"Jadi sebenarnya ibu sudah lama ingin menjodohkanmu dengan anak Tuan Baskoro ini, dia adalah sahabat ayahmu, Anna!" ucap ibu Farida sambil menyentuh pundak tangan anaknya. Anna menghela napas panjang. Dia membuang pandangannya dari Farid. Anna sama sekali tidak tertarik memandangi lelaki sombong itu.
Farid, bagaikan tersambar petir di malam hari. Bagaimana bisa dia dijodohkan dengan Anna? Perempuan jadi-jadian yang setiap hari menganggu otak dan pikirannya. Anna tentu saja bukan tipikal perempuan idamannya.
"Jadi, kapan acara lamaran akan berlangsung?" ucap Tuan Baskoro. Dia memandangi wajah Farid yang cemberut. Dia tampak tidak suka dengan pertemuan malam ini.
"Kalian saling kenal di Turkey kan? Jadi hal ini menjadi mudah karena Anna sudah mengenal Farid!"
Kini giliran ibu Farida yang berbicara. Farid mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar-benar tidak suka dengan perjodohan antara dirinya dan gadis kampung itu. Farid menolak hal itu dalam hati.
"Coba lihat calon istrimu, Farid. Dia sangat cantik!" ucap Tuan Baskoro memaksa Farid memandangi Anna yang cemberut di depannya.
Kedua anak manusia itu terdiam cukup lama dengan pikiran mereka masing-masing. Farid benar-benar merasa ini adalah mimpi. Tidak mungkin ayahnya yang super kaya mengenal Anna dan menginginkan perempuan itu menjadi menantunya.
"Anna, nanti jika Farid melamarmu, kalian bisa mengumumkan hal ini di kampus."
"Ibu sudah setuju dengan Farid, selain karena dia adalah anak Tuan Baskoro, Farid bisa menjaga kamu di Turkey," sambung ibu Farida sambil memandangi Anna yang berwajah masam. Anna sesekali menghela napas kasar ke udara. Wajahnya penuh penolakan.
"Ibu Farida, mereka sudah sangat cocok!"
"Aku berniat untuk mempercepat acara lamaranya sebelum Anna dan Farid kembali ke Turkey."
"Jika mereka kembali berdua, aku ingin Farid dan Anna sudah berstatus suami istri!" ucap Tuan Baskoro sambil memandangi perempuan paruh baya yang duduk di depannya.
"Iya, Tuan Baskoro!" ucap ibu Farida setuju.
Bola mata Farid dan Anna terbelalak. Dia benar-benar tidak habis pikir bahwa perjodohan ini akan dilangsungkan secepat kilat. Anna memandangi Farid yang tidak sudi menatapnya.
"Bukankah perjodohan ini terlalu cepat?"
Kini giliran Anna yang angkat bicara.
"Kami harus saling kenal dulu," sambung Anna sambil memandangi Tuan Baskoro dan ibunya secara bergantian. Ibu Farida menggelengkan kepala. Dia tidak setuju dengan ucapan Anna. Baginya, Farid harus menjadi menantunya secepat mungkin dan lelaki itu bisa menjaga Anna di Turkey.
"Iya, Papa. Farid dan Anna butuh kenalan lebih banyak!" ucap Farid kemudian. Anna menganggukan kepala. Kebetulan sekali lelaki itu punya otak yang lancar, pikirnya.
"Tidak, kalian harus cepat menikah! Kalo bisa yah besok!" sahut Tuan Baskoro kemudian. Anna menghela napas panjang. Dia mengusap wajahnya secara kasar.
Setelah acara pertemuan itu, Tuan Baskoro dan Farid berpamitan untuk pulang. Anna tidak menatap manik mata Farid saat lelaki itu berdekatan dengannya. Anna bahkan sama sekali tidak menyungingkan senyuman ke arah lelaki itu.
***
"Gila sekali!" ucap Anna mengaduh di dalam hati. Dia bergegas masuk ke dalam kamar dan menutup pintu saat rombongan Tuan Baskoro meninggalkan pekarangan rumahnya.
Tok … Tok …
"Anna?" sahut ibu Farida.
"Anna! Buka pintunya!" perintah ibu Farida kemudian. Dengan sangat malas, Anna berjalan ke arah pintu. Dia menatap ibu Farida yang sudah berdiri dengan ekspresi bingung memandanginya.
"Kenapa toh? Farid ganteng, baik dan dia bukan lelaki tua seperti yang ada di otakmu, mengapa terlihat tidak bersemangat?" tanya ibu Farida terheran melihat anaknya saat ini.
"Anna tidak suka dengan Farid!" cetus Anna kemudian.
"Karena apa? Kalo tidak suka itu harus jelas alasannya," sahut ibu Farida sambil berkacak pingang. Anna berjalan menuju tepi ranjangnya dan duduk di tempat itu. Dia menghela napas panjang. Seakan mengeluarkan bongkahan besar yang menganjal di tengorokannya saat ini.
"Karena Farid tidak sesuai dengan kemauan aku!"
"Lelaki itu sangat kasar, dia sombong pokoknya seperti monster!" aduh Anna sambil memandangi wajah ibunya. Dia berharap ibu Farida benar-benar percaya dengannya. Anna bahkan berharap ada keajaiban sehingga ibunya membatalkan pernikahannya dengan lelaki itu saat ini.
"Dia adalah anak Tuan Baskoro!"
"Tuan Baskoro adalah sahabat dari ayahmu, dia baik dan hanya Tuan Baskoro yang bisa membayarkan hutang kita ke juragan tekstil itu," jelas ibu Farida. Dia duduk di samping Anna dan mengeluar pingang anaknya itu.
"Ibu sudah tua, ibu juga tidak ingin melihatmu sedih dan susah seperti ini, Anna!"
"Ibu mau kau mendapatkan keluarga yang bisa mencukupimu, Anna. Ibu tidak mau jika kau seperti ibu," sambung ibu Farida. Dia menitihkan air mata saat ini.
Anna tidak tega melihat ibunya menangis. Dia lalu memeluk ibunya saat ini. Menenangkan ibunya yang terisak air mata saat ini.
"Iya, Anna mau dijodohkan dengan anak Tuan Baskoro!" ucap Anna pelan sambil membisik ke telinga ibunya. Dia tidak punya pilihan lain. Setidaknya Farid bisa diajak kerja sama saat ini.
***
"Lelaki itu monster, ayah!" sahut Farid sambil melempar tasnya ke atas ranjang. Tuan Baskoro menggelengkan kepala mendengarkan ucapan Farid.
"Bagaimana bisa perempuan cantik seperti Anna kau sebut monster? Apakah kau gila, Farid?" gumam Tuan Baskoro sambil berdecak lidah. Dia berkacak pingang berjalan di belakang Farid saat ini.
"Farid tidak mau menikah dengan Anna!" tegas Farid sambil menghunuskan pandangan tajam ke arah ayahnya yang berdiri di belakangnya saat ini.
"Ayah sudah tidak bisa mencari perempuan lain, Khanna itu sudah sangat cocok denganmu. Hanya dia yang bisa mengatasi keras kepalamu, Farid!" ucap Tuan Baskoro. Dia bergegas pergi dari dalam kamar. Meninggalkan Farid yang duduk di tepi ranjang sambil mengusap wajahnya dan mengacak-acak rambutnya saat ini.
Dring!
Ponsel Farid yang berada di saku berbunyi. Farid bergegas mengambil ponsel itu dan melihat nama Anna tertera di layar ponselnya.
"Ada apa?"
"Kau senang kan hari ini?" serunya kemudian.
"Kau pikir aku bahagia mengetahui kabar bahwa kau adalah calon suamiku?" balas Anna tidak mau kalah.
"Kepalaku tiba-tiba ingin meledak melihatmu, apakah di dunia ini tidak ada lelaki selain kau? Aku juga bingung mengapa ibuku setuju bermenantu dirimu!" oceh Anna panjang lebar. Dia benar-benar mengeluarkan segala kegelisahan di hatinya saat ini.
"Uhft!" Farid menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan saat mendengarkan ocehan Anna yang tidak pake spasi. Benar-benar perempuan itu monster betina, pikir Farid.
"Kau terlalu cerewet!" ucap Farid.
"Aku tidak peduli apakah aku cerewet atau tidak, aku ingin kau dan aku membuat kesepakatan!"
"Kita harus buat perjanjian sebelum menikah, aku benar-benar tidak setuju dengan perjodohan ini. Tetapi, aku tidak punya pilihan lain," ucap Anna. Dia berharap Farid setuju dengan perjanjian yang akan diusulkannya.
"Kau pikir aku senang berjodoh denganmu?" ucap Farid tidak mau kalah.
"Terserah, aku akan menunggumu di taman kota besok!"
"Datang lebih cepat dan kita buat perjanjian sebelum menikah!" tegas Anna lalu seketika itu dia mematikan sambungan teleponnya.
Bersambung …