Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq.
Suara itu terdengar lantang. Anna mengintip dari jendela. Dia berharap melihat lelaki yang sedang memegang tangan pamannya saat ini adalah Mas Afdan. Namun sayangnya hal itu adalah imajinasi semata. Anna benar-benar tidak menyangka bahwa lelaki yang menjadi suaminya adalah Farid. Lelaki yang tidak pernah terbayangkan di otaknya sama sekali.
"Nanti, jangan buat Farid kecewa!" bisik ibu Farida pelan. Dia menatap wajah Anna yang cemberut.
Ibu Farida membawah Anna duduk di samping Farid. Setelah akad selesai, kedua pengantin harus duduk berdua.
"Ibu Farida, aku benar-benar tidak menyangka kita bisa satu keluarga sekarang," ucap Tuan Baskoro sambil tersenyum memandangi ibu Farida. Anna menghela napas panjang. Farid di sampingnya sama sekali tidak bersuara. Sepertinya lelaki itu masih syok setelah mengucapkan ijab kabul beberapa menit yang lalu.
Anna yakin, Farid juga tidak menginginkan hal ini. Anna bukan tipikal perempuan idaman Farid dan Farid buka tipikal suami idaman Anna.
"Ia Tuan Baskoro, aku rasa kedua anak kita sangat cocok!" ucap ibu Farida sambil mencolek pipi Anna yang tersenyum masam.
"Aku sudah menyediakan satu apartemen di Turkey untuk mereka," ucap Tuan Baskoro sambil memandangi Farid yang menunduk ke bawah. Bahkan para tamu terlihat terheran memandangi wajah kedua pengantin yang tidak tampak bahagia.
"Semua fasilitas pendidikan Anna, akan saya dan perusahaan yang bayar."
"Ibu Farida juga akan datang satu rumah," jelas Tuan Baskoro. Mendengarkan semua ini, Anna hanya bisa terdiam dan mengerutu dalam hati. Dia memijit pelipisnya yang tampak berat seketika.
"Farid!"
"Seharusnya kau dari tadi berbicara, ngomong apa gitu!" ucap Anna. Sedikit mencodongkan tubuhnya ke arah Farid. Anna membisikkan sesuatu kepada Farid yang hanya terdiam membisu.
"Syok yah?"
"Atau malah merasa ini mimpi?" ucap Anna menambahkan. Farid menonggakan wajahnya lalu menatap Anna. Dia mengedipkan matanya sebanyak dua kali. Memastikan bahwa indra penglihatannya baik-baik saja saat ini.
"Kau istriku sekarang?" tanya Farid lirih.
"Ya," jawab Anna terheran.
"Pasti kamu kaget kan?" tanya Anna. Dia menahan tawa melihat wajah cemberut dari lelaki itu. Farid seperti lelaki yang baru saja melihat hantu di depannya.
"Ngak usah kaget seperti itu, aku bukan hantu!"
"Kau menghalalkanku tadi, jadi tugasmu sebagai playboy cap kampus pensiun sudah!" ucap Anna sambil mengedipkan mata membuat Farid memukul pipinya tiba-tiba. Berusaha menyadarkan bahwa apa yang dilakukannya hari ini bukan mimpi.
"Anna, ini mimpi buruk!"
"Tolong bangunkan aku!" ucapnya sambil terus memukul pipinya.
***
"Kamar kalian berada di lantai lima nomor XX," ucap salah satu resepsionis hotel.
"Satu kamar saja, mbak?" tanya Farid terheran melihat satu kunci akses yang diberikan perempuan itu kepadanya.
"Tentu saja Tuan Farid, ini adalah fasilitas bulan madu buat anda," sahut perempuan berjas hitam itu lagi. Farid mengacak rambutnya frustasi. Dia benar-benar tidak menyangka harus tidur dengan perempuan menyebalkan di sampingnya saat ini.
"Ya udah, terima kasih mbak!" ucap Anna. Dia menarik tangan Farid menuju lift. Setelah pesta pernikahan. Kedua orang tua mereka pulang ke rumah masing-masing. Farid dan Anna harus menginap di satu hotel yang sama. Membuat Farid ingin segera menghilang saja dari muka bumi.
"Kamu pikir dia akan kasih kita satu kunci akses lagi? Mana bisa begitu!" ucap Anna di dalam lift.
"Ya, siapa tahu orang tuaku menyediakan dua kamar untuk kita!" balas Farid sambil melipat tangannya di depan dada.
Anna menghela napas panjang. Dia terus memandang ke atas dan tidak ingin melihat wajah Farid yang sedang menatapnya.
Ting!
Pintu lift terbuka. Anna melangkah keluar begitu juga dengan Farid yang mengekor di belakangnya saat ini.
"Jangan pernah memelukku jika sedang tidur!" ucap Farid sambil menunjukan satu jari telunjuknya di depan Anna. Memberikan ancaman kepada perempuan yang menjadi istrinya saat ini.
"Enak saja, aku mau peluk tubuh suamiku dong," goda Anna yang membuat Farid seakan jijik melihatnya. Anna benar-benar puas membuat lelaki itu ketakutan setengah mati.
Klek~
Pintu apartemen terbuka. Farid kemudian meletakkan kopernya di sudut pintu lalu bergegas masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya.
"Batasan ini adalah wilayahku, kau jangan melewati tempat ini!" tegas Farid kemudian. Anna yang berdiri di depan pintu kamar berkacak pingang melihat suaminya bertingkah aneh.
"Ya, palingan kamu sendiri yang melanggar!" ucap Anna cemberut. Dia berjalan menuju dapur dan duduk di meja makan. Anna menuangkan secangkir air mineral dan meminumnya. Selama di loby, tengorokannya sangat kering.
"Pokoknya jangan menyentuhku!" sahut Anna dari luar.
"Ya, aku juga tidak sudi menyentuh perempuan sepertimu!" balas Farid sedikit berteriak.
***
Anna menatap langit-langit kamarnya saat ini. Dia bingung harus berbuat apa. Farid di ujung sana sudah terlelap tidur. Satu bantal guling panjang berada di tengah-tengah mereka sekarang.
"Kau sudah tidur?" tanya Anna sambil memandan ke arah Farid. Tidak ada suara dari lelaki itu. Anna berdecak kesal. Lagi-lagi Farid terlelap tidur dan meninggalkannya sendiri.
"Farid!"
"Aku belum mau tidur!" ucap Anna sambil melemparkan bantal guling ke wajah Farid. Lelaki itu berdecak kesal.
"Bisa ngak sih kau diam saja, aku mengantuk!"
"Kau pikir seharian duduk di pelaminan itu tidak capek?" hardik Farid. Dia lalu menarik selilmut dan menutup wajahnya. Membelakangi Anna yang berdecak kesal.
"Tidurlah, Anna. Jangan bikin rusuh malam-malam!" gumam Farid.
Anna menghela napas panjang. Dia tidak bisa tidur apalagi lelaki asing berada di sampingnya saat ini. Seharusnya Farid bisa menyewa satu kamar dan tidak menganggunya. Anna benar-benar kesal.
"Kalo nanti di Turkey, jangan pernah ceritakan kepada siapa pun tentang status kita," jelas Anna.
"Aku tidak ingin orang-orang tahu kalo kita suami istri!" sambungnya lagi. Anna memandang ke arah Farid yang membelakanginya. Lelaki itu sama sekali tidak menjawab. Farid sibuk terlelap tidur dan Anna semakin kesal kepada lelaki itu.
"Sepertinya aku harus tidur juga," batin Anna. Dia menutup kelopak matanya. Berusaha untuk terlelap tidur.
"Tidak, dia tidak mungkin macam-macam!" ucap Anna yang sesekali terbangun dan menatap posisi Farid. Anna sangat takut jika lelaki itu tiba-tiba menyerangnya. Siapa yang bisa mengetahui kegilaan Farid di malam hari? Pikirnya.
"Farid!"
"Farid, apakah kau benar-benar sudah tidur?" tanyanya. Anna menyentuh selimut lelaki itu dan memastikan bahwa Farid tidak akan macam-macam malam ini.
"Syukurlah, dia sudah tidur," ucap Anna sambil mengelus dada. Dia kemudian bisa tenang untuk tidur malam ini.
Anna terlelap tidur dan tidak sadar bahwa tubuhnya berada di samping Farid malam ini.
"Perempuan menyebalkan!" gumam Farid. Dia perlahan membuka matanya saat perempuan itu sudah terlelap.
Bersambung …