Chereads / Laut Dalam / Chapter 12 - Bersama Keluarga

Chapter 12 - Bersama Keluarga

Malam beranjak. Warna gelap kini menyelimuti langit, memamerkan sederet bintang yang berkelip bersama cahaya bulan putih yang bersinar. Ditemani oleh suara debur ombak dan hembusan angin malam yang kencang, Angelo dan Fin duduk berdua di salah satu batang pohon yang telah tumbang.

Tidak ada yang berbicara di antara kedua pria. Namun, suasana yang tenang di latar belakangi oleh sebuah rumah kayu yang terang memberikan ilusi sebuah keluarga yang damai. Bayangan keduanya memanjang di atas pasir putih, memberikan siluet sepasang kekasih yang tengah bermadu kasih berdua.

Oh, seandainya memang seperti itu ...

"Ekornya hitam," kali ini, suara Angelo memecahkan keheningan di antara mereka. Kepala mendongak, menatap bintang yang begitu banyak dan indah. Namun, apa yang terucap di bibirnya begitu dingin. Kejam dan tidak berperasaan. "Keluargamu tidak akan menerima Bubu."

Fin hanya diam. Berlawanan dengan pasangannya, pria itu menunduk, memperhatikan bayangan mereka.

"Keluarga Black hanya menerima yang terkuat," kembali, Angelo bersuara. Memberitahukan hal yang sangat ia benci. "Mereka sudah sangat marah karena aku melahirkan dua telur berekor biru, lalu sekarang ... telur berekor hitam ini, mereka pasti akan lebih marah."

Memikirkan kata-kata terakhir, entah kenapa justru membuat Angelo terhibur. Ia terkekeh, bergeser dan menyandarkan kepala ke bahu bidang pasangannya. "Kali ini ... bagaimana bila si bungsu bernama Blue?"

"Kau tidak mau anak kita bernama Black?"

Angelo tidak langsung menjawab. Bayangan sosok Mer kecil yang bermanja dan tidak henti menyukai pelukan, membuatnya tidak bisa menahan senyum. Mendadak, hatinya terasa diselimuti oleh kehangatan.

"Aku ingin dia bebas," Angelo berujar jujur. "Bahkan dengan keluarga kita, dia tidak merasa terikat untuk tetap tinggal bersama. Baik Black atau Blue, biarkan dia memilih."

Fin diam. Ia tahu, apa yang dikatakan pasangannya memang benar. Meski si kecil terlihat tertarik dan menikmati suasana pada malam ini ... tetapi pada akhirnya, sosok mungil itu tetap bersikeras kembali ke laut. Tidak mau menetap semalam di rumah kayu, memilih pergi dan tinggal di lautan luas ketimbang bersama dengan keluarga kandungnya sendiri.

Fin tidak menyangkal bahwa ia kecewa dengan pilihan putra bungsunya, tetapi melihat Angelo dengan mudah melepaskan ... sebagai kepala keluarga, ia cukup bijak untuk tidak memaksa. Bagaimanapun, pada akhirnya Bubu tetap akan kembali ke keluarga mereka.

"Keluarga Black tetap akan membuat Bubu mengambil nama Black," Fin tanpa ragu memberitahukan fakta. "Ekornya hitam dan dia adalah putraku."

Kali ini, Angelo yang tidak mengatakan apa pun. Pria itu hanya diam, bersandar pada pasangannya dan menatap bayangan mereka yang menyatu.

"Tetapi ... ," sebelah tangan terulur, merangkul bahu kekasih yang bersandar kepadanya. "Bila kau tidak menginginkannya, sayang, aku bisa membuat putra kita tetap bermarga Blue."

Fin menunduk. Ia dengan lembut mengecup helai rambut pasangannya.

"Apa pun itu, bila untukmu, aku akan melakukannya."

Angelo tidak bisa menahan senyum begitu mendengar kata-kata manis itu. Jantungnya berdebar kuat sekali ... mengedarkan perasaan hangat yang menyelimuti hatinya. Sangat nyaman, Mer dewasa itu dengan lembut meremas jemari pasangannya.

"Tidak perlu melakukannya," tahu pasti bahwa Fin benar-benar akan memenuhi apa yang diinginkan, Angelo dengan bijak menolak. "Biarkan Bubu melakukan apa yang diinginkannya. Bagaimana pun ... Bubu agak berbeda."

Fin tidak memaksa. Ia tahu bahwa si bungsu memang terlalu berbeda dengan kedua saudaranya yang lain. Karenanya, ia tidak perlu berdebar perihal ini dengan pasangannya. Namun untuk beberapa hal ...

Sepasang netra gelap menyendu. Kelereng gelap itu bersinar dengan dingin.

.

.

.

Suara ombak yang menggulung terdengar nyaring di telinga. Hempasannya yang kuat, tidak membuat ketiga Mer yang berada di bawahnya, merasa terganggu. Dua Mer dengan ekor berwarna biru berenang mengitari trumbu karang. Beberapa tanaman dan kerang terlihat menempel di karang raksasa, membentuk sebuah ekosistem cantik dengan warna-warni indah yang menarik.

Dua pasang mata menatap kagum, tidak henti mengibaskan ekor biru mereka dan mengelilingi karang besar yang tumbuh di perairan dengan arus yang cukup keras. Namun, kedua Mer jelas tidak takut terseret. Ekor sewarna lautan itu berkilau indah dipantulkan oleh cahaya, membuat Bubu tidak henti menatap dengan kagum.

Ketimbang menatap trumbu karang, ia lebih tertarik menatap sisik kedua saudaranya. Bagaimanapun, warnanya berbeda. Namun entah bagaimana, berkilau dan sama cantiknya dengan ekor hitamnya!

Mer hitam sangat kagum. Ia bahkan beberapa kali menabrak karang karena matanya tidak bisa lepas dari ekor berkilau kedua saudaranya. Bahkan, ketika melihat ekor bersisik itu terpantul cahaya matahari dan berada di antara warna-warni trumbu karang, Bubu harus mengakui bahwa itu sangat indah!

Mer kecil terkikik sampai ia tersedak air laut.

[Jangan menggunakan mulut, kau akan tersedak] suara Kara mendadak terdengar di dalam kepalanya. Diiringi dengan tepukan lembut pada punggung Mer kecil. Wajah anak sulung terlihat, menatap geli adik bungsunya. [Gunakan telepati bila ingin berbicara]

Bubu tidak pernah menggunakan cara ini, tetapi secara insting, ia tahu bagaimana cara melakukannya. Karena itulah, sepasang kelereng biru menatap saudaranya. Berkedip beberapa kali dan terlihat penasaran.

[....]

Hanya ada serangkaian elipsis.

Alis si sulung terpaut. Sejak kapan transmisi suara bisa mengirimkan serangkaian visual simbol?

[Bubu?]

[?]

Hanya ada tanda tanya. Tanpa suara.

Kali ini, Kara tahu bahwa ini bukanlah kebetulan, tetapi memang disengaja!

Sepasang netra biru menatap luar biasa adik bungsunya. Sungguh, ia tahu bahwa adiknya tidak bisu. Si kecil hanya terlalu malas untuk mengeluarkan suara. Lagi pula, meski tidak berbicara, ekspresi dan tindakan Bubu dengan mudah membuat mereka mengerti. Namun sekarang ... sungguh, bagaimana bisa?

[Bubu, tidakkah kau ingin berbicara?]

[?]

Sekali lagi, adik bungsunya hanya melemparkan tanda tanya! Hanya sebuah tanda tanya, tanpa suara tanpa angka dan itu benar-benar sebuah 'TANDA'!

Untuk pertama kalinya, Kara merasa frustasi dan kagum. Sungguh, Mer mana yang begitu kurang kerjaan mulai merevisi dan meningkatkan telepati hanya karena malas bersuara? Oh, tentu saja, ini adik bungsunya!

[Ada apa?] Basil yang mendadak menyadari perubahan suasana, berenang mendekati kedua saudaranya. Sepasang netra biru menatap bolak balik ke sulung dan bungsu.

Kara menghela napas, terlihat lelah. [Aku mengajari Bubu untuk menggunakan telepati.]

[Benarkah?] ekspresi wajah Basil langsung terlihat berseri-seri. Sepasang netra biru dengan antusias, menatap Bubu. [Bubu! Bubu! Apakah kau mendengarku?].

Sebagai jawaban, Mer hitam mengangguk.

[Sangat bagus!] Basil benar-benar puas begitu tahu bahwa suaranya terdengar. Bagaimanapun, tidak mudah untuk melakukan telepati. Mereka harus berada di dalam laut dan memiliki koneksi ke lawan bicara. Baik koneksi hubungan darah, atau koneksi dengan benda yang dipegang berpasangan dengan lawan bicaranya.

[Nah, Bubu, sekarang, coba berbicara!]

Sepasang netra biru berkedip, menatap saudara kedua dengan polos. [?]

[Eh?] Basil benar-benar bingung. Ia bersumpah melihat simbol tanda tanya? Bahkan tidak ada suara atau nada sama sekali?! [Bubu, itu kau?] Basil benar-benar curiga bahwa ia salah alamat.

Bubu menganggukkan kepalanya. Memberitahu bahwa ia mendengar dan sekarang benar-benar merasakan nada frustasi yang keluar begitu saja dari otaknya.

Tetapi ... sungguh, ada apa dengan kedua kakaknya? Jadi, Mer kecil itu kembali meleparkan dua transmisi untuk edua Mer di dekatnya.

[?]

[Tidak bisakah kau bersuara?] Basil benar-benar merasa luar biasa. [Sungguh, Bubu, tidak ada yang pernah meningkatkan kemampuan Telepati hanya karena malas bersuara! Oh, adikku ... kau hebat, tetapi juga terlalu malas!]

[...]

Kali ini, serangkaian elipisis. Si kecil tidak tahu harus berkata apa.

[Bila seluruh keluarga kita tahu, aku yakin mereka semua akan frustasi!] kali ini, Basil tertawa. Bisa membayangkan serangkaian tanda tanya dan seruan kebingungan dari semua sepupu dan keponakannya.

[Baiklah, jangan membuat adik kita kesal] Kara tersenyum geli. Ia memukul kepala Basil dengan pelan agar berhenti mengusili si kecil, lalu kembali menatap si bungsu. [Bubu, di mana rumput lautnya?]

Kara masih ingat tujuan mereka memasuki laut kali ini. Bukan murni untuk bermain, tetapi membantu Basil mengumpulkan tugasnya. Bagaimanapun, saat ini tengah liburan musim panas. Kara, tentu saja telah menyelesaikan tugasnya. Namun Basil masih memiliki beberapa tugas.

Salah satunya adalah untuk mengumpulkan 10 jenis rumput laut yang telah sekolahnya tetapkan.

Bila hanya mengumpulkan, hal ini tidak akan sulit. Namun sosok hitam harus menyerahkan 10 jenis rumput laut dalam keadaan hidup dan juga menyerahkan makalah tentang 10 jenis rumput laut yang diambilnya.

Oh, membeli online atau dipasar rumput laut, semua barang-barang itu sudah mati atau bahkan sudah menjadi makanan siap saji. Jadi, satu-satunya cara adalah mengumpulkan langsung dari Laut dan memeliharanya. Membeli dalam keadaan hidup? The hell! Harganya tidak murah saat sudah mati, apa lagi dalam keadaan hidup!

Mereka sekeluarga tengah berlibur dan berkumpul di pulau pribadi, tentu saja Basil harus memanfaatkannya. Namun sayang, tidak semua rumput laut ada. Jadi, karena itulah ketiga bersaudara berenang di pulau. Kali ini, ia berhasil mengumpulkan 9 jenis, tinggal satu jenis kembali. Beruntung, Bubu mengenali tumbuhan itu hanya dengan melihat gambarnya.

Senyuman di Mer kecil kembali mengembang. Iris sebening kristal berkilau, lalu dengan penuh semangat berenang. Kedua Kakak tanpa ragu mengikuti Mer berekor hitam.

Menjauh dari trumbu karang yang indah dan memesona, kedua bersaudara menyadari bahwa perjalanan mereka semakin menjauhi pulau dan justru hampir seperti akan menyeberangi lautan?

Ekspresi wajah Kara berubah.

[Bubu!]

Mer hitam berhenti. Ia menoleh ke belakang dan memandang bingung saudara sulungnya yang berenang mendekat.

[Seberapa jauh rumput itu?] Kara bertanya serius. Basil yang sejak tadi diam, terlihat agak cemas. Menatap ke bawah dan menemukan warna gelap yang bahkan matanya tidak dapat melihat dasarnya. Jelas, cahaya matahari tidak mampu menembus hingga ke dasar lautan ... Oh, di bawah mereka terdapat Laut Dalam yang begitu ... mengerikan.

Basil merinding. Tanpa sadar merasa agak takut.

[Tidak terlalu jauh] karena tidak bisa mendeskripsikan dengan ekspresi, Bubu tanpa ragu menjawab. Suaranya kekanakan, belum dewasa sama sekali. Lembut dan menyenangkan untuk didengar.

Oh, Kara dan Basil sangat menyukai suara Bubu. Namun saat ini, mereka tidak bisa menikmati suara adik kecil mereka. Dalam seketika, sebuah gambar terpampang di dalam otak mereka. Itu adalah bayangan sebuah pulau kecil yang berada di sisi lain. Berjarak ... beberapa mil dari pulau mereka.

[Astaga ... sangat jauh!] Basil tidak tahan untuk mengeluh. [Dai mananya yang tidak terlalu jauh?!]

Kali ini, Mer hitam terlihat bingung. Menatap saudaranya dengan ragu.

[Berapa hari kita bisa sampai ke sana?] Kara lebih tenang, bertanya dengan lembut. [Bila kita berenang dengan kecepatan maksimal kita, berapa lama kita bisa sampai?]

Bubu berkedip. Ia sudah belajar perhitungan dan cara membaca dari Angelo, jadi tentu saja, bisa menjawab pertanyaan sederhana saudara sulungnya.

[3 hari]

Sepasang netra biru Basil membola tidak percaya. [3 hari?!]

Bubu mengangguk kalem.

Kara menghela napas. [Itu sangat jauh] gumamnya, tidak mengerti kenapa si kecil mengatakan itu tidak terlalu jauh. [Bubu, kita harus kembali dan meminta izin untuk pergi ke sana]

Seolah mendapatkan ide, sepasang netra biru berkilau cerah. [Benar!] seru Basil senang. Senyuman pemuda itu mengembang, memperlihatkan sederet gigi putih yang rapi. [Kita tidak harus berenang! Pinjam saja kapal!]

Bubu menatap bingung saudaranya, tetapi Kara hanya mendengus dingin. Oh, seekor Mer yang memilih untuk menggunakan alat untuk menyeberangi lautan ketimbang menggunakan ekornya sendiri untuk berolahraga. Kara tidak tahu harus menggambarkan adiknya bodoh atau idiot.