Chereads / Mendadak Nikah / Chapter 8 - Perjodohan

Chapter 8 - Perjodohan

Khanna menyusuri bandara Soekarno Hatta saat dia sampai di Indonesia. Khanna melirik ke kiri dan ke kanan. Mencari sosok lelaki paruh baya bernama Pak Asep. Lelaki itu adalah tetangga Khanna yang berprofesi sebagai supir. Khanna sudah menghubungi Pak Asep untuk menjemputnya.

"Pak Asep yang mana?" tanyanya. Dia bingung mencari tahu keberadaan Pak Asep. Seharusnya lelaki paruh baya itu menunggu di ruang kedatangan.

"Non Khanna?" sahut suara berat itu. Anna spontan membalikan badan dan menatap Pak Asep yang berjalan ke arahnya.

"Maaf Non, tadi macet!" ucap Pak Asep. Khanna menganggukan kepala mengerti.

"Pak Asep, tolong bantu angkatkan koper saya yah," ucap Anna lembut. Pak Asep menganggukan kepala mengerti. Dia lalu membantu perempuan cantik itu untuk mendorong kopernya menuju sebuah mobil yang sudah terparkir.

"Nona Anna mendadak pulang?"

"Kata satu kampung, Non Anna mau dijodohkan dengan jurangan tekstil yang ada di kampung yah?" ucap Pak Asep penasaran. Anna duduk di dalam mobil sambil menyenderkan tubuhnya di tempat duduk. Dia benar-benar pegal. Perjalanan enam jam menguras sebagaian energinya.

"Kalo saya, terima saja Nona Anna!"

"Lagian lelaki itu juga punya banyak uang!" sambung Pak Asep lagi. Anna menggelengkan kepala. Dia memijit pelipisnya yang terasa memanas. Anna menghela napas panjang sambil terus menatap keluar jendela mobil. Menikmati pemandangan ibu kota yang sudah lama tidak dilihatnya.

"Nona Anna, di Turkey tuh bagaimana?" sahut Pak Asep lagi.

"Saya belum pernah ke sana, anak saya TKW ke Malaysia. Aku kira Turkey dekat Malaysia," ucap Pak Asep asal. Khanna spontan memandangi lelaki paruh baya itu lalu tersenyum.

"Pak Asep, Turkey itu enam jam dari sini, kalo kita naik pesawat." Jawab Anna meluruskan.

"Kalo Malaysia dekat!" sambungnya lagi.

"Owh!"

Hanya itu yang keluar dari mulut Pak Asep setelah Anna menjelaskan panjang lebar.

"Nona Anna memang pulang untuk nikah?"

"Atau memang sudah mau pulang?" tanya Pak Asep lagi. Untung saja lelaki itu masih fokus menyetir sambil terus mengoceh menatap Anna yang sudah sangat lelah. Jangankan menjawab pertanyaan, Anna hanya ingin tidur dan sampai di rumahnya secepat mungkin.

Ting!

Sebuah pesan masuk dari Farid dan membuat Anna spontan menonaktifkan ponselnya. Dia belum bisa diganggu oleh lelaki aneh itu.

"Nona Anna, kita sudah sampai!" ucap Pak Asep. Anna membuka matanya dan melihat seorang perempuan paruh baya menangis menatapnya. Anna segera memeluk ibu Farida yang terisak menangis melihat kedatangan anak semata wayangnya.

"Nduk, kok kamu baru datang sih!" ucap ibu Farida berurai air mata.

"Masuk ke dalam, ibu buatkan susu cokelat!" sambung ibu Farida. Dia terus memeluk anaknya hingga masuk ke dalam rumah.

***

"Malam nanti, calon pengantinmu akan datang, bersiaplah untuk bertemu dengannya!" ucap suara bartion itu. Farid mengeluh karena dia disekap oleh pengawal ayahnya yang ada di Turkey dan tiba-tiba tanpa sadar, dia sudah berada di Indonesia.

"Farid tidak mau menikah, Papa!"

"Siapapun dia, perempuan cantik atau tidak, Farid tidak peduli!" uca[ Farid mengelak. Dia benar-benar tidak ingin sebagai tumbal di keluarga Baskoro.

"Mbak Nita bisa memilih jodohnya sendiri, masa Farid tidak bisa sih?" ocehnya lagi. Tuan Baskoro yang berkacak pingang di depan pintu hanya bisa menggelengkan kepala mendengarkan ocehan anaknya itu. Farid selalu menantang ayahnya. Bahkan dia tidak pernah menuruti kemauan orang tuanya.

"Palingan ini perjodohan politik atau perjodohan untuk menambah kekuasaan Papa, aku tidak mau!" ocehnya lagi.

"Farid!" hardik Tuan Baskoro. Dia membulatkan matanya memandangi Farid yang terdiam membisu setelah lelaki paruh baya itu berteriak.

"Kau harus menuruti perintah Papa!"

"Perempuan itu baik bagimu, kau tidak boleh menantang Papa!" teriak Tuan Baskoro.

"Tapi … papa … mbak Nita bisa memilih suaminya sendiri masa …,"

"TIDAK!"

"Kau berbeda dengan mbakmu itu, dia bisa memilih jodohnya sendiri karena dia perempuan. Kau adalah pewaris terakhir keluarga Baskoro dan jangan pernah menentang Papa!"

Brak!

Pintu itu tertutup dengan keras. Farid mengelus dadanya karena kaget. Papanya terlalu keras kepala. Dia tidak bisa melakukan apapun saat ini.

"Bersiaplah!"

"Nanti malam, calon istrimu akan datang ke sini!" ucap Tuan Baskoro sedikit berteriak dari luar.

Farid berdecak kesal melihat penampilanya dari balik kaca. Dia harus memakai jas hitam layaknya eksekutif muda. Farid membenci hal-hal mengenai perjodohan. Seakan dia tidak bisa memilih calon istrinya sendiri.

"Jangan lupa tersenyum, nanti dia pikir kau itu psikopat!" ucap Tuan Baskoro di dalam mobil.

Farid duduk di samping ayahnya dengan wajah yang masam. Seharusnya Anna sudah datang ke rumahnya dan berpura-pura sebagai kekasihnya. Namun sialnya, perempuan itu sampai sekarang belum juga datang. Farid menebak bahwa perempuan itu lupa. Apa lagi yang bisa diandalkan dari Anna, perempuan aneh dengan beribu keanehan di dirinya.

"Kita sudah sampai!" ucap Tuan Baskoro.

Dengan sangat lemas, Farid turun dari kabin mobil. Dia memandangi rumah sederhana yang berada di depannya saat ini. Farid mengucek matanya sebanyak dua kali. Apakah dia tidak salah lihat? Calon istrinya tinggal di rumah sederhana seperti ini? Pikirnya.

"Tunggu apa lagi?" sahut Tuan Baskoro setengah berteriak saat Farid hanya berdiri tanpa melangkah mengikutinya.

***

"Nduk, kau harus terlihat lebuh cantik biar juragan itu tertarik denganmu," ucap ibu Farida yang tengah sibuk merias wajah Khanna.

"Tapi ibu, lelaki itu pasti sangat tua, apa tidak sebaiknya Anna jualan saja biar kita cicil hutang seratus juta itu?" tanya Anna. Dia menatap wajah ibunya. Anna benar-benar tidak bisa hidup dengan lelaki tua. Apalagi saat turun dari mobil Pak Asep, kata supit itu, lelaki yang akan menikah dengannya adalah lelaki berperut buncit dan sudah memiliki istri. Betapa mengerikannya lelaki itu.

"Atau …,"

"Atau apa Khanna? Kita tidak punya pilihan lain, dia sudah datang ke rumah kita."

"Cepat rapikan riasanmu dan jangan menolak perjodohan ini!" tegas ibu Farida. Anna menghela napas kasar ke udara. Dia mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebaiknya dia lari saja dari Indonesia jika tahu bahwa lelaki yang dijodohkan dengannya adalah lelaki beristri.

"Maaf ibu Farida, kami sedikit terlambat!" ucap lelaki paruh baya itu.

"Tidak apa-apa, Tuan. Silahkan duduk!" ucap ibu Farida ramah. Dia mempersilahkan lelaki itu untuk duduk.

Dari dalam kamar, Anna bisa mendengarkan suara lelaki itu. Sangat mengerikan mengetahui bahwa lelaki itu adalah calon suaminya. Bagaimana dia bisa melalui hidupnya jika hidup bersama lelaki itu? Pikirnya kemudian.

"Anna!"

"Khanna!"

"Sini Nak!"

"Calon suamimu sudah datang!" sahut ibu Farida setengah berteriak memanggil Anna yang berada di dalam kamar.

Anna gugup, tangannya sangat dingin dan dia berharap ingin segera menghilang saja dari muka bumi ini. Dia benar-benar tidak sudi menikah dengan lelaki tua.

"Anna!" teriak ibu Farida lagi.

Anna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia mengintip dari jendela pintu dan bergegas untuk keluar. Bola matanya terbelalak saat melihat sosok lelaki yang sudah berada di ruang tamunya saat ini.

"Hai!"

"Lo bikin apa di rumah aku?" teriak Anna seketika.

Farid spontan berdiri dan tidak kalah kaget dari Anna. Dia menatap perempuan itu dengan riasan dan lebih cantik dari yang pernah dilihatnya.

"Jadi, kau yang akan menjadi istriku?" gumamnya tidak percaya. Anna dan Farid bersamaan mengusap wajahnya frustasi. Tuan Baskoro dan ibu Farida saling berpandangan dengan ekspresi terheran.

"Kalian sudah saling kenal?" tanyanya bersamaan.

Bersambung …