Setelah puas menangis. Anna perlu udara segar. Dia lalu duduk di tepi ranjang lalu berdiri di depan lemari. Anna melihat wajahnya melalui pantulan cermin. Mata perempuan itu bengkak. Anna mencoba tersenyum meski hatinya pedih. Anna selalu mencoba tersenyum walaupun dunianya terlihat berantakan.
Anna kemudian mengambil syal yang digantungnya. Dia kemudian memakai jacket cokelatnya lalu berjalan di sekitar taman asrama. Anna menyukai suasana malam di Turkey. Entah mengapa saat dia sedih, Anna suka berjalan-jalan di sekitar asramanya.
Apalagi di samping asramanya ada sebuah taman kecil tempatnya berkeluh kesah sendiri. Anna menyipitkan matanya saat melihat seorang lelaki terburu-buru keluar dari kamar yang terletak di lantai satu.
Anna mempercepat langkahnya. Dia penasaran mengapa lelaki itu keluar dan terlihat terburu-buru.
"Pasti lelaki itu pencuri!" gumamnya. Anna semakin mempercepat langkahnya. Dia hendak memukul dari belakang lelaki itu namun sialnya dia terpeleset di loby asrama. Anna menjerit kesakitan.
Lelaki itu menghentikan langkahnya lalu membalik belakang.
"Hai pencuri!" teriak Anna. Dia berusaha berdiri dan berlari mengejar lelaki itu. Anna berhasil memukul kepala lelaki itu hingga terjatuh di depan asrama.
Anna tersenyum puas. Lelaki itu mengusap kepalanya yang terasa sakit. "Perempuan gila!" umpatnya. Bola mata Anna terbelalak mendengarkan ucapan lelaki itu.
"Hai?"
"Orang Indonesia?" gumamnya tidak percaya.
"Kau memalukan negara saja!" teriak Anna. Dia bersiaga dengan memasang kuda-kuda. Untung saja kemarin sebelum ke Turkey, dia kursus bela diri meskipun sampai sabut kuning.
"Kau mencuri kan? Katakan saja!" teriak Anna. Dia menghunuskan pandangan tajam ke arah lelaki tampan itu.
"Aku yakin, kau keluar dari asrama perempuan, apa lagi yang kau lakukan kalo bukan mencuri?" ucap Anna. Dia terus mengoceh dan tidak mengizinkan lelaki itu untuk berbicara.
"Selain gila, kau cerewet juga!" ocehnya sambil mengelus kepalanya yang sakit. Anna mengerutkan kening.
"Kau yang gila! Aku akan laporkan kau di dewan pengawas mahasiswa perwakilan Indonesia biar kau di deportasi kalo perlu!"
"Katakan saja apa yang kau ambil?" teriak Anna. Beberapa orang yang mendengarkan perdebatan mereka segera menghampiri Anna. Suara perempuan itu sedikit berteriak dan mengudang keributan.
"Ada apa Nona Anna? Mengapa anda terlihat marah?" sahut salah satu mahasiswa yang menatap Anna. Mereka berbicara dalam bahasa Turkey saat ini.
"Dia pencuri, dia keluar sambil terburu-buru!" ucap Anna sambil menunjuk lelaki di depannya. Mahasiswa itu menatap Farid, lelaki tampan yang sedang mengelus kepalanya yang terasa sakit.
Farid mengenal Amora. Dia adalah sepasang kekasihnya. Amora lalu tersenyum dan menatap Anna.
"Kau salah orang, Nona Anna. Dia adalah kekasihku."
"Mungkin saja dia mencariku di dalam asrama, maafkan karena dia selalu terburu-buru. Kami sedang bertengkar hebat hari ini!"
"Ya, aku mencarimu di asrama namun sialnya aku di tuduh pencuri oleh perempuan gila ini!" ucap Farid sambil menunjuk Anna.
"Kau serius Amoraa?" tanya Anna sambil membulatkan mata tidak percaya. Perempuan cantik berdarah Rusia itu menganggukan kepala. Anna spontan menutup wajahnya karena malu. Lelaki itu terus menatap Anna dengan pandangan mematikan.
"Jadi, kau sekarang tahu kan, aku bukan pencuri!"
"Dasar perempuan gila!" umpatnya. Farid mengejek Anna yang kini menunduk ke bawah saat ini. Dia tidak habis pikir, mengapa perempuan itu bisa menuduhnya sebagai pencuri.
"Maafkan aku!" ucap Anna lirih.
"Tidak ada, kau sudah menuduhku, aku akan laporkan kau ke dewan pengawas mahasiswa Indonesia agar kau di deportasi juga karena gila!" omel Farid. Anna tertunduk ke bawah. Dia sangat bodoh. Mengapa begitu cepat menuduh lelaki tampan itu sebagai pencuri. Kini, dia sedang berada di dalam masalah besar.
"A-aku …,"
"Dasar gila!" umpat Farid lagi. Dia lalu berjalan keluar dari loby asrama dan meninggalkan Anna sendiri. Wajah Anna memerah menahan malu. Dia benar-benar malu dengan insiden ini. Berharap dia menangkap pencuri, malah dirinya yang malu sekarang.
Anna menghela napas panjang. Dia kemudian mempercepat langkahnya menuju taman. Bertemu lelaki itu benar-benar membuatnya sial.
Saat berada di taman asrama yang begitu sepi. Anna mempererat jacketnya. Dia menatap langit Turkey sambil menghela napas panjang.
"Kenapa hidupku begitu berantakan?" batinnya.
"Harusnya aku tidak seperti ini!" serunya lagi. Anna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Anna mencoba menenangkan dirinya yang sesak seketika.
"Mana hari ini bertemu dengan lelaki gila lagi!" ocehnya sambil memukul dirinya sendiri.
***
Amira segera berlari dari gerbang kampus menghampiri Anna yang berjalan lemas. Amira memukul belakang Anna. Wajah perempuan itu tampak cemas seketika.
"Oi, ada kabar gawat!" teriaknya. Anna menghentikan langkahnya sambil menatap Amira.
"Ada apa? Wajahmu kok aneh gitu!" seru Anna. Dia bingung dengan ekspresi Amira yang tampak berbeda. Perempuan itu tersenyum sesekali mengigit bibir bawahnya memandangi Anna.
"Kemarin kau berurusan dengan siapa?" tanya Amira cepat. Anna memutar matanya. Mengingat lagi apa yang terjadi kemarin.
"Gawat!" sambungnya lagi. Amira terlihat sangat khawatir sekarang.
"Ada apa?" tanya Anna bingung.
"Farid, lelaki itu melaporkanmu di dewan pengawas mahasiswa, gila sekali!" ucapnya. Anna membolakan matanya menatap Amira.
"Serius? Lelaki gila itu?"
"Kau sih berurusan dengan lelaki tampan dan kaya itu, benar-benar gawat!" gumam Amira mengigit jarinya. Dia sangat cemas memikirkan nasib Anna saat ini.
"Memangnya dia siapa?"
"Salahnya sendiri sih, kok keluar dari asrama perempuan. Wajarlah aku teriakin dia pencuri," ucap Anna tidak mau kalah. Dia merasa tindakannya sudah benar sekarang.
"Hmm."
Anna menghela napas panjang. "Jadi, aku harus berbuat apa?" tanyanya bingung.
"Ya, minta maaf sama dia sebelum tuntutannya di kabulkan!" perintah Amira. Anna sangat malas untuk meminta maaf kepada lelaki sombong itu. Lagian juga dia tidak sepenuhnya salah, pikirnya kemudian.
"Dia sebenarnya siapa sih?" tanya Anna terheran.
"Itu loh, Farid adalah anak dari pengusaha property yang terkenal di Indonesia. Perusahaanya memegang saham property terbesar di Asia," jelas Amira. Bola mata Anna terbelalak mendengarkan hal itu.
"Dan kau sedang berurusan dengan lelaki kaya dan dingin itu!" sambung Amira lagi. Anna memukul kepalanya.
"Mendingan minta maaf saja deh, dari pada kena sanksi!" ucap Amira lagi. Dengan sangat lemas, Anna menganggukan kepala. Dia tidak punya pilihan lagi.
"Aku sangat malas, lelaki itu sombong sekali!"
"Mana suaranya terdengar kasar, malas pokoknya," aduh Anna. Namun dalam situasi seperti ini, dia tidak punya pilihan lain. Farid akan melaporkan dia dan itu akan mempersulit Anna untuk pulang ke Indonesia. Tidak ada pilihan lain saat ini.
"Lalu, lelaki sombong itu tinggal di mana?" tanya Anna.
"Nanti aku ke apartemennya!" sambungnya lagi.
"Dia dekat apartemenku, nanti aku antar kamu ke sana!"
"Usahakan dia memaafkanmu, Anna. Kalo tidak, masalah besar akan menghampiri kita!" ucap Amira. Anna menganggukan kepala mengerti.
Bersambung …