Chereads / Laut Dalam / Chapter 15 - Rumah Baru

Chapter 15 - Rumah Baru

Sebuah ruangan luas, dengan jendela-jendela kaca yang terbuka lebar menyambut cahaya matahari pagi untuk masuk. Dengan jendela yang menghadap langsung ke sebuah taman, ruangan yang terbagi menjadi dua fungsi itu terlihat mewah dan hangat.

Satu sisi yang paling dekat dengan pintu ganda adalah satu set sofa, sementara di sisi yang berlawanan merupakan satu set meja makan. Namun, area khusus yang dijadikan ruang makan berada tepat bersebelahan dengan sebuah dapur sehingga seorang koki yang tengah memasak, dengan mudah diawasi dari ruang makan.

Bubu dengan ragu melangkah ke luar dari kamarnya. Sepasang netra biru memandang dua orang aneh yang terlihat sedang membersihkan ruangan. Kedua wanita itu mengenakan seragam maid hitam-putih, terlihat sangat fokus bekerja. Bahkan ketika melihat Bubu, mereka hanya memandang, mengangguk dengan sopan sebelum akhirnya melanjutkan pekerjaan dan pergi.

"Bubu sudah bangun?"

Mer hitam itu menoleh, menemukan di sisi lain ternyata memiliki tangga melingkar menuju lantai dua. Di sana, sosok Ayah Telur berdiri. Terlihat menawan dengan setelan formal yang melilit tubuhnya.

Bubu berkedip, memperhatikan pria itu berjalan selangkah demi selangkah menuruni tangga. Jelas, tidak terburu-buru sama sekali. Sebaliknya, ketika sampai di ujung tangga, Angelo tanpa ragu melangkah mendekati putra bungsunya.

Bubu hanya diam di depan pintu kamarnya. Irisnya menatap pria yang dengan lembut mengulurkan tangan dan menyentuh keningnya. Mengecek suhu tubuh seraya memeriksa wajah yang akhirnya terlihat lebih ... sehat.

"Apakah ada yang tidak nyaman?"

Bubu menggelengkan kepala.

Angelo menghela napas lega. Lalu sepasang kelereng gelap memperhatikan pakaian yang dikenakan putranya. Sosok manis dengan helai rambut dikuncir satu lebih terlihat seperti anak perempuan. Dengan kaos berwarna biru dan jaket berwarna putih, setelan yang dikenakan terkesan sangat kasual, memberikan ilusi bahwa ia memelihara anak perempuan tomboy ketimbang anak lelaki ...

"Bubu belum sarapan," melepaskan jas yang dikenakan, sosok pria itu berjalan mendekati meja makan dan menggantungkan jasnya di punggung kursi, lalu mulai menggulung lengan bajunya. "Mau Ayah buatkan sarapan apa?"

Sepasang kelereng biru berkilau cerah. Senyuman merekah di bibir mungil. Tanpa ragu, Mer kecil mengangguk, lalu berlari untuk meraih kursi dan duduk dengan manis di meja makan.

Alis Angelo terangkat melihat tingkah putra bungsunya. Ini sungguh hal yang aneh. Baik si bungsu atau Ayah yang lain, entah bagaimana menggilai makanan buatannya. Mungkin karena mereka Ayah dan Anak atau mungkin karena selera dari Mer ekor Hitam memang agak berbeda, sepasang Ayah dan Anak ini hanya mau menerima masakannya.

Menyiapkan semangkuk bubur udang, Bubu dengan senang hati memakannya. Mer hitam itu menunduk, menyuap bubur yang kental ke dalam mulut. Uap panas masih melayang, tetapi si kecil jelas tidak merasakannya.

Pria tampan itu menarik kursi tepat di sebelah si bungku. Bertopang dagu dan menatap sosok kecil dari versi dirinya. Oh, sungguh, ditambah dengan helai rambut bergelombang yang diikat satu dan kesukaan Mer kecil ini dengan semua hal yang berkilau ...

"Bubu, apakah kau ingin menjadi perempuan?"

Kata-kata itu keluar begitu saja saat si bungsu selesai makan. Pertanyaan yang mengalun menarik perhatian si kecil. Sepasang netra biru menatap Ayah Telurnya, berkedip beberapa kali dan jelas terlihat bingung.

"Semua telur yang terlahir akan selalu menjadi laki-laki," Angelo tanpa ragu menjelaskan. "Tetapi ... kita terlahir memiliki dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Itu sebabnya, meski kita secara fisik terlahir sebagai Jantan, kita tetap bisa menjadi betina karena memiliki organ sex perempuan untuk bertelur."

Sepasang netra gelap menatap fokus putra kecilnya. "Nah, Bubu sangat menyukai hal-hal yang cantik ... apakah Bubu ingin menjadi perempuan?"

Tentu saja Bubu tahu perihal Jantan dan Betina. Ayah Telurnya adalah Betina dan Ayah Bibitnya adalah Jantan. Namun, hal yang benar-benar membuat bingung adalah ucapan Ayah Telurnya.

"Bukankah Jantan dan Betina di kategorikan dari segi kekuatan?" akhirnya, suara kekanakan mengalun. Alis lembut itu terpaut. "Ayah ... mau Bubu menjadi Betina? Kalah sebelum melakukan pertarungan saat bertemu pasangan?"

Angelo berdeham. Mendadak, ia merasa canggung begitu mendengarnya. Bukan rahasia lagi bahwa Mer Laut Dalam mencari pasangan dengan bertarung. Mereka mencari pasangan yang memiliki kekuatan setara, lalu bertarung untuk menentukan siapa yang menjadi dominan. Hal ini untuk mencegah pasangan mereka mati karena melakukan sex yang berlebih. Namun sayangnya, zaman telah berubah. Adab dan tatakrama membuat semua Mer lebih terkendali. Bahkan perihal hubungan kamar antar kekasih.

Jadi, pertarungan bukan lagi dilakukan untuk memperebutkan pasangan terbaik, tetapi untuk memperebutkan kekuasaan.

"Bukan seperti itu," Mer dewasa tanpa ragu menyangkal. "Ini bukan hanya perihal sex, tetapi juga perihal cara kami memperlakukanmu," bagaimanapun, masalah gender adalah masalah yang serius.

Sepasang netra biru berkedip, menatap Ayahnya untuk terus menjelaskan.

"Bila Bubu lebih suka memakai kalung, cincin dan juga ... pakaian anak perempuan, kami bisa menyiapkan identitas Bubu sebagai betina. Kami juga bisa memperlakukan Bubu sebagai anak perempuan."

Dalam hitungan detik, Mer kecil seolah mengerti. Wajah cantiknya langsung memerah. Sepasang netra biru melotot kesal. "Bukan!" serunya jengkel. "Bubu suka pakaian mereka, suka semua hiasan itu tetapi tidak mau memakainya!"

"Eh?"

"Bubu suka yang cantik-cantik, tetapi Bubu tidak mau memakainya!" mata sebening kristal itu melotot. "Mereka masih kalah cantik dengan rambut dan juga ekor Bubu!"

Terlalu merepotkan untuk menggunakannya! Lagi pula, tanpa menggunakan benda-benda itu, bukankah dirinya sudah sangat cantik?

Angelo kehilangan kata-kata.

Untuk beberapa saat, ia seolah bisa membaca pikiran si kecil.

Oh, sungguh ... KENAPA IA MENETASKAN MER YANG SUPER NARSIS SEPERTI INI?!

Mer ekor biru mendadak frustasi. Anak bungsunya tergila-gila dengan sesuatu yang berkilau, tetapi tidak suka menjadi perempuan ... oh, baiklah, mereka tidak perlu mengubah identitas apa pun.

Ok, baiklah, lupakan. Kita pikirkan hal ini untuk nanti. Coba lihat perkembangan si kecil dan setelah itu, mereka akan mendiskusikannya kembali. Kali ini, Fin juga harus berada di meja diskusi ini.

"Yah ... tidak ada yang lebih cantik ketimbang Bubu," Angelo dengan enggan memuji si bungsu. Sukses membuat sosok itu tersenyum cerah dan melupakan kekesalannya.

"Ayah juga Mer yang sangat cantik!"

Tentu saja cantik, memangnya dari mana wajah itu didapat? Angelo menghela napas, menggelengkan kepala, lalu kembali menatap si kecil yang masih menatapnya dengan sepasang kelereng biru yang cerah.

"Baiklah, Ayah juga ingin meluruskan sesuatu," mengetuk-ngetuk permukaan kayu dengan jemari, ekspresi wajah pria cantik itu berubah serius. "Bubu, baik Ayah, Ayah Benih atau kedua kakakmu tidak akan bisa selalu di rumah, artinya, ada beberapa waktu di mana Bubu akan lebih sering sendirian."

Sepasang iris gelap menatap mata putranya. "Sama seperti kedua Kakak Bubu, Bubu juga akan Ayah masukkan ke sekolah. Tetapi sebelum masuk dan mendaftar, Bubu akan diajar oleh beberapa tutor. Mereka, secara bergantian, akan mengajari Bubu beberapa hal setiap harinya."

Tuk.

Jemari yang sejak tadi mengetuk, kini berhenti.

"Nah, tetapi sebelumnya, Ayah ingin tahu. Apakah Bubu mau pergi ke sekolah? Sama seperti Kakak Kara dan Kakak Basil?"

Tentu saja si kecil tahu perihal sekolah. Kara dan Basil, selama liburan mereka, tidak henti mencekoki perihal sekolah kepada Mer kecil ini. Namun Bubu tidak langsung menjawab. Mer hitam itu diam, terlihat berpikir dan menimbang-nimbang. Jelas, Ayah Telurnya masih memberikan ruang untuk menolak atau menerima perihal sekolah.

"Sekolah apa yang akan Bubu masuki?"

Bubu sudah mendengar bahwa ada 3 jenis sekolah di sini. Sekolah Khusus Mer, Sekolah Khusus Manusia dan Sekolah Campuran. Sekolah yang terakhir adalah sekolah di mana Mer dan juga Manusia akan berada di satu kelas yang sama.

"Sekolah Campuran," Angelo tanpa ragu menjawab. "Di sana adalah tempat Basil bersekolah. Jadi, bila Bubu mau untuk bersekolah, Bubu bisa satu sekolah dengan Basil."

Itu terdengar menyenangkan ...

Yah, meski tidak bisa satu sekolah dengan Kara karena Mer itu telah masuk ke Universitas, tetapi bisa masuk satu sekolah dengan Basil juga terdengar cukup menyenangkan. Jadi, tanpa ragu Mer kecil tersenyum dan mengangguk. Menyetujui permintaan Ayahnya perihal tutor dan juga pergi ke sekolah.