Chereads / Bukan Salah Istri Kedua / Chapter 11 - Bab 11 Tamu Tak Diharapkan

Chapter 11 - Bab 11 Tamu Tak Diharapkan

"Akhirnya selesai juga. Aku lelah sekali berdiri sejak tadi."

Andra menjatuhkan dirinya di kasur pengantin mereka yang ada di salah satu kamar di hotel tempat resepsi digelar. Banyaknya tamu undangan yang hadir, juga kolega, serta sahabat yang ikut datang memaksa keduanya berdiri untuk waktu yang lama. Berfoto bersama, berbincang singkat, juga mendengarkan nasehat serta doa-doa baik mereka. Keduanya bahagia, tapi juga lelah karena rentetan acara yang seperti tidak ada habisnya.

"Kamu mau aku siapkan air hangat untuk mandi?" tawar Asha yang duduk di depan meja rias dan melepasi perhiasan serta menghapus riasan wajahnya.

"Tidak perlu. Aku akan siapkan sendiri. Bagaimana kalau kita mandi bersama?" tawar Andra terang-terangan.

Asha sedikit terkejut dengan tawaran suaminya. Tapi ia merasa bahwa itu wajar saja jadi ia memaklumi.

"Boleh. Tapi lain kali, ya?"

Andra tertawa kecil kemudian duduk dan menatap pantulan wajah Asha dari cermin.

"Aku hanya bercanda. Aku akan menyiapkan air hangat sendiri. Aku tahu kamu pun lelah. kamu istirahat saja."

Asha tersenyum membalas ucapan suaminya. "Terima kasih atas pengertiannya, sayang."

"Jadi sekarang sudah terbiasa memanggilku dengan sebutan sayang?"

Asha memutar tubuhnya dan tersenyum pada Andra. "Bukankah memang harus memanggilmu demikian? Lagipula sebelumnya kamu juga menginginkan aku untuk memanggilmu dengan sebutan itu."

Andra mengangguk dan tersenyum. Ia beranjak kemudian berjalan dan memeluk Asha dari belakang. Keduanya melihat pantulan diri mereka dicermin dan saling tersenyum satu sama lain.

"Aku sangat senang mengetahui bahwa kamu benar-benar memanggilku dengan sebutan itu. Sudah sejak lama aku menginginkannya dan baru kali ini terwujud. Rasanya benar-benar berbeda dan membahagiakan sekarang."

Andra memberikan kecupan ringan di pipi Asha. Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah berani ia lakukan. Ia begitu menjaga Asha dan ingin memberikan yang terbaik untuknya. Memberikan segala hal yang membuat Asha nyaman termasuk menjaga Asha dari dirinya sendiri. Andra tahu dia sangat ambisius terutama pada sesuatu yang sangat ia inginkan. Dan saat itu berhubungan dengan Asha, cinta, ambisi, dan keinginan untuk memiliki itu semakin besar. Terlalu besar karena sudah menumpuk sejak lama dan baru dapat ia lakukan sekarang.

"Kamu adalah pengantin tercantik di dunia ini. Aku bangga karena aku menjadi satu-satunya lelaki yang berhasil memilikimu."

Asha tersenyum dan mengusap lengan Andra yang melingkar di tubuhnya. "Aku juga senang karena aku tahu ternyata selama ini cintaku terbalaskan. Aku senang karena rupanya aku tidak mencintai sendirian."

Andra merasa dadanya menghangat. Cinta yang sudah lama ia pendam dan hanya ia rasakan sendiri rupanya terbalaskan. Andra menyadari kenyataan bahwa dulu ia memang tidak memiliki keberanian. Andra terlalu lemah dan takut mendapatkan penolakan hingga ia merasa bodoh karena baru menyesal kemudian.

Baik Andra maupun Asha kini sudah resmi menjadi suami istri. Sudah saling memiliki satu sama lain secara sah. Tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk saling menjauh dan berpisah. Sebab keduanya sadar bahwa kebahagiaan mereka adalah ketika bersama dengan satu sama lain.

"Aku mengerti. Sekarang kamu mandilah dulu. Aku akan berganti pakaian usai memperbaiki tatanan rambutku," ucap Asha.

"Baiklah. Akan aku siapkan air hangat untuk istriku."

"Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri," tolak Asha halus.

"Tidak. Aku akan melakukannya. Kamu adalaha ratuku jadi rajamu ini akan melakukan semua yang terbaik yang membuat ratu cantik ini merasa nyaman," ujarnya.

"Baiklah. Terserah kamu saja," balas Asha dengan senyum manis.

Andra sekali lagi memberikan kecupan di puncak kepala Asha lantas masuk ke kamar mandi dan mandi lebih dulu.

***

Asha selesai mandi. Ia mengenakan baju handuk menutupi tubuhnya. Perempuan itu mengeringkan rambutnya di depan meja rias sambil memandangi suaminya yang asik bermain dengan ponselnya di atas tempat tidur.

"Sayang kamu tidak lapar? Kamu belum makan sejak siang, loh," ucap Asha sambil menyisir rambutnya yang setengah kering.

Andra menoleh pada Asha lalu tersenyum. "Aku sudah memesan makan malam untuk kita. Ya mungkin bisa disebut sebagai makan malam yang terlambat."

Asha memeriksa jam yang tertempel di dinding kemudian tersenyum kecil. Sudah pukul sebelas malam. Andra pasti sangat lapar karena seharian mereka sangat sibuk bahkan tidak ada waktu untuk sekedar menikmati makan siang.

"Kamu pesan apa?" tanya Asha pada suaminya.

"Nasi goreng ikan asin, dan steak ayam. Kamu masih suka steak ayam, kan?"

Asha mengangguk, "Sampai sekarang masih suka."

Andra pun tersenyum. "Kalau begitu kita makan bersama."

Tak lama terdengar suara ketukan pintu yang disusul dengan seruan dari seorang laki-laki. "Pelayanan kamar," seru petugas hotel yang dapat didengar oleh keduanya.

Asha hendak beranjak untuk membuka pintu, tapi Andra lebih dulu melompat dari tempat tidur dan berjalan cepat ke pintu. Lelaki itu tidak ingin Asha di lihat oleh orang lain malam ini sehingga Andra bersikap posesif seperti itu.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Asha ketika melihat Andra masuk ke area kamar sambil mendorong troli berisi makan malam mereka.

"Aku kenapa? Kenapa apanya?" tanya Andra yang memposisikan troli makan itu di dekat meja yang ada di dekat jendela besar. Ia menata makanan di sana juga minuman serta alat makannya dengan rapi.

Asha pun mengikuti suaminya. Membantunya menata alat makan kemudian duduk setelah Andra menarik kursi untuknya.

"Tadi kamu tiba-tiba saja melompat turun dan berjalan cepat ke pintu. Aku sedikit terkejut dengan apa yang kamu lakukan tadi."

Andra tersenyum saja kemudian menunjuk Asha dengan dagunya. "Aku tidak ingin petugas layanan kamar masuk dan melihat pengantinku yang cantik."

Asha tersenyum geli. "Aku sudah tidak memakai riasan. Bagaimana bisa disebut cantik?"

"Justru itu. Kamu tidak memakai riasan. Dan kamu berpakaian seperti ini. Petugas itu pasti tidak akan berkedip ketika melihat kecantikanmu."

Asha tersenyum malu di puji suaminya seperti itu. "Sudahlah. Kamu sudah berkali-kali membuatku malu. Kita makan dulu, ya. Baru kita beristirahat."

Keduanya pun makan bersama. Andra sesekali tersenyum dan menggoda Asha yang di balas Asha dengan senyum malu. Keduanya menikmati makan malam yang romatis bersama hingga secara naluri usai makan bersama keduanya berakhir di ranjang pengantin dan saling mencumbu satu sama lain.

Andra memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah dan bahu polos Asha. Keduanya dimabuk dengan perasaan dan gairah yang muncul. Semakin lama semakin hangat. Semakin panas memenuhi tubuh dan perasaan keduanya.

"Sayang, pelan," bisik Asha ketika Andra merabai tubuhnya.

Andra pun tersenyum dan memberikan kecupan manis di pipi Asha.

"Aku pelan-pelan. Aku tahu ini pertama kalinya untukmu."

Asha pun mengangguk. Perempuan itu tersenyum malu kemudian membawa suaminya dalam pelukannya. Memberikan kecupan-kecupan ringan yang membuat Andra merasa semakin tergelitik.

"Aku rasa aku semakin jatuh cinta padamu. Aku menemukan kamu yang berbeda mala mini," bisik Andra menggoda.

"Aku rasa aku juga semakin jatuh cinta padamu. Aku menemukan Andra yang lain malam ini," balas Asha kemudian mengecupi bahu suaminya dan menghirup wangi khas yang menguar dari leher Andra.

"Bisakah malam ini aku menjadi laki-laki pertama dan satu-satunya lelaki yang memilikimu seutuhnya?" bisik Andra dengan suara berat seperti sudah diujung nafsunya.

Asha pun mengangguk pendek.

Andra hendak melakukan apa yang seharusnya ketika tiba-tiba saja Asha membuka matanya lebar lantas mendorong Andra menjauh. Asha membuka selimut mereka dan turun dari tempat tidur. Ia berlari ke kamar mandi setelah mengambil baju handuk dan mengenakannya begitu saja.

Andra bingung dengan sikap Asha. Ia menunggu Asha kembali dan mendapati wajah menyesal Asha menatapnya.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Andra yang masih tertutup selimut khawatir.

"Sayang maaf, tamuku datang," jawab Asha polos.

[]