"Di pesta dansa nanti, kau harus berpura-pura sebagai pacarku!"
"Setelah itu, kau bisa bebas!" perintahnya.
"Siap bos!" balas Anna kemudian. Farid tersenyum menatap wajah perempuan itu dari balik kaca spion. Anna lumayan penurut dan perempuan itu terlihat tidak memberontak lagi. Anna terus memandang keluar jendela dan tidak menatap Farid yang sedang melihatnya dari kaca spion.
Alasan mengapa Farid ingin membawah Anna ke pesta dansa karena Anna sangat cantik. Tidak beda jauh dari Amoraa, mantan kekasihnya.
"Mengapa kau melihatku?" tanya Anna segera. Farid kemudian memalingkan pandangannya. Dia ketahuan sedang mencuri pandangan kepada perempuan itu. Farid berdecak kesal.
"Siapa yang memandangimu? Aku sama sekali tidak memandangimu!"
"Kau terlalu percaya diri, Nona!" ucap Farid ketus.
Anna menghela napas panjang. Dia memalingkan pandangannya keluar jendela. Dia sangat malas menatap wajah Farid di depan.
"Jangan mencuri pandangan Mas Farid, kau nanti jatuh cinta!" gumam Anna.
Alis Farid menukik tajam. "Kau terlalu percaya diri, sebaiknya kau memeriksa apakah wajahmu sesuai dengan seleraku?" seru Farid. Suaranya benar-benar membuat Anna sakit hati.
"Aku juga tidak ingin punya lelaki seperti wajahmu!"
"Sangat sombong, playboy, kadal dan semauanya!" balas Anna. Dia tidak mau kalah dengan lelaki itu.
"Aku yakin, istrimu kelak adalah orang yang sangat kasihan. Dia memiliki suami seperti kamu, ketus, sombong, tidak punya hati dan …,"
"Kalo kau jadi istriku bagaimana?" potong Farid kemudian. Anna bergedik ngeri.
"Tidak mungkin, amit-amit!" ucap Anna sambil mengusap wajahnya. Farid tersenyum melihat tingkat perempuan itu dari balik kaca spion.
Seketika, suasana mendadak hening. Anna hanya sibuk dengan pikirannya dan Farid juga sibuk dengan pikirannya. Mereka tidak saling tatap sampai mobil berhenti di sebuah gedung tinggi.
"Sudah sampai, kau bisa turun!" perintah Farid. Anna sekilas menatap keluar jendela.
Dia segera membuka pintu mobil. Anna menghela napas lega. Dia kemudian merapikan jilbabnya dan Farid segera masuk ke dalam ruangan itu tanpa aba-aba.
"Oi, tunggu!" ucap Anna sedikit berteriak. Dia akhirnya mengekor di belakang lelaki itu. Anna sedikit ketakutan karena dia tidak mengenal siapa pun yang berada di dalam ruangan itu. Semuanya terlihat sangat mewah.
"Farid!" seru seorang lelaki.
"Ini kekasih barumu?" tanyanya. Anna berdiri di samping Farid sambil menundukan kepala. Dia sebenarnya ini berkata jujur, namun tatapan mata Farid membuatnya ketakutan seketika
"Ya, dia Khanna!" ucap Farid memperkenalkan Anna.
"Kalian sangat serasi, dia sangat cantik!" ucap lelaki itu lagi. Anna menatap Farid yang terus memandanginya. Tatapan mereka bertemu beberapa detik di udara.
"Ya, dia sangat cantik!" seru Farid menambahkan. Anna tersenyum menatap lelaki itu. Namun seketika Farid mencondongkan wajahnya dan membuat jantung Anna seakan ingin copot. Lelaki itu membisikkan sesuatu.
"Jangan besar kepala, aku tidak mengatakan kau cantik!" bisiknya.
Anna cemberut. "Kau sebaiknya duduk dulu," ucap lelaki itu. Dia memberikan beberapa minuman ke arah Farid. Anna hanya memilih untuk meminum Cay (teh) khas Turkey.
"Bagaimana kalian bisa menjalin hubungan secepat ini?" tanya lelaki itu. Anna baru memperhatikan bola mata teman Farid. Dia memiliki mata hazel yang sangat cantik. Mungkin saja lelaki itu berasal dari negara lain dan sangat lancar berbahasa Indonesia.
"Dia mengejarku makanya aku kasihan dan segera mengajaknya menjalin kasih," ucap Farid singkat yang membuat Anna membolakan matanya.
Anna segera mencubit pungung tangan lelaki itu karena kesal.
"Sejak kapan aku mengejarmu!" bisik Anna segera. Dia benar-benar tidak terima dengan perkataan Farid.
"Wah, kau selalu beruntung," sambung lelaki itu lagi. Anna benar-benar bingung. Dia ingin segera mengilang dari ruangan ini saja.
***
Setelah pesta itu selesai. Anna mengomel di dalam mobil. Dia tidak menerima beberapa wacana Farid kepada teman-temannya. Lelaki itu mengatakan bahwa Anna mengejarnya sehingga dia akhirnya menerima dirinya. Kedua, Farid juga mengatakan kalo Anna cinta mati dan Farid kasihan dengan Anna. Ketiga, Farid juga mengatakan bahwa dirinya sebenarnya tidak ingin menjalin kasih lagi, namun Anna penuh harap kepadanya.
Itu adalah tiga wacana yang membuat Anna benar-benar ingin jadi monster dan melahap habis-habisan lelaki gila itu.
Bagaimana bisa Anna mengejar lelaki sombong seperti Farid? Bahkan jika Anna bisa memilih, dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan Farid.
"Mengapa melamun? Kau memikirkanku?" tanya Farid tiba-tiba. Anna menatap Farid dengan pandangan sinis.
"Kau terlalu besar kepala, Tuan!"
"Aku tidak suka!" gerutu Anna.
"Kau akan menyukaiku. Jadi, jangan membenciku," balas Farid sambil menatap Anna melalui kaca spion. "Tidak akan!" tegas Anna sambil membuang pandangan. Farid melajukan mobilnya mengantar Anna kembali ke asramanya. Suasana sangat hening. Mereka berdua tidak bersuara di dalam mobil.
"Sudah sampai, silahkan turun Nona Anna!" cibir Farid. Anna segera membuka pintu lalu bergegas masuk ke dalam asramanya tanpa menoleh atau berterima kasih kepada lelaki itu. Anna tidak ingin basa-basi. Apalagi melihat wajah Farid yang sangat menyebalkan. Darahnya seakan naik dan ingin memukul kepala Farid.
"Dasar perempuan sombong!"
"Seharusnya kau berterima kasih karena aku telah mengajakmu!" gumam Farid di dalam mobil. Dia terus memandang Anna masuk ke dalam asramanya. Perempuan itu tampak kesal dan tidak bersuara.
Farid melajukan mobilnya meninggalkan area asrama saat ini. "Dia memang perempuan menyebalkan!" batinnya dalam hati.
***
Anna membaringkan tubuhnya sambil mengusap wajahnya yang tampak kelelahan. Dia bingung harus berbuat apa. Pasti seluruh kampusnya akan heboh karena dia bersama Farid di pesta mala mini.
"Menyebalkan!" umpatnya.
"Seharusnya aku tidak berurusan dengan monster gila itu!" gumamnya.
Anna menghela napas kasar ke udara. Dia menatap langit-langit kamarnya saat ini. Dia bingung harus berbuat apa.
Dring!
Bunyi ponsel itu sangat keras dan mengagetkannya. Anna segera menerima telepon dari Amira. Sahabatnya yang berada di apartemen.
"Halo?" ucap Anna. Suaranya sangat lemas.
"Oi, kau benar-benar pacaran dengan Farid?" tanya Amira seketika.
"Ngak, aku tidak pacaran dengannya. Aku ngak berhubungan dengan Farid!" gumam Anna seketika. Amira menghela napas panjang.
"Syukurlah, soalnya aku lihat fotomu ada di media sosial, kalian sedang bersama di pesta."
"Jadi, aku kaget banget!" ucap Amira kemudian. Anna mengusap wajahnya lagi.
"Ya, lelaki gila itu mengambil gambarku dan menyebarkannya. Dia bahkan mengaku sebagai kekasihku. Dia rasanya benar-benar gila!" cerutu Anna kesal. Amira hanya tertawa melalui sambungan telepon.
"Tapi bisa jadi nanti kau jatuh cinta, dia sangat tampan!" ucap Amira sambil tertawa.
"Tidak akan, amit-amit!" balas Anna secepat mungkin. Dia tidak akan pernah jatuh hati kepada moster gila itu.
"Aku tidak akan jatuh cinta!" sambung Anna lagi. Dia yakin tidak akan pernah menyukai Farid. Anna memiliki kriteria khusus untuk calon suaminya dan sangat berbeda dengan sufat Farid.
"Aku harus istirahat, Amira. Bertemu Farid menguras tenagaku," ucap Anna. Dia segera mematikan sambungan teleponnya.
Bersambung …