mendengarkan keributan antara Anna dan Farid. Pak Asep hanya bisa menggelengkan kepala. Dia benar-benar bingung dengan jalan pikiran pengantin baru itu.
Anna dan Farid kemudian masuk ke dalam pesawat. Mereka berdua duduk dan saling tidak berbicara. Perjalanan enam jam ke Turkey menguras energinya. Untung saja Tuan Baskoro memesan tiket pesawat kelas bisnis.
"Apakah nanti aku akan tinggal di apartemenmu?" tanya Anna kemudian. Farid menganggukan kepala.
"Tentu saja, kau pikir aku akan menginap di asramamu?" tanya Farid kemudian. Anna menghela napas panjang. Berdebat dengan Farid serasa menguras energinya terlalu banyak.
Anna dan Farid akhirnya transit di Dubai. Mereka bertiga menikmati makan malam di Dubai sebelum melanjutkan perjalanan menuju Ankara. Anna sama sekali tidak berbicara banyak kepada Farid. Dia membiarkan lelaki itu yang berbicara terlebih dahulu.
Farid selalu dingin kepadanya. Anna menyadari bahwa mereka berdua sama sekali tidak cocok. Anna tidak memiliki kemiripan dengan Farid disegala bidang.
"Aku lelah, jadi bisakah kau memijit tanganku?" tanya Farid manja. Dia mengulurkan tangannya ke depan Anna dan menyuruh istrinya itu untuk memijit bagian belakang tangannya. Anna menatap wajah Farid yang sangat manja itu.
"Kau terlalu lemah," ucap Anna kemudian.
"Siapa yang bilang aku lemah? Aku capek bawah koper kamu yang sangat banyak. Ini pindahan atau memang mau pindah rumah?" oceh Farid. Dengan tidak semangat, Anna kemudian memijit tangan suaminya. Walaupun wajah mereka tidak saling bertatapan.
"Lain kali, jangan banyak bawah koper, aku repot mengurusmu!" ucap Farid ketus. Anna semakin memijit tangan lelaki itu dengan keras hingga Farid menjerit kesakitan. Anna berpura-pura tidak peduli.
***
Sesampai di bandara Ankara. Anna mendorong kopernya masuk ke sebuah mobil hitam yang sudah menunggunya di depan. Farid bergegas masuk dan menatap Anna yang masih repot mendorong tiga kopernya. Ya, dia sengaja membawah banyak baju karena Anna akan sangat lama pulang ke Indonesia lagi. Anna selalu suka membuat dirinya repot sendiri.
"Aku sudah bilang, ngak usah bawah banyak baju!"
"Kau ini seperti mau pindahan saja, biar aku belikan baju di Turkey!" gumam Farid. Dia mengangkat dua koper istrinya karena tidak tega melihat wajah cemberut dari Anna. Pak Asep sibuk membawah beberapa barang milik Farid.
"Alhamdulillah!" desah Anna saat sudah duduk di kursi.
"Ingat, jangan biarkan anak-anak tahu kalo kita suami istri!" ucap Farid sambil menghunuskan pandangan tajam ke arah Anna.
"Kau harus ingat itu!" gumamnya lagi. Anna menghela napas panjang. Dia benar-benar kesal jika berurusan dengan Farid.
Anna dan Farid akhirnya sampai di apartemen. Farid lebih dahulu menuju ke apartemen dan meninggalkan Anna yang masih repot dengan kopernya. Untung saja Pak Asep datang membantu sehingga dia tidak capek lagi mengangkat kopernya menuju lantai lima.
"Non, biar aku saja!" ucap Pak Asep. Anna melangkah cepat mengekor di belakang Farid. Lelaki itu menempelkan kartu akses di pintu dan seketika pintu terbuka. Anna bergegas masuk dan menyenderkan tubuhnya di sofa.
"Ingat, jika kau pulang dari kampus. Jangan terlalu terlihat sedang di apartemenku!" ucap Farid. Dia menatap tajam ke arah istrinya yang sedang merentangkan tangannya.
"Oke!" jawab Anna enteng.
"Satu lagi, jangan terlalu terlihat kau sedang dekat denganku, aku tidak mau anak-anak tahu tentangmu!"
"Jangan laporkan semua ini kepada ayahku, atau kau tidak akan mendapatkan tujuanmu!" sergap Farid. Anna yang mendengarkan suaranya mengoceh hanya bisa menganggukan kepala.
"Siap bos!"
"Apakah ada lagi?" tanya Anna lagi.
Farid berdecak kesal, dia segera masuk ke dalam kamar dan bergegas menutup pintu. Dia apartemennya, terdapat dua kamar yang sudah disediakan khusus untuk Anna.
"Farid!"
"Tapi jika teman-temanmu datang, aku harus menginap di mana?" teriak Anna dari luar.
"Cari tempatmu sendiri!" balas Farid dari dalam kamar.
Bersambung …