Chereads / Bukan Salah Istri Kedua / Chapter 9 - Bab 9 Membencimu

Chapter 9 - Bab 9 Membencimu

Bu Renata tampak sibuk di ruang tengah. Ia bersama seorang perancang busana kenalannya sedang melihat-lihat desain baju pengantin yang kemungkinan akan Asha kenakan. Mereka berdua tampak asik membicarakan model-model terbaru dan gaya yang cocok dengan konsep dekorasi pernikahan Andra dan Asha nanti.

Charles hari itu sedang cuti kerja. Lelaki bertubuh tinggi dengan rambut hitam belah samping itu menuruni tangga. Ia memutar-mutar kunci yang ada di jarinya dan menemui mamanya di ruang tengah.

"Tidak biasanya tante datang. Mama memesan pakaian lagi?" tanya Charles sambil berdiri di dekat meja hias dibelakang sofa.

"Tentu saja. Mama memesan pakaian seragam untuk keluarga kita. Pernikahan kakakmu dan dokter Asha tinggal hitungan minggu. Mama mau semuanya sempurna sampai hari H," ucap mama dengan senyum bahagia.

Charles tersenyum kecut. "Sungguh luar biasa. Orang lama yang datang kembali diberi sambutan seperti ratu."

"Tentu saja harus. Dia adalah perempuan kesayangan keluarganya. Dia baik dan dia juga memberikan donor ginjal pada kakakmu tanpa diminta. Sejak dulu mama pun menyukai Asha. Hanya saja memang Andra belum berjodoh dengannya. Sekarang mereka ada kesempatan bersama. Kenapa tidak jika kita berikan yang terbaik untuk keduanya?" ujar mama masih asik melihat-lihat desain buatan desainer itu.

Charles terlihat mendengus dengan wajah tak suka. Ia menggeleng kemudian meninggalkan mamanya tanpa pamit. Mama hanya melihat punggung Charles yang menjauh kemudian menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahu ringan.

Charles berjalan ke pintu utama. Ia membuka pintu dan mengerutkan dahi begitu melihat sosok perempuan dengan kemeja berwarna biru dan rambut yang tergerai. Jika saja perempuan itu tidak ada hubungannya dengan Andra, Charles mungkin akan bersikap biasa saja. Namun, perempuan itu dan Andra seperti sepasang sepatu yang melengkapi satu sama lain. Dan itu membuat Charles muak seketika.

"Ada apa? Kenapa berdiri di depan pintu rumah orang?" tanyanya ketus.

Asha tersenyum kemudian melambaikan tangannya menyapa. "Hai Charles. Maaf, aku sudah hendak mengetuk pintu tadi. Tapi kamu sudah lebih dulu membuka pintu."

"Tidak perlu basa-basi. Aku tidak peduli dengan apapun alasanmu."

"Oh, maaf," ucap Asha dengan senyum canggung.

"Jadi untuk apa kamu datang ke sini?"

"Em, itu. Mama memintaku untuk datang. Katanya ada hal terkait acara pernikahan yang ingin mama bahas. Mungkin mama ingin memintaku melihat desain baju pengantin yang nanti akan aku kenakan."

Charles tersenyum sengit. "Mama? Oh, iya. Aku lupa kalau kamu adalah calon menantu kesayangan mamaku. Makanya kamu memanggilnya demikian. Mama pasti sudah memintamu melakukannya," komentar Charles sengit. "Masuklah. Sepertinya calon ibu mertuamu memang menunggumu sejak tadi."

"Em, iya. Terima kasih. Omong-omong, kamu mau kemana?"

Charles tersenyum meremehkan. "Bukan urusanmu. Lagipula untuk apa kamu bertanya?"

"Tidak ada. Hanya bertanya saja. Ini masih jam kantor dan kamu berpakaian santai. Aku pikir mungkin kamu ada kegiatan dan ingin pergi ke suatu tempat."

Charles tersenyum miring. "Kemanapun aku pergi, bagaimana pakaianku, dan apakah aku pergi bekerja atau tidak. rasanya itu bukan urusanmu."

"Oh, iya. Maaf," ucap Asha lirih.

"Minggir! Saya mau lewat!" Charles menatap Asha sengit.

Asha pun menyingkir perlahan dan memberikan Charles jalan. "Silahkan. Semoga harimu menyenangkan."

"Hariku buruk karena melihatmu hari ini," ucap Charles dalam.

Charles melewati Asha begitu saja. Ia sama sekali tidak menunjukan sikap ramah. Asha hanya menggelengkan kepalanya dan berusaha memahami sikap Charles itu. Ia masih berprasangka baik pada calon adik iparnya itu dengan berpikir bahwa mungkin Charles belum bisa menerimanya sebagai bagian dari keluarga mereka yang baru.

Asha tidak mau ambil pusing. Ia masuk ke dalam rumah kemudian pergi ke ruang tengah tempat mama Andra berada.

"Selamat siang, Ma. Asha datang," ucap Asha memberi salam pada calon mama mertuanya.

Mama Andra menoleh pada Asha kemudian tersenyum lebar. "Asha, akhirnya datang juga. Mama sudah menunggu kamu sejak tadi."

"Iya. Maaf, Ma. Asha tadi harus memeriksa pasien yang kemarin baru menjalani operasi. Perlu waktu lebih sehingga Asha terlambat datang."

Mama memberikan pelukan ringan pada Asha kemudian menarik lengannya lembut untuk duduk bersama.

"Tidak apa. Mama mengerti kesibukan kamu," balas Mama. "Oiya, kenalkan ini Tante Lia. Dia yang akan membuat desain untuk baju pengantin kamu nanti. Tante Lia ini ahlinya kalau untuk pakaian pengantin. Mama yakin kamu pasti suka dengan desainnya."

Asha menoleh menatap tante Lia. Ia tersenyum sopan menyalami perempuan anggun itu.

"Hai tante, saya Asha. Senang bertemu dengan tante."

"Hai juga cantik. Panggil saja Tante Lia. Tante sudah sering mendengar tentang kamu dari calon ibu mertuamu. Tante senang karena bisa bertemu denganmu secara langsung."

Asha tersenyum lembut, "Terima kasih tante. Saya merasa senang bisa bertemu tante secara langsung. Bahkan tante sudah mau untuk membuatkan pakaian pengantin yang akan saya kenakan."

"Tidak perlu sungkan. Calon mama mertuamu ini adalah teman baik tante. Membuatkan pakaian pengantin untuk calon menantunya sudah pasti menjadi kebahagiaan tersendiri untuk tante."

Asha tersenyum malu dan mama Andra pun mengusap bahunya dengan lembut.

"Lia, pokoknya kamu harus buatkan pakaian terbaik untuk Asha. Aku mau dia jadi perempuan paling cantik di acara pernikahannya nanti," kata mama Andra.

"Aku akan melakukan yang terbaik untuk kalian berdua. Yang penting sekarang, kalian pilih dulu mana pakaian yang cocok." Tante Lia menunjukan beberapa desain yang sengaja ia siapkan untuk ditunjukan pada Bu Renata dan Asha. "Kalian pilih saja mana yang cocok nanti akan segera aku minta karyawanku untuk mengerjakannya lebih dulu."

Asha melihat-lihat desain pakaian pengantin yang Tante Lia buat. Perempuan itu tampak kagum dengan betapa indahnya desain pakaian yang ia lihat itu.

"Semuanya bagus. Aku bingung untuk memilih salah satunya," ucap Asha sambil menatap Tante Lia.

"Kamu pilih saja yang kiranya cocok dengan seleramu. Cocok dengan konsep resepsinya pun bisa," kata Tante Lia.

Asha mengangguk kemudian melihat sekali lagi detail demi detail desain pakaian yang ada di tangannya.

"Ma, bagaimana dengan yang ini? Bukankah ini cantik? Terlihat sederhana, tapi memiliki kesan anggun dan elegan," ucap Asha sambil menunjukan desain yang ia rasa cocok dengan seleranya.

Bu Renata mengamati desain yang Asha tunjukan padanya kemudian mengangguk setuju. "Yang ini cantik. Sangat cocok denganmu," komentarnya. "Lia, kalau kamu memilih desain ini akan selesai dalam waktu berapa lama?"

Tante Lia melihat desain yang Asha pilih kemudian tersenyum lega. "Gaun yang itu sudah ada. Aku baru menyelesaikannya sore ini. Jika kalian menginginkan gaun yang itu, Asha bisa mencobanya besok."

"Besok?" Asha menoleh pada Bu Renata yang dibalas dengan anggukan oleh beliau.

"Kamu bisa, Nak?" tanya Bu Renata.

"Em, besok mungkin bisa. Tapi aku ada janji makan siang dengan Andra. Atau Mama makan dengan kami kemudian kita ke tempat Tante Lia bersama?" usul Asha.

"Begitu? Boleh saja. Besok biar Andra jemput mama," ucap Mama memutuskan.

Asha pun mengangguk menyetujui.

Mama kemudian menoleh pada Tante Lia dan tersenyum. "Lia, seperti kata Asha. Besok aku, Asha, dan Andra akan ke butikmu setelah makan siang."

"Baiklah. Sepertinya jam yang memang pas. Besok, aku tunggu kalian di butikku," ucap Tante Lia.

"Tentu saja," ucap Bu Renata dengan senyum lebar.

[]