"Pulau Triot di Barat?" alis Angelo terpaut begitu mendengar tujuan ketiga putranya. Bahkan, Fin yang sejak tadi diam di depan leptopnya, berhenti mengetik dan menoleh ke arah Kara dan Basil yang berdiri di depan mejanya.
Lima keluarga tengah berkumpul di Ruang Kerja. Ruangan persegi yang memiliki 2 lemari besar rak buku yang menempel dengan dinding, juga lantai berlapis karpet tebal yang lembut. Terdapat sebuah meja kayu dan satu set sofa di tengah-tengah ruangan. Biasanya, Fin akan selalu di sini selama berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaannya, bersama Angelo yang juga akan menyelesaikan pekerjaannya.
Namun kali ini, mereka kedatangan ketiga tamu.
Tiga telur itu masuk ke ruangan. Si bungsu dengan penuh semangat berlari ke salah satu rak dan mengambil acak buku untuk dibaca, sementara kedua saudaranya dengan gugup menghadap Angelo dan melaporkan tujuan mereka.
Basil, orang yang sangat memerlukan rumput Posidonia, adalah yang menjelaskan.
"Pasidonia jenis apa?" alis Angelo terpaut. Ia tahu ini adalah tugas sekolah Basil. "Pasidonia banyak dijual, kau tidak perlu ke Pulau Triot."
"Bila dijual online dalam keadaan hidup, aku tidak akan mencarinya!" Basil frustasi. ekspresinya berubah cemberut. "Pasidonia biru, jenis yang hanya bisa tumbuh bersama dengan ikan Biru."
Fin yang mendengarkan, mengerutkan alis. "Sekolahmu menyuruhmu untuk mengumpulkannya?"
"Ya," Basil menoleh ke Ayah Bibitnya, menjawab dengan cepat. Namun beberapa detik kemudian, ekspresinya terlihat ragu. "Sebenarnya, sekolah tidak mewajibkan semuanya terpenuhi, tetapi ... hanya tinggal satu rumput lagi dan aku akan mendapatkan poin sempurna."
"Hanya tinggal satu rumput lagi," Kara tanpa ragu mendukung adiknya.
Bubu yang sudah mengambil tempat duduk di samping Angelo dan mendengarkan percakapan, mendadak tersenyum cerah. "Hanya tinggal satu rumput lagi!" serunya kekanakan seraya meniru apa yang Kara katakan.
Angelo yang sebelumnya ingin langsung menolak, mendadak menoleh ke samping. Memandang sepasang iris bulat yang polos dan lucu. Ayah telur itu tidak bisa menahan diri untuk meraih si kecil dan memangkunya.
Bubu terkikik dan langsung memeluk leher Angelo. Menggosok kepalanya ke leher Ayah Telur.
"Apakah Bubu yang menemukannya?" menyadari sesuatu, Fin mendadak buka suara. Sepasang iris gelap menatap Ayah dan Anak yang duduk di sofa panjang, lalu memandang kedua putranya. "Bubu yang menunjukkan tempatnya?"
"Ya," Basil tanpa ragu menjawab. Bagaimanapun, mereka semua tahu bahwa Bubu adalah yang terlama tinggal di Lautan Bebas. "Ayah, Bubu juga sangat menyukai tempatnya! Kita bukan hanya ke sana untuk mengambil rumput, tetapi juga bersenang-senang! Oh, benar, kudengar, Ikan Biru bagus untuk kecantikan!"
Mata sebening kristal itu bersinar. "Cantik!" Bubu kembali berseru. Jelas, lebih tertarik dengan kata terakhir saudaranya. Kepala dengan helai rambut panjang bergelombang itu menoleh ke Kakak Sulungnya.
Tahu pasti apa yang ingin si kecil tanyakan, Kara tersenyum. "Ya, nutrisi pada Ikan Biru, bagus untuk ekor kita. Jadi, bukan cuma agar sisik jadi lebih indah, juga baik untuk menebalkannya agar tidak mudah rontok."
Mendengarnya, si bungsu langsung merasa kesal. Oh, karena rasa Ikan Biru tidak enak, ia tidak pernah memakannya kembali setelah mencicip! Tetapi sekarang apa? Ternyata Ikan Biru bisa membuat sisik ekornya menjadi cantik dan semakin berkilau!
Bubu sangat kesal, ekspresinya berubah cemberut dan segera kembali memalingkan wajah. Membenamkan diri di ceruk leher Ayah Telurnya untuk mencari kenyamanan.
"Lihat? Bubu juga mau pergi!" Basil benar-benar senang dengan reaksi adik bungsunya. "Dia kesal karena Ayah tidak mengizinkan! Nah, kenapa kita tidak pergi ke sana saja? Bila Ayah tidak mau, kita bertiga saja yang pergi juga tidak apa-apa, tetapi aku ingin meminjam kapal!"
Angelo mengerutkan kening. Sebelah tangan tidak henti mengusap rambut panjang putranya. "Ikan Biru sangat beracun. Bersentuhan dengan kulit mereka akan membuat kulit melepuh. Kalian tidak bisa berenang di sana."
"Itu sebabnya kami meminjam kapal."
"Meski ada kapal, lalu bagaimana kalian mengambilnya?" ujarnya seraya menatap Basil. "Rumput itu hanya berada di air dangkal, kedalaman hanya satu atau dua meter. Kapal tidak akan mungkin--kau ingin menaiki perahu kecil?"
"Itu bukan ide yang buruk," Basil tanpa ragu setuju.
"Lalu bagaimana caramu mencabut rumputnya?"
"Eh?"
"Ikan Biru biasa bertelur di Pasidonia Biru, itu sebabnya namanya Ikan Biru. Tetapi tahukah kau? Pasidonia Birulah yang membuat Ikan Biru sangat berbahaya untuk disentuh."
Kali ini, Basil menatap Ayah Telurnya dengan penuh tanda tanya.
"Pasidonia Biru mengeluarkan lendir yang mampu membuat benda apapun yang menyentuhnya akan meleleh. Sejauh ini, hanya Ikan Biru dan telurnya yang bisa menyentuh Pasidonia Biru. Itu sebabnya, bila ingin mendapatkan Pasidonia Biru hanya bisa dipetik dengan tidak menyentuhnya secara langsung."
Menyentuh secara tidak langsung, hal ini memberikan Basil inspirasi. Matanya mendadak cerah. "Kita bisa menggunakan penjepit."
Kara langsung mengerti begitu mendengarnya. "Idiot, tanamanmu akan mati."
Ekspresi wajah Basil berubah.
Angelo mencibir. "Lihat? Kau tidak memikirkannya."
Mendadak, anak kedua berubah menjadi frustasi kembali. "Oh, hanya tinggal satu lagi!" rintihnya merana.
"Kita bisa pergi ke sana," ujar Fin seraya menatap Basil dan Kara. Izin mendadak itu jelas membuat keduanya merasa kaget. "Tetapi dilarang untuk berenang di sana. Bila kau ingin mencoba memetik rumput itu, juga tidak masalah selama kau tidak berenang di sana."
Basil benar-benar merasa kesal. Mendengar izin dari Fin, ia tidak bersemangat kembali. Namun, anak kedua itu tetap mengangguk dengan patuh, menyetujui syarat, yang Ayah Bibitnya katakan.
.
.
.
Mereka tidak benar-benar pergi ke Pulau Triot, tetapi ke kepulaun yang terbentuk di pulau Triot. Bagaimanapun, masih banyak pulau kecil di sana yang tidak bernama dan tujuan mereka adalah pulau kecil yang berada di iklim tropis itu. Jadi, ketika keluarga kecil sampai di sana, suhu yang lebih hangat menyapa kulit mereka. Sayangnya, perjalanan tidak secepat apa yang si bungsu katakan.
Bukan 3 hari, tetapi 1 minggu.
Setengah dari Liburan Musim Panas Basil dan Kara nyaris habis hanya untuk di atas kapal atau sesekali berenang di lautan ... oh, berenang di lautan akan dicoret begitu menyadari di bawah mereka adalah Laut Dalam yang menyeramkan. Basil mundur teratur. Membiarkan adik bungsu dan kedua Ayah saja yang berenang.
Jadi, ketika sampai di pulau, Basil dan Kara nyaris merasa gila.
Mereka tidak bisa berenang karena pulau benar-benar hampir dikelilingi oleh Pasidonia Biru yang tumbuh subur. Bahkan, Fin dan Angelo cukup kaget karena baru kali ini menemukan lautan Pasidonia yang begitu banyak. Biasanya, rumput ini hanya akan terlihat beberapa helai, tetapi ini, mereka benar-benar menemukan padang rumput berwarna biru lembut yang berayun-ayun di antara pasir putih.
Oh, sangat indah. Namun juga berbahaya.
"Liburan kalian akan berakhir 4 hari lagi," Angelo dengan kejam mengingatkan kedua putranya. "Kita kembali dengan helikopter besok pagi, jadi, manfaatkan waktu ini dengan baik."
Tidak mungkin kembali dengan kapal. Akan terlalu lama di perjalanan dan kedua bersaudara tidak mungkin absen di hari pertama masuk setelah liburan panjang musim panas.
Kedua bersaudara mengerti mendengarnya. Karena itu, ketiga telur mulai memisahkan diri dan mengelilingi pulau kecil untuk mencari inspirasi memetik rumput tanpa membuatnya mati.
Bubu sebenarnya hanya mengekori kedua saudaranya. Ia melihat ekspresi Basil yang begitu beraneka warna. Terkadang bersemangat, lalu frustasi, beberapa saat kemudian kembali cerah, lalu kembali terlihat depresi. Oh, ini sangat lucu hingga membuatnya terkikik dan mendapatkan hadiah jitakan dari Kakak sulungnya.
Tidak boleh menertawakan kesusahan saudara. Meskipun kakak keduanya idiot, si sulung dengan baik mengajari si bungsu agar tidak menertawakan kesusahan orang lain, terutama saudara kandungnya sendiri.
Jadi, Bubu dengan cerdik membuat ekspresi serius dan diam-diam menahan tawa.
Ketiga Mer dengan wujud manusia, berjongkok di sebuah karang hitam. Debur ombak berayun lembut. Warna biru dari Pasidonia Biru yang menari-nari di bawah sana, terlihat menggoda untuk dipetik. Namun Basil dengan frustasi hanya menyodok dengan batang kayu yang tidak sengaja ditemukan.
Hasilnya?
Batang kayu yang menyentuh daun, langsung meleleh dan tersapu oleh air laut.
Wajah Basil langsung memucat. Tidak bisa membayangkan bahwa batang kayu itu adalah tangannya.
"Aneh sekali," ekspresi wajah Kara tidak berubah. Si sulung masih terlihat serius. "Pasir dan bebatuan di sekitarnya, tidak meleleh sama sekali."
"Juga Ikan Biru, jangan lupakan itu."
Mata Bubu langsung memandang beberapa ikan Biru yang berbentuk sangat mirip seperti Ikan bulan, tetapi dengan warna biru yang senada dengan Pasidonia Biru. Ikan kecil itu hanya sepanjang 10cm, berenang-renang dengan lihai di antara warna biru yang menjuntai tipis. Sesekali, mereka terlihat berenang keluar-masuk di antara bebatuan karang.
Bubu tidak tahan. Tangan putihnya langsung terulur, hendak mengambil Ikan Biru. Namun mata Kara sangat tajam. Si sulung melotot, memperingati si bungsu. Sukses membuat Mer hitam itu membeku, sebelum akhirnya, dengan cemberut menarik tangannya kembali.
Basil, dengan bodoh sudah melakukan hal yang serupa dengan Bubu. Ia juga mengulurkan tangan dan menyentuh Ikan Biru. Akibatnya, tangan Mer biru berubah merah karena tersengat. Melihatnya, ekspresi kedua Mer berubah dan Bubu tidak berhenti tertawa.
Oh, si bungsu baru berhenti tertawa ketika si Sulung kembali menjitak kepalanya.
Bubu juga pernah merasakan hal yang sama. Ia merasa Ikan Biru sangat cantik, jadi menyentuhnya. Siapa yang mengira ketika menyentuh, kulitnya merasakan sengatan rasa tajam yang menyakitkan? Akibatnya, Bubu sangat marah dan benar-benar mencengkram Ikan Biru. Pada akhirnya tangannya memerah karena sengatan yang ekstream dan Ikan Biru mati.
Ikan Biru tidak akan menyengat kembali ketika mati, jadi Bubu memakannya. Dari sanalah ia tahu bahwa ikan cantik menyebalkan ini, memiliki rasa yang sangat tidak enak. Oh, ia masih ingat dengan tenggorokan dan lidah yang terasa sangat panas ketika menelannya secara utuh. Dalam seketika Ikan Biru masuk ke dalam daftar hitam untuk hewan yang boleh dimakan.
"Menurutmu, apakah aku akan tetap mendapatkan nilai yang bagus meski tanamannya mati?" Basil berpikir dengan serius. Tangannya membawa pencepit besi dan dengan mudah memetik daun Pasidonia Biru yang melambai-lambai. Namun, meski ia sempat menggali ke pasir dan mencabut hingga mencapai akar, tanaman itu tetap berubah warna menjadi abu-abu begitu terputus dari akarnya.
Daun ini mati, Basil tahu hal ini dengan pasti.
"Gurumu akan mengira kau membeli online."
"Aku juga akan mereka video," jeda beberapa detik. Wajah Basil mendadak cerah. "Benar! Aku akan merekam video dan membuat makalah! Bawakan saja yang mati, video juga akan disertakan sebagai bukti!"
Kara mengangkat alisnya. "Tumben sekali otakmu berjalan dengan baik."
Basil melotot galak.
"Oke, aku akan membantumu," tanpa ragu mengeluarkan ponselnya, si sulung berdiri dari karang. "Kau akan berbicara. Baca dulu ulasan perihal Pasidonia Biru dan kita akan syuting."
"Setuju!" Basil tertawa senang. Lalu dengan penuh semangat, sosok itu merangkul adik kecilnya. "Nah, Bubu, kau juga akan membantuku! Kau akan menjadi asistenku, bagaimana?"
Sepasang kelereng biru menatap saudaranya. Berkedip beberapa kali sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk.
Melihatnya sangat patuh dan kalem, membuat Basil gemas. Tanpa ragu tangan jahatnya terulur dan mengacak rambut panjang si raven. Sukses membuat Mer kecil berteriak marah dan merajuk. Oh, rambutnya yang indah menjadi jelek dan berantakan! Dalam seketika, rencana membuat film langsung ditunda untuk membujuk si bungsu yang merajuk dan terus menangis sambil menempel pada Ayah Telurnya.