Chereads / Mendadak Nikah / Chapter 4 - Bekal Manis

Chapter 4 - Bekal Manis

"Menyebalkan!" satu kata yang terus diucapkan Anna di dapur. Dia terus menatap kotak bekal yang dibuatnya. Anna membuat roti dengan isian kacang. Dia tidak lupa menambahkan beberapa hiasan di atasnya. Cukup manis namun sangat disayangka kalo bekal itu untuk lelaki menyebalkan sekelas Farid.

Anna memasukan bekal itu ke dalam tasnya. Dia kemudian berjalan menuju kampus dengan perasaan jengkel. Dia akan bertemu dengan Farid dan memberikan kotak bekal itu. Anna masuk ke dalam kelas dan menatap Amira yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Kau sudah bertemu dengan Farid?" sahutnya segera. Anna menghela napas panjang sambil menganggukan kepala.

"Ya, aku bertemu lelaki menyebalkan itu!"

"Lalu?" sahut Amira penasaran. Dia terus memandangi Anna. Amira sangat ingin tahu apa yang Anna bicarakan dengan Farid.

"Dia sangat tampan kan?" seru Amira segera. Anna menggelengkan kepala. "Menjengkelkan!" ucap Anna segera.

Kening Amira berkerut. "Kok menjengkelkan?" balasnya.

"Bukankah dia sangat tampan dan berkelas?" seru Amira segera.

"Aku kesal sekali dengannya, rasanya aku ingin membunuhnya saja!" gumam Anna sambil mengepal tangannya. Akhir-akhir ini dia selalu emosi. Entah mengapa dia sangat emosi sekarang saat mengingat Farid.

"Ya sudah, istigfar!"

"Kita ke perpustakaan nanti yuk!" ajak Amira.

"Sorry, aku ada kelas!" ucap Anna kemudian. Wajah cemberut Amira terlihat jelas.

"Okelah!" jawabnya.

Setelah urusan di kampus selesai. Anna mencari Farid di gedung sebelah. Dia berjalan menuju fakultas teknik. Anna sangat jarang berada di fakultas ini. Selain sibuk di rumah sakit, dia sangat malas berpetualang di kampus kecuali ke perpustakaan.

Dari arah jauh, Farid melihat Anna sedang menunggunya. Perempuan itu memegang sebuah bekal berwarna pink. Anna terlihat takut untuk menghampiri Farid saat ini.

Farid tersenyum, dia kemudian berjalan mendekati Anna yang bersembunyi di samping pohon. Anna memandang ke bawah. Benar-benar dia harus menahan emosinya.

"Kau datang juga!" serunya.

"Mengapa kau terlihat ketakutan?" tanya Farid sambil mengerutkan keningnya memandangi perempuan di depannya. Anna menghela napas panjang lalu segera menyerahkan kotak bekal berwarna pink.

"Kau membuatkanku?"

"Ya, bukankah seperti itu kesepakatannya?"

"Aku tidak punya uang makanya aku harus membuatkanmu bekal!" tegas Anna sambil menghunuskan pandangan tajam ke arah Farid. Lelaki itu tersenyum kecut.

"Okelah!" ucap Farid sambil menerima kotak bekal itu.

Dia lalu tersenyum menatap Anna yang masih berdiri dengan ocehan tidak jelas dari bibirnya.

"Hai Farid!" teriak suara itu. Farid menoleh ke sumber suara dan melihat Dirham sedang berlari ke arahnya.

"Pacar baru?" tanyanya. Farid menganggukan kepala. Anna hanya bisa menunduk ke bawah tanpa bersuara. Kekesalannya sudah sampai di ubun-ubunnya saat ini.

"Kau hebat juga! Selesai dengan Amoraa, kau mengait perempuan baru lagi!" gumam Dirham sambil memandangi Anna yang tertunduk lemas. Dari pada dia harus menganti rugi semuanya ke Farid, mendingan dia berpura-pura saja menjadi kekasih monster gila itu saat ini.

"Lumayan cantik!" sambung Dirham yang memandangi Anna dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Kau bisa pergi sekarang!" tegasnya kemudian. Anna melangkah secepat kilat menghilang dari pandangan lelaki menyebalkan itu. Anna berjanji tidak akan bertemu dengan Farid lagi. Lelaki itu gila dan benar-benar sangat aneh.

Anna menjauh dan dia menghela napas lega. Anna segera berjalan menuju asramanya dan mengutuk perbuatan Farid yang berbohong.

"Lelaki monstera!" gumamnya.

***

Anna membaringkan tubuhnya di ranjang sambil memijit kepalanya yang terasa panas. Dia menatap langit-langit kamarnya. Anna menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya.

Dring!

Ponselnya berbunyi. Dengan sangat malas, Anna mengangkat telepon itu. Dia lalu menatap nama Amira di layar ponselnya.

"Ada apa?" tanya Anna lirih.

"Eh!" sahut Anna segera.

"Ya, ada apa?" ulangnya.

"Tahu ngak gossip terbaru?" sahut Amira antusias. Anna menggelengkan kepala. Dia lalu menatap layar ponselnya segera dan membaca beberapa pesan di media sosialnya. Kening Anna berkerut dan bola matanya membulat sempurna.

"Gila yah, kau pacarana dengan Tuan Farid?"

"Kau sugguh beruntung!" ucap Amira. Anna semakin bingung.

"Seluruh teman kelas dan mahasiswa sedang membicarakan hal ini, kau tahu kan kalo Farid adalah lelaki misterius dan kekasih terakhirnya adalah Amora!"

"Model internasional!" ucap Amira.

"B-bukan, aku tidak pacarana dengannya!" seru Anna segera. Dia harus meluruskan gossip ini sebelum menyebar ke seluruh fakultas kedokteran tempatnya berada.

"Ngak, aku tidak menikah dengannya!" sambungnya lagi.

"Dia hanya berpura-pura, Amira. Aku tidak berpacaran!" sambung Anna. Dia kembali membaringkan tubuhnya sambil meletakkan bend aitu di telingannya dan mendengarkan Amira mengoceh panjang lebar. Anna sangat tidak suka jika Farid menyebarkan gossip murahan itu.

"Tapi tidak masalah jika kau pacarana dengannya, Anna. Dia lelaki tampan!" ucap Amira kemudian. Anna segera menggelengkan kepala. Dia tidak pernah suka dengan Farid. Ini adalah kesalahpahaman.

"Seluruh anak-anak mau bertemu denganmu nanti, mendingan jelaskan aja deh!" ucap Amira. Anna memijit kepalanya yang terasa sakit. Dia benar-benar bingung menjelaskan semua ini.

"Ngak Anna, aku ngak pacaran!"

"Aduh, gimana jelaskan yah!"

"Farid dan aku ngak pacarana, itu hanya gimmick aja dan kami tidak pernah berhubungan dekat, please mengerti Amira!"

"Kau harus bantu aku menjelaskan hal ini," sambung Anna.

"Sudah dulu yah, aku mau buang air besar!" ucap Anna segera.

Tit!

Panggilan terputus. Anna mengusap wajahnya secara kasar. Dia benar-benar membenci keadaan ini. Anna segera menghubungi Farid dan akan memaki lelaki itu jika menyebarkan gossip tentangnya.

"Halo?" sahut suara serak itu.

"Kau buat apa sih menyebarkan gossip murahan tentangku? Aku akan patahkan lehermu!" protes Anna.

"Segera klarifikasi semuanya atau aku akan membunuhmu!" tegasnya. Di dalam sambungan telepon, Farid hanya tersenyum. Dia tertawa mendengarkan ocehan gadis itu.

"Kau tidak suka? Banyak yang ingin menjadi pacarku!" ucap Farid.

"Tidak, aku tidak pernah tertarik menjadi pacaramu, jadi please jangan membuatku sakit kepala. Hentikan semua ini atau …,"

"Atau apa? Kau mau menciumku?" sergap Farid kemudian. Anna menghela napas panjang. Percuma berbicara dengan lelaki monster seperti Farid.

"Kau mesum!" umpat Anna sambil segera mematikan sambungan teleponnya.

"Tapi kamu suka kan? Aku tahu kau juga diam-diam mengangumi ku, Anna!" jelas Farid. Anna semakin kesal dengan suara lelaki sombong itu.

"Tugasku sudah selesai, jadi kau jangan laporkan aku ke dewan pengawas. Aku tidak mau berurusan dengan lelaki gila sepertimu!"

"Cepat selesaikan gossip ini dan jangan mengangguku lagi!" ucap Anna panjang lebar. Dia sedikit meninggikan intonasi suaranya agar lelaki itu mengerti.

"Tidak, kau harus menemaniku ke pesta dansa!" ucap Farid.

"Ah? Pesta dansa? Apakah kau gila?" cerutus Anna tidak percaya.

"Aku tidak mau!" sambungnya. Anna segera mematikan sambungan telepon dan meletakkan ponselnya di sembarang tempat.

Bersambung …