Chereads / Laut Dalam / Chapter 14 - Mengikuti Keluarga

Chapter 14 - Mengikuti Keluarga

Satu bulan bukan waktu yang singkat untuk mengenal keluarga kandungnya. Mer dengan ekor hitam itu kini tengah duduk di ruang keluarga. Bagaimana pun, ini adalah hari terakhir mereka bertemu. Dalam artian, bila sosok mungil ini memutuskan untuk tidak mengikuti, mereka benar-benar hanya bisa bertemu setahun sekali. Di pulau ini.

Bagaimanapun, Angelo sudah berusaha. Bukan hanya dirinya, tetapi ketiga anggota keluarga yang lain selalu mencoba menarik minat si kecil. Mengindikasikan agar makhluk lucu ini mau mengikuti mereka. Namun, setiap malam si kecil tidak suka untuk menginap. Ia selalu memilih laut, enggan untuk pergi menginap bersama saudaranya.

"Apakah Bubu mau ikut dengan kami?"

Pertanyaan itu terucap begitu saja saat pagi ini, mereka membereskan beberapa barang yang akan dibawa. Biasanya, Bubu akan memasang ekspresi polos. Berpura-pura tidak mendengar dan tidak mengerti. Namun, kali ini, bocah lelaki itu menganggukkan kepala hingga membuat seisi rumah merasa semua itu adalah ilusi.

Ada jeda beberapa detik sampai bibir mungil itu pada akhirnya bersuara "Tapi Bubu punya syarat."

Karenanya, semua orang dengan serius langsung berkumpul di ruang tamu. Duduk manis di kursi mereka dan mulai ... mendengarkan syarat yang keluarga kecil mereka inginkan.

Ekspresi wajah si bungsu terlihat serius. Dengan wajah yang masih memiliki lemak bayi, helai rambut yang hitam dan bergelombang dibiarkan diurai, membingkai wajah hingga terlihat semakin putih dan mungil.

Angelo menarik napas dalam.

Menahan diri untuk tidak meraih anaknya dan menghujani dengan banyak ciuman.

"Bubu tidak mau kamar di darat," ekspresi si kecil berubah cemberut. Alis halus itu terpaut, memasang wajah kesal yang imut. "Bubu mau kamar sendiri dan harus di bawah air."

Jeda beberapa detik, si kecil terlihat memikirkan sesuatu. "Airnya harus air laut asli, Bubu tidak mau air tawar."

Angelo dan Fin saling memandang begitu mendengarnya. Sepasang kekasih itu jelas memikirkan hal yang sama. Pada akhirnya, mereka menemukan alasan kenapa Bubu bersikeras tidak mau menginap.

Bukan karena tidak ingin dekat, tetapi lebih karena sudah terbiasa tidur di dalam air. Hal ini mau tidak mau membuat Angelo merasa lega. Hal sederhana seperti ini, benar-benar khas putra bungsunya.

"Tidak masalah," Fin langsung menjanjikan. "Kami akan menyediakan kolam khusus untuk Bubu, di sana adalah kamar pribadi milik Bubu."

Senyuman merekah di bibir tipis itu. "Benarkah?"

"Tentu saja," Angelo tidak bisa menahan senyumannya. "Nah, apa lagi syaratnya?"

"Ah?" seolah menyadari sesuatu, sosok kecil itu buru-buru melemparkan persyaratan keduanya. "Bubu mau Ayah Telur dan Ayah Bibit tidak melarang Bubu ke laut."

Mereka semua adalah ras Mer, bagaimana mungkin bisa menahan keterikatan diri sendiri dengan laut? Angelo menghela napas. "Tentu saja, Bubu boleh ke Laut kapan pun, tetapi sebelum pergi, Bubu harus memberitahu dulu, bagaimana?"

Alis remaja itu terpaut. "Wajib memberitahu?"

Fin mengangguk. "Wajib untuk melapor sebelum pergi."

Bubu terdiam selama beberapa detik, terlihat berpikir dengan keras ketika alisnya yang lembut, terajut. Namun pada akhirnya, si kecil mengangguk. "Oke, Bubu setuju."

"Nah, persyaratannya apa lagi?"

"Hmm," Mer kecil terdiam, bergumam selama beberapa saat, sebelum akhirnya menggelengkan kepala. "Cuma itu. Syarat Bubu cuma itu."

"Baiklah," senyuman mengembang di wajah tampan Ayah Bibit. Sepasang iris gelap menatap lembut anak bungsunya. "Jadi Bubu setuju untuk ikut bersama kami?"

Mer kecil itu terkekeh. "Um!"

"Horeeee!" tidak bisa menahan diri, Basil langsung melompat dan memeluk adik kecilnya. Kara turut terbawa suasana. Segera bergegas dan juga memeluk si bungsu. Oh, merepotkan memiliki satu lagi adik kecil yang harus dijaga. Namun si sulung tidak menyangkal, bahwa ia jauh lebih bahagia saat si kecil bersama mereka.

Pada akhirnya kepergian mereka bukanlah sebuah akhir pertemuan mereka di tahun ini, tetapi merupakan awal dari keluarga yang beranggotakan lengkap.

.

.

.

Perjalanan dari Pulau Terpencil menuju kediaman Fin dan Angelo, bukanlah perjalanan yang sebentar. Perlu setengah hari melalui perjalanan udara dan masalahnya adalah Bubu yang mabuk udara. Oh, kata siapa Mer tidak bisa mabuk?

Wajah Mer muda itu sangat pucat ketika turun dari Helikopter. Ia bahkan tidak menikmati pemandangan dari udara sama sekali. Kapalanya pusing luar biasa. Ia hanya bisa digendong oleh Ayah Bibitnya ketika sampai di tempat tujuan dan jatuh tertidur.

Jadi, ketika akhirnya Mer ekor hitam merasa jauh lebih baik dan sadar, itu terjadi keesokan paginya, saat matahari dengan hangat memanjang dan masuk ke dalam permukaan kolam yang tenang.

Katika sepasang kelereng biru terbuka, mendapati tubuhnya berada di dalam sebuah ruangan sempit dengan suasana yang begitu asing, Bubu hampir panik. Bila bukan karena ingat ia ikut dengan keluarganya ...

Mata bulat itu berkedip. Sosok putih secara perlahan menoleh ke sekelilingnya dan mendapati bahwa ia berbaring di sebuah ruangan kecil dengan alas yang sangat empuk dan nyaman. Berubah posisi menjadi duduk, Bubu dengan mudah mengangkat tangan putihnya dan menyentuh langit-langit yang rendah. Anehnya, ruangan ini berbentuk bulat, dengan langit-langit berbentuk kubah.

Saat Mer berekor hitam mendorong langit-langit ke atas, cahaya secara perlahan menembus dan langsung menyinari ruangan kecilnya. Si kecil berkedip beberapa kali hingga warna mata yang semula biru, berubah kembali menjadi biru transparan. Lalu saat langit-langit benar-benar terbuka, tempat asing yang lainnya menyambut indra penglihatan.

Bubu berada di dasar kolam. Dinding kolam dilapisi dengan keramik berwarna biru, dengan strip garis perak yang indah. Saat cahaya matahari memanjang dan menembus permukaan air, cahayanya yang hangat memenuhi kolam. Dalam seketika, Bubu menemukan bahwa kolam ini didekorasi dengan cukup indah.

Mer ekor hitam keluar dari kasurnya, mendapati bahwa kasurnya ternyata berbentuk kerang raksasa yang bisa membuka dan menutup. Cukup praktis dan memberikan privasi.

Kolam renang hanya berisikan sebuah cermin dinding berukuran 2 meter, kasur kerang, lemari perak dan laci perak.

Bubu dengan senang hati berenang ke laci perak yang berada di sebelah kasur kerangnya. Di atas laci, ada sebuah lampu berbentuk payung yang dikelilingi oleh lubang. Kepala lampu berbentuk payung terus berputar dan bercahaya. Samar-sama terlihat bahwa cahaya yang dibuatnya akan memberikan efek galaksi yang indah. Sayangnya, hari telah terang dan lampu ini tidak berguna sama sekali, jadi, bubu hanya memandangnya selama beberapa detik, lalu mengalihkan pandangan untuk membongkar isi laci.

Di dalam laci perak ada beberapa cincin dan gelang, juga beberapa kalung mutiara yang berkilau!

Sepasang iris biru langsung bersinar. Senyuman si kecil mengembang, tanpa ragu meraih semua perhiasan dan mencobanya satu persatu. Cermin yang tertempel di dinding membuat sosok itu lebih bersemangat. Tanpa ragu mulai berpose di depan cermin seraya memandang kalung, cincin dan gelang yang melekat pada tubuh.

Dengan helai rambut hitam panjang yang bergelombang, sebuah tiara indah berwarna putih terlihat di atas kepalanya. Sangat cantik, bersamaan dengan kalung perak yang bersinar dengan bandul permata biru gelap.

Bubu memandang pantulan dirinya sendiri selama beberapa detik, lalu merasa puas. Setelahnya ia kembali ke laci dan mengembalikan semua perhiasan. Oh, berenang dengan semua perhiasan ini, benar-benar tidak praktis.

Sebuah lemari perak belum diperiksa. Jadi, dengan semangat menjelajah, si kecil tanpa ragu membuka lemari perak yang berada di sisi lain kolam dan membuka sepasang pintu ganda itu.

Bubu tercenga.

Sepasang netra birunya membulat sempurna.

Di dalam lemari yang tidak terlalu besar, terdapat beberapa pakaian yang terbuat dari sulaman mutiara!

Bubu menghitung dan jumlahnya ada 7 pakaian. Semuanya adalah rajutan dari untaian mutiara dengan warna dan desain yang berbeda. Ada yang berbentuk seperti jaring laba-laba, tidak padat dan cenderung membuat tubuh seperti ditaburi oleh mutiara yang berkilau dan indah, ada juga yang masih mengenakan beberapa lapis kain khusus dan lebih menyerupai pakaian berenda dengan beberapa taburan permata ...

Apa pun itu, Bubu sangat suka melihatnya.

Semua pakaiannya begitu cantik!

Mer hitam terkikik senang. Namun ia tidak berniat untuk langsung mengenakan. Oh, bagaimanapun, ia masih harus menjelajahi tempat ini!

Jadi, dengan penuh semangat, si kecil akhirnya berenang ke permukaan.

Hal pertama yang menyambutnya di darat adalah sebuah ruangan lain. Oh, sepertinya, kamarnya sangat berlapis-lapis sekali! Dari ruangan untuk tidur, laru ruangan kolam, dan sekarang ia disambut ruangan lagi!

Sepasang kelereng biru menatap sekeliling. Menemukan bahwa ruangan ini sangat berbeda. Dengan sebuah jendela prancis yang besar di sisi lain, cahaya matahari dengan leluasa masuk dan menyinari ruangan. Bahkan, cahayanya dengan tepat jatuh ke dalam kolam dan menyinari kolamnya sendiri ...

Naik ke darat, ekor hitam langsung berubah menjadi sepasang kaki putih yang proposional. Sosok remaja laki-laki itu berjalan bertelanjang bulat. Tubuhnya basah, dengan helai rambut hitam yang tidak henti meneteskan air.

Jejak kaki basah dengan mudah terlihat di pinggir lantai berlapis marmer. Namun Bubu tidak peduli. Mer kecil dengan pasti melangkah ke sisi lain kolam. Di sana, sebuah handuk dan jubah mandir berada. Jadi, tanpa ragu Bubu menghanduki rambut dan tubuhnya, sebelum akhirnya memakai jubah mandi yang berukuran pas.

Dengan sebuah kolam yang memenuhi lebih dari setengah ruangan, Bubu melihat dua buah pintu. Satu adalah pintu ganda, sementara yang lain pintu kamar mandi. Di sisi yang dekat dengan pintu ganda, lantai telah dilapisi oleh karpet lembut. Beberapa hal juga telah ditambahkan. Seperti satu set meja belajar, sebuah rak buku besar yang penuh dengan buku, juga sebuah lemari yang lebih besar ketimbang lemari perak yang berada di dalam kolam.

Bubu langsung berjalan menuju lemari kayu. Kali ini, lemari pakaian yang dimilikinya di darat, memiliki 4 pintu. Leo membuka pintu ganda dan menemukan beberapa set pakaian pria yang berjajar rapi. Masing-masing disusun sesuai musim. Musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Semakin ke belakang, pakaiannya akan semakin tebal dan terlihat hangat.

Bubu menutup kembali pintu ganda itu, lalu membuka satu pintu di sebelahnya. Kali ini adalah aksesoris! Mata Bubu berbinar, menatap beberapa cincin, bros, jam tangan dan juga dasi yang disusun dengan rapi. Masing-masing lantai berisikan barang yang berbeda dan terlihat indah!

Bubu menatap beberapa saat, menyentuhnya, terkikik lalu kembali menarik tangannya. Dengan senang hati Mer muda membuka pintu yang lain. Kali ini berisikan sederet sepatu. Namun Bubu tidak terlalu tertarik. Ia hanya melirik sekilas sepatu yang berjajar dan disusun dengan rapi lalu membuka lemari yang lainnya.

Sepasang netra biru menatap bingung pantulan dirinya sendiri. Ia berkedip beberapa kali dan menunduk, memandang beberapa hal yang berada di dalam botol dan mengeluarkan aroma yang berbeda.

Alis Bubu terpaut. Sebelah tangan putih terulur, meraih salah satu botol dan membaca beberapa kata yang tercetak di sana.

Ekspresi wajah penuh tanya, berubah menjadi luar biasa. Tanpa ragu, si kecil mulai meraih botol-botol yang lain, membacanya dengan seksama, lalu menyadari bahwa semua botol ini adalah hal yang baik! Mereka semua adalah perawatan untuk kulit dan bahkan ada krim yang bisa dioleskan ke sisiknya sebagai nutrisi!

Mer kecil sangat senang. Ia terkikik beberapa kali dan tanpa ragu meraih beberapa botol. Ada sebuah buku kecil dengan instruksi pemakaian. Setiap lembar juga menunjukkan gambar sebagai demonstrasi. Jadi, si kecil mulai memakainya.

Awalnya, ia benar-benar merasa aneh. Tubuhnya jadi beraroma sama seperti losion, tetapi aroma yang tercium cukup manis dan enak. Ini aroma susu. Juga tekstur agak berminyak ini ... oh, beruntung semua benda ini kemudian menyerap dan membuat kulitnya tidak merasa lengket. Jadi, setelah hampir satu jam hanya untuk menikmati berdandan dari ujung kaki hingga ujung kepala ...

Mer kecil menyadari bahwa ia sudah terlalu lama di dalam kamar.

Rambutnya telah lama kering. Hitam lebat yang mengembang dan bergelombang. Terlihat sangat lembut jatuh di punggung putih. Namun Bubu merasa agak tidak nyaman dengan rambut yang kering. Jadi, ia menguncirnya menjadi ekor kuda, lalu melangkah keluar dari kamar dengan mengenakan sendal putih berbulu yang disediakan.