Chereads / Mendadak Nikah / Chapter 13 - Suami Istri

Chapter 13 - Suami Istri

"Bangun!" sahut Anna di telinga Farid yang masih terlelap tidur. Lelaki itu sangat malas untuk bangun.

"Farid!"

"Bangun!" teriak Anna lagi. Karena merasa sangat terganggu, Farid melemparkan bantal ke wajah Anna yang berteriak. Farid sama sekali tidak suka diganggu tiap pagi. Anna berdecak kesal, dia kemudian menyentuh pipi Farid dan berusaha membangunkan suaminya itu.

"Ini sudah masuk sholat subuh!"

"Seharusnya kau menjadi imam yang baik untuk sholat!" ucap Anna kesal. Farid malah menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. Farid meletakkan bantal di telingannya. Dia tidak ingin terganggu dengan teriakan Anna di subuh hari.

"Bagaimana bisa sholat kalo kamu masih tidur seperti itu?" omel Anna kesal. Dia lalu menarik Farid dengan keras sehingga sebagain tubuh lelaki itu terjatuh di lantai. Anna punya sedikit kekuatan untuk menarik tubuh Farid.

"AH!"

"Kau benar-benar monster!" aduh Farid sambil mengelus pingangnya yang terasa sakit. Dia menatap wajah Anna yang berkacak pingang di depannya saat ini.

"Cepat bersihkan tubuhmu lalu kita sholat bersama!" ucap Anna kemudian. Farid menghela napas panjang. Dia berjalan menuju kamar mandi dan beberapa saat lelaki itu sudah membersihkan tubuhnya.

Anna menunggu di ruang sholat. Farid segera memimpin sholat subuh dan setelah melaksanakan ibadah, lelaki itu bergegas menuju dapur sendiri.

Kening Anna berkerut memandangi gerak-gerik Farid. "Kau tampak aneh, mengapa seperti itu?" sahut Anna kemudian.

"A-aku lapar, kau cepatlah buatkan aku sarapan!"

"Setiap pagi, sarapanku itu tepat waktu. Jangan banyak protes," gumam Farid. Anna bergegas merapikan mukenahnya lalu berjalan menuju dapur.

"Kau itu cerewet juga yah!"

"Malas sekali punya lelaki cerewet sepertimu," gumam Anna sambil berjalan menuju dapur.

Di dalam dapur, Anna membuat secangkir cokelat hangat dan sepotong roti bakar selai cokelat. Anna meletakkan di meja makan lalu berjalan menuju kamar untuk memanggil Farid lagi.

"Ayo sarapan!"

"Semuanya sudah siap!" ucap Anna kemudian.

***

Farid menghela napas panjang sambil mengunyah makanan yang berada di mulutnya saat ini. Farid menatap Anna yang masih memerhatikannya.

"Jika di Turkey, apakah kamu bisa masak sendiri?" tanya Anna sambil menyipitkan mata.

"Tidak, aku beli makanan di luar, buat apa masak sendiri," jawab Farid enteng. Dia memasukan sepotong roti bakar ke dalam mulutnya lalu melangkah keluar. Meninggalkan Anna yang masih berada di meja makan.

"Aku selesai," jawabnya dingin.

Anna yang masih mengunyah makanannya menatap Farid yang melangkah menuju kamar. Anna berdecak kesal. Seharusnya lelaki itu menunggunya selesai sarapan.

"Oh yah, aku akan ke rumah ayah."

"Kamu mau pesan apa?" tanya Farid sebelum melangkah menuju kamar. Anna menatap Farid dengan ekspresi bingung.

"Ya, kamu mau makan apa? Biar aku bawahkan nanti."

"Di apartemen ini, kita hanya beberapa hari karena harus berangkat ke Turkey besok. Kamu mau aku belikan pakaian atau tas?" tanya Farid lebih memperjelas. Anna menggelengkan kepala. Dia sama sekali tidak tertarik dengan tawaran Farid.

"Kamu ngak mau aku belikan tas atau sesuatu yang lain?" tanya Farid lagi. Anna menggelengkan kepala. Dia tidak tertarik dengan tawaran Farid.

"Ya, sudah!" gumam lelaki itu lalu masuk ke dalam kamar. Menutup pintu dan membiarkan Anna menikmati sarapannya sendiri.

"Dasar perempuan aneh, bagaimana bisa dia tidak tertarik dengan tas mewah?" pikir Farid di dalam kamar. Dia menganti pakaiannya untuk menuju rumah ayahnya pagi ini

Klek~

Pintu terbuka. Farid menatap Anna masih berada di meja makan. Sepertinya perempuan itu sangat menikmati sarapannya. Farid berjalan di samping Anna. Perempuan itu masih memerhatikan gerak-gerik Farid saat ini.

"Jangan lambat pulang."

"Aku ingin masak makanan, jangan makan di luar," ucap Anna sebelum Farid melangkah keluar dari pintu.

"Oke!" jawab Farid singkat. Dia kemudian menutup pintu. Membiarkan Anna berada di apartemen seharian penuh.

"Kamu tidak bosan di apartemen terus?" tanya Farid. Dia kembali menatap Anna yang menikmati roti selai cokelatnya. Anna menggelengkan kepala. Dia merasa tidak tertarik keluar dari apartemen.

"Biarkan aku di sini saja, lagian aku malas keluar!"

"Oke!" jawab Farid sambil menutup pintu.

***

"Meninggalkanku?" sahut perempuan cantik berbaju pink soft dengan rambut yang terurai panjang ke samping.

Farid berdecak kesal. Seharusnya kehadirannya di Indonesia membuat kekasihnya itu semangat. Namun, Farid harus menjelaskan mengenai kabar tidak sedap baginya.

Sintia mengacak rambutnya frustasi. Dia benar-benar seperti tersambar petir. Mendengarkan kabar bahwa kekasih yang ditunggunya dari Turkey mengkhianatinya. Namun, hari ini semua mendadak pupus.

"Kau mencintai perempuan itu?" tanya Sintia sambil menghunuskan pandangan tajam ke arah kekasihnya. Farid menarik napas lalu menghembuskan dengan pelan. Dia mengacak rambutnya sambil menatap wajah marah dari Sintia.

"Oke, aku minta maaf!" ucap Farid kemudian.

"Aku tahu bahwa kabar ini pasti tidak enak, namun semua terjadi."

"Dan kita tidak bisa berhubungan lagi!" ucap Farid. Dia menatap wajah Sintia. Bola mata perempuan itu berkaca-kaca kemudian. Sintia menggelengkan kepala. Dia tidak ingin berpisah dari Farid. Lelaki itu membuatnya bahagia dan Sintia tidak akan membuat Farid jauh darinya.

"Aku tidak mencintainya, namun perempuan itu adalah pilihan ayahku!"

"Aku tidak bisa menolak kehadirannya," ucap Farid sambil menatap Sintia yang menunduk ke bawah sambil menitihkan air mata. Farid menghela napas panjang. Hatinya tiba-tiba saja menghardik dirinya sendiri saat ini.

"Maafkan aku, Sintia!"

"Aku benar-benar minta maaf kepadamu," jelas Farid kemudian. Sintia menyeka bulir air mata di pipinya. Dia tidak menyangka bahwa pertemuannya dengan Farid setelah berpisah menghasilkan keputusan yang tidak pernah terbayangkan.

"Aku tetap ingin bersamamu, Farid!" ucap Sintia kemudian. Dia menyentuh pundak tangan Farid namun ditepis begitu cepat.

"Aku tidak mencintai istriku itu, namun aku tidak bisa menghianatinya!"

"Mungkin kita tidak ditakdirkan bersama, Sintia. Maafkan aku!"

"Aku harus pergi!"

Farid bergegas berdiri dan mengeser kursinya. Meninggalkan Sintia yang tertunduk ke bawah dengan linangan air mata. Dia menatap Farid yang seperti orang tidak peduli. Lelaki itu masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobilnya pergi. Hati Sintia benar-benar hancur seketika.

Farid melajukan mobilnya kembali ke apartemen. Hari pertama menjadi suami istri, dia sudah berbohong kepada perempuan itu. Farid tidak ingin menuju rumah ayahnya. Dia ingin bertemu Sintia, kekasih lamanya di Indonesia dan mengatakan hal sebenarnya.

Walaupun Farid semulanya tidak ingin Sintia mengetahui hal ini. Namun karena bosan kepada perempuan itu, Farid akhirnya jujur dan Sintia pasti dendam kepadanya. Namun, Farid tidak pernah peduli hal seperti itu.

Farid memarkir mobilnya di depan apartemen. Dia kemudian masuk ke dalam loby apartemen. Langkahnya terhenti saat melihat wajah kakak tirinya sedang berdiri di ruang tunggu.

"Kau datang?" tanya Farid ketus. Dia tidak pernah menyukai suadaranya itu.

"Ya, tentu saja aku datang. Aku membawahkan ini!" ucap lelaki itu sambil menyerahkan sebuah minuman dan beberapa makanan ringan.

"Ini untukmu, aku pergi dulu!" ucap lelaki itu sambil meninggalkan Farid.

"Kau selalu mencoba untuk bersikap baik, namun aku tidak menyukai hal itu!" gumam Farid dalam hati.

Bersambung …