Chereads / Mendadak Nikah / Chapter 10 - Perjanjian Pernikahan

Chapter 10 - Perjanjian Pernikahan

"Aku sebenarnya sangat malas bertemu denganmu!" ucap Farid sambil berkacak pingang turun dari mobil. Dia berjalan menghampiri seorang perempuan berjilbab maroon yang selaras dengan gamisnya.

Farid memandangi Anna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Anna tidak pernah tersenyum melihat Farid. Entah karena dia sudah terkutuk untuk tidak tersenyum kepada lelaki itu.

"Aku ingin membahas hal yang penting!"

"Aku malas berdebat denganmu," ucap Anna sambil mengambil sebuah kertas dari dalam tasnya. Di taman kota itu, terdapat meja bundar di tengah-tengah. Anna duduk sambil menuliskan sesuatu di kertas.

"Katakan apa yang kau tidak suka dariku," ucap Anna kemudian. Farid yang masih berdiri memandangi Anna dengan kening berkerut. Dia bingung dengan ucapan Anna saat ini.

"Ya, katakan apa yang kau tidak suka dariku!" sambung Anna sedikit meninggikan suaranya saat Farid hanya memandanginya dengan ekspresi terheran. Anna benar-benar tidak habis pikir dengan lelaki yang berkacak pingang di depannya.

"Oke, aku membuat kertas ini agar kita tidak saling berdebat jika sudah menikah."

"Aku ingin kau tahu apa yang tidak aku sukai darimu dan aku juga bisa tahu apa yang tidak kau sukai dariku," jelas Anna sambil menatap wajah Farid yang masih kebingungan.

"Mendingan kamu duduk dulu deh, catat apa yang kau tidak sukai!" perintah Anna. Farid yang terdiam cukup lama segera duduk di samping perempuan itu. Farid seakan mencium aroma melati dari tubuh perempuan itu.

"Kau memakai aroma melati yah?" serunya kemudian. Anna menggelengkan kepala secepat mungkin.

"Kau pikir aku kuburan? Aku tidak memakai parfum yang aneh!" oceh Anna tidak terima dikatakan berbau aroma melati.

Farid memandangi kertas putih polos yang berada di depannya lengkap dengan pena hitam. Dia bingung menuliskan apa di kertas itu.

"Tulis apa yang kau tidak sukai dariku!" ucap Anna kemudian.

"Semuanya!" ucap Farid polos sambil memandangi Anna. Gadis itu kemudian memukul jidatnya secepat mungkin.

"Setidaknya ada sedikit sesuatu yang kau sukai!" ucap Anna kemudian.

"Hmm."

Farid mencoba berpikir. Apa yang akan dia tulis di kertas putih itu. Satu kata yang ditulis Farid membuat Anna sedikit tertawa.

"Mengapa tertawa, ini adalah hal yang nyata!" ucap Farid setelah menyadari Anna membaca tulisannya.

"Kau terlalu cerewet maka di point paling utama, aku menuliskan kau terlalu cerewet, point ketiga aku menuliskan kau sangat cerewet dan selanjutnya hingga lima point agar kau tahu bahwa cerewetmu itu menganggu telinganku!" oceh Farid kemudian.

Melihat wajah suram dari lelaki itu, membuat Anna seakan susah menahan tawanya. Dia menyadari bahwa saat bersama Farid, tingkat cerewetnya meningkat drastis.

"Oke, semua sudah aku tuliskan!"

"Kau cukup pahami bahwa aku tidak suka perempuan cerewet!" tegas Farid sambil mengeser kertas yang penuh coretan itu. Anna membaca point-point yang tidak disukai Farid olehnya saat ini.

"Oke, aku akan kasih kamu kertas yang lebih banyak, aku juga tidak suka sikap sok gantengmu, sok cuek, sok kaya dan sifat sombongmu!" ucap Anna sambil menuliskan semua apa yang keluar dari mulutnya.

Farid yang melihat Anna menulis tentang sifatnya hanya bisa menggelengkan kepala. "Kau benar-benar membenciku!" gumam Farid dalam hati.

***

Anna merasa puas sudah memberikan beberapa kertas ke Farid agar lelaki itu bisa mengubah sedikit sifatnya sebelum mereka menikah. Anna tidak bisa hidup dengan Farid yang sombong dan sangat berbeda dari lelaki yang dia sukai.

Mas Afdan, lelaki berkumis tipis dan bermata timur tengah itu menjadi lelaki yang bisa merebut hati seorang Khanna secara diam-diam.

"Kok senyum-senyum sih?" sahut ibu Farida mencolek wajah Anna yang baru saja datang.

"Katanya, baru bertemu Farid yah?"

"Bisa langsung suka begitu?" tanya ibu Farida kemudian. Anna menggelengkan kepala. Dia tidak ingin ibunya salah paham kepadanya saat ini.

"Tidak ibu, aku bertemu dengannya untuk bahas sesuatu."

"Bukan hal penting kok!" ucap Anna kemudian. Dia bergegas masuk ke dalam kamar dan segera menutup pintu kamarnya.

Anna merebahkan tubuhnya di ranjang. Dia memijit pelipisnya yang terasa penas seketika. "Anna, besok kamu harus coba baju pengantin!"

"Pernikahanmu tiga hari lagi!" teriak ibu Farida dari dapur. Anna merasa tengorokannya kering seketika. Dia benar-benar tidak paham mengapa pernikahannya dengan Farid harus dipercepat seperti ini.

"Besok Tuan Baskoro akan menjemput kita!" sambung ibu Farida kemudian.

"Kamu jangan banyak alasan!" seru ibu Farida lagi.

Mendengarkan seluruh ocehan ibunya. Anna hanya bisa menghela napas panjang sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tiga hari lagi?" gumamnya ketakutan.

Dring!

Ponsel Anna berbunyi. Dia melihat nama Amira tertera di layar ponselnya.

"Hallo, Anna?"

"Kok kamu tidak ada kabarnya sih?" oceh perempuan cantik itu melalui sambungan telepon. Anna menghela napas panjang. Dia bingung harus menjelaskan dari mana tentang perjodohan ini kepada sahabatnya itu.

"Bagaimana, cowoknya ganteng ngak?" sahut Amira penasaran tentang lelaki yang akan dijodohkan dengan Anna.

"Ngak, cowoknya jelek!" ucap Anna kemudian.

"Kok jelek sih? Berarti kamu ngak suka dong?" tanya Amira kemudian.

Anna terdiam cukup lama. Amira benar-benar bisa pingsan jika tahu bahwa lelaki yang berjodoh dengannya adalah Farid.

"Udah dulu yah, aku mau tidur!" ucap Anna sambil mematikan sambungan telepon.

"Hai, aku belum selesai, Anna!" oceh Amira tidak terima. Anna segera memutuskan sambungan telepon dan meletakkan ponsel itu di sembarang tempat. Dia benar-benar malas berurusan dengan Amira. Apalagi harus menjelaskan bahwa calon suaminya adalah Farid. Dunianya benar-benar bisa bermasalah, pikirnya.

Anna memberingkan tubuhnya kembali. Dia memandangi langit-langit kamarnya saat ini.

"Mas Afdan?" gumam Anna.

Lelaki yang merupakan kakak tingkatnya itu sudah jarang terlihat di kampus. Mas Afdan merupakan senior yang sangat baik hati. Bahkan lelaki itu sudah menolong Anna hingga beberapa kali. Membuat Anna jatuh hati karena kebaikan hati lelaki itu.

"Kok Mas Afdan tidak terlihat di kampus yah?" batin Anna bertanya-tanya. Dia benar-benar penasaran ke mana lelaki tampan itu menghilang akhir bulan ini.

Anna spontan duduk dan mengetik nama Muhammad Afdan di layar ponselnya. Berharap mendapatkan kabar mengenai keberadaan Mas Afdan saat ini.

Kaning Anna berkerut saat tidak menemukan media sosial dari lelaki tampan itu.

"Kok Mas Afdan tidak punya media sosial sih?"

"Aneh banget!" ucap Anna kemudian. Dia lalu meletakkan ponselnya di meja rias lalu membaringkan tubuhnya.

"Kalo Farid bertemu dengan perempuan yang dia sukai sepertinya pernikahan ini bisa batal deh!"

"Tapi, dia perempuan yang dia sukai lelaki jadi-jadian itu?" pikir Anna bertanya-tanya.

Dia kemudian mengambil ponselnya lagi. Anna mengetik nama Muhammad Farid. Ya, lelaki cerewet yang mengemaskan itu bernama Muhammad Farid. Dengan sangat hati-hati, Anna mencari tahu mengenai Farid di media sosialnya.

"Ih, kan aku bilang lelaki itu playboy!" ucap Anna sambil membaca beberapa puisi yang ditulis oleh Farid di halaman sosial medianya.

"Ternyata dia lelaki alay!" umpat Anna sambil tertawa membaca puisi buatan Farid yang terpublish di media sosialnya.

Bersambung …