Anna menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya frustasi. Apa yang didengarnya sangat konyol. Bagaimana dia bisa menemani lelaki itu mengikuti pesta dansa? Apakah Farid sudah kehabisan stok perempuan dan menyuruhnya menemani lelaki playboy itu? Pikirnya.
"Dia benar-benar kurang waras!" cerutus Anna sambil berjalan masuk ke dalam asramanya. Dia bingung harus memakai baju apa di pesta dansa nanti. Sialnya, Anna mengiyakan permintaan Farid. Sepertinya Anna memaksa dirinya masuk ke dalam jebakan Farid.
Anna masuk ke dalam kamar sambil membaringkan tubuhnya di kasur. Dia menatap langit-langit kamarnya sambil memijit kepalanya yang terasa berat.
"Dia benar-benar aneh!" gumam Anna.
"Seorang lelaki kaya, tapi masih sulit mendapatkan perempuan."
"Mungkin saja karena dia seorang playboy cap kadal yang selalu menipu perempuan. Dan sekarang aku harus terjebak dengan kadal gila itu," gumam Anna lirih. Dia menghela napas panjang.
Anna merenggangkan otot-otot tangannya yang terasa kaku.
Dring!
Benda persegi itu berbunyi. Anna melihat benda persegi yang bergetar di sampingnya. Anna tahu bahwa itu adalah panggilan ibunya. Anna memiliki nada dering khusus untuk ibunya.
"Assalamualaikum, ibu!" ucap Anna kemudian.
"Waalaikum salam," jawab bu Farida. Suaranya terdengar ceria. Tidak seperti saat dia menelepon terakhir kalinya. Membuat Anna terheran dengan suara ibunya itu.
"Ada apa ibu? Kebetulan sekali suaranya berbeda," tanya Anna.
"Anna, kamu kenal ngak sama sultan Parto?" tanya ibu Farida kemudian. Anna mengerutkan kening. Dia mencoba mengingat siapa lelaki bernama Parto. Di kampungnya di Sulawesi Selatan, ada beberapa pengusaha yang dipanggil sultan oleh tetangga.
"Ngak bu, siapa dia?" tanya Anna setelah berusaha mengingat siapa lelaki bernama Parto.
"Itu loh, Anna. Juragan tanah di kampung kita!" seru ibu Farida lagi. Anna mencoba mengingat lagi.
"Oh, Pak Parto? Lelaki kaya yang tinggal di ujung kampung?" tanya Anna setelah bayangan Sultan Parto terbesit di otaknya.
"Ia, Anna!"
"Lelaki itu!" ucap ibu Farida semangat.
"Lalu, ada apa dengan Sultan Parto?" tanya Anna bingung. Ibu Farida terdiam sejenak. Dia bingung harus menjelaskan kepada Anna mengenai Pak Parto.
Dua minggu lalu, lelaki paruh baya itu sedang mengukur tanahnya di sekitar perumahan ibu Farida. Sultan Parto lagi mencari sosok perempuan yang bisa menemani anaknya. Intinya Sultan Parto lagi cari istri untuk anaknya dan saat itu Sultan Parto ingin memperkenalkan anaknya dengan imbalan akan melunasi segala hutang ibu Farida di kampung.
Karena tawaran yang sangat mengiurkan itu, ibu Farida berniat menanyakan kepada Anna niat baik Sultan Parto. Lagi pula lelaki itu adalah keluarga baik dan terkenal bersahaja.
"Ada apa ibu?" tanya Anna lagi saat sudah lama tidak mendengarkan suara ibunya.
"Itu Anna, Sultan Parto lagi cari calon istri untuk anaknya. Kamu mau?"
"Dia akan lunasi hutang ibu," sambung ibu Farida. Suaranya terdengar sangat semangat. Anna menghela napas panjang. Belum urusan Farid yang membuatnya sakit kepala, sekarang dia harus memikirkan mengenai perjodohan.
"Sultan Parto juga tahu kalo kamu kuliah kedokteran di Turkey, dia mau dan suka dengan kepribadianmu. Katanya, anaknya pasti suka kamu!" jelas ibu Farida panjang lebar. Anna menghela napas kasar ke udara.
"Tapi Anna tidak kenal, Anna juga tidak tahu siapa anak Sultan Parto," cetus Anna beralasan.
"Nanti orang tua yang kenalkan, Anna selesai dulu lalu balik ke Indonesia dan kita akan membicarakan mengenai perjodohan ini," ucap ibu Farida semangat. Anna mengusap wajahnya secara kasar. Di satu sisi, dia sangat tidak mau membuat ibunya kecewa. Di satu sisi lagi, dia belum siap menikah apalagi bersama lelaki yang tidak dikenalnya.
"Bagaimana?" tanya ibu Farida saat Anna terdiam cukup lama. Sangat berat bagi Anna untuk menolak permintaan ibunya. Apalagi hanya dia satu-satunya harapan ibu Farida. Selain itu juga, hutan puluhan juta sangat sulit untuk ditebus dalam waktu dekat.
"Insyallah anaknya baik, Anna!"
"Sholeha dan beribawa!" sambung Ibu Farida.
"Kalo Anna setuju, nanti ibu yang beritahu ke Sultan Parto!" sambung Ibu Farida antusias. Anna hanya bisa pasrah. Keadaan seperti ini adalah yang sangat dibencinya.
"Lagian juga, Sultan Parto sudah mencari kamu dari dulu. Sultan Parto adalah sahabat ayahmu sejak kuliah dulu. Nah, karena itu makanya Sultan Parto ingin kau menjadi menantunya."
"Banyak loh yang mau, Anna. Tapi Sultan Parto sendiri yang datang ke rumah dan mengatakan niatnya itu," jelas Ibu Farida panjang lebar.
Mendengarkan semua itu, membuat Anna semakin bimbang. Lidahnya mendadak keluh untuk berucap saat ini.
"Dia keluarga baik-baik, Anna!"
"Lagian Sultan Parto sudah berjanji untuk membayar hutang kita," ucap ibu Farida penuh harap. Suaranya mendadak serak seakan menahan tangisan. Anna sama sekali tidak tega melihat ibunya menangis.
"Ya ibu, insyallah!" ucap Anna kemudian.
Setelah berbicara kurang lebih satu jam mengenai perjodohan. Anna membaringkan tubuhnya lagi. Serasa energinya berkurang saat ini. Memikirkan Farid yang menyebarkan gossip tentangnya dan juga memikirkan mengenai perjodohannya membuat kepala Anna seakan ingin meledak.
Anna duduk di bibir ranjang sambil menatap lemarinya. Dia kemudian berdiri lalu berjalan di depan lemari. Anna mengeluarkan satu stel gamis dan menatapnya dengan sangat lama.
"Pesta dansa dan gamis?" pikirnya. Anna tidak memiliki baju lain.
"Ya, biarkan saja dia malu!" cerutus Anna sambil tertawa jahat.
***
Farid menatap benda persegi di pergelangan tangannya. Di sudah berdiri di depan asrama putri sambil terus menatap jamnya. Farid menjemput Anna untuk menuju pesta dansa di musim gugur. Ya, kelompok dari Farid selalu membuat acara.
Farid terus mengomel karena perempuan itu belum juga datang. Farid menatap jamnya lagi dan berharap Anna segera datang.
Melihat Anna yang sedikit berlari keluar, membuat Farid mengerutkan keningnya. Anna berdiri persis di depan lelaki itu. Mobil Farid berwarna hitam, terparkir indah di depan sana.
"Kau lama sekali!" omelnya sambil melipat tangan di dada.
"Ya, aku perlu berdanda," ucap Anna beralasan.
"Tapi, wajahmu sama saja!" balas Farid kesal. Anna berdecak lidah. Kalo bukan ingin menganti rugi uang lelaki itu, Anna tidak sudi berlama-lama dengan Farid. Lelaki sombong dan sangat menyebalkan.
"Masuk!" perintahnya kemudian.
"Kau serius memakai baju itu?" tanya Farid lagi sebelum masuk ke dalam mobil. Dia baru memperhatikan baju Anna yang terlihat berbeda.
"Ya, memangnya kenapa?"
"Kau tidak menyukainya?" sergap Anna sambil membulatkan matanya.
"Gamis membuatku cantik!" sambung Anna sambil memutar tubuhnya di depan Farid sambil tersenyum ceria. Perempuan itu selalu bahagia, pikir Farid.
"Terserah saja, aku malas menunggumu. Putri lelet!" seru Farid kesal. Dia kemudian masuk ke dalam mobil dan Anna mengikutinya. Anna duduk di bangku paling belakang dan menatap Farid dari balik kaca spion.
"Di pesta dansa nanti, kau harus berpura-pura sebagai pacarku!"
"Setelah itu, kau bisa bebas!" perintahnya.
"Siap bos!" balas Anna kemudian.
Bersambung …