Bumi Rawindra sedang menikmati burger yang rasanya pas-pasan dan kopi hitamnya yang biasa - pekat dan tanpa gula - di sebuah kafe kecil dekat rumah saat manajernya, Mas Beni tiba. Laki laki perlente baik hati yang usianya satu dekade di atasnya itu langsung memesan roti bakar Nutella Keju dan es Capucinno, dan tanpa menunggu pelayan yang mencatat pesanan pergi, dia langsung bicara dengan gayanya yang khas : hangat dan penuh semangat.
"Ada tawaran baru buat lo, Bum, remake sinetron Samudra Cinta, yang pernah ngehits kapan itu. Lo pernah denger kan?"
Bumi mengangguk.
"Yang pemainnya Rangga Azof sama Haico Van Der Veken?"
"Yap."
"Gue sempat nonton sih kapan itu. Tapi nggak semua. Cuma beberapa episode."
"Gue udah baca skripnya, menarik banget sih. Gimana, lo tertarik nggak?"
"Boleh deh," jawab Bumi tanpa pikir panjang.
Kebetulan dia lagi nggak ada proyek sekarang. Tawaran iklan dan endorse juga lagi dikit, jadi apa salahnya? Apalagi, pendapatan dari sinetron bisa dibilang lebih pasti. Begitu tayang, akan syuting setiap hari, artinya dia akan mendapatkan pemasukan tetap tiap bulan, sesuatu yang patut disyukuri buat orang orang yang berkecimpung di dunia entertainment, karena biasanya biarpun pemasukan mereka cukup besar, namun seringkali tidak pasti.
"Lawan main lo nanti artis baru. Tapi rasanya lo kenal deh. Namanya Langit."
"Langit Daniella Brown?"
Mas Beni mengangguk.
"Iyap."
Bumi manggut-manggut. Ya, dia mengenal gadis itu. Blasteran Australia, cantik, berbakat, dan punya mata coklat yang indah. Mereka pernah bertemu satu dua kali sebelum ini dan ngobrol basa basi. Tapi cuma sebatas itu.
"Jadi fix oke ya?" Mas Beni bertanya lagi untuk memastikan. "Kalo oke, gue langsung hubungi bagian casting sekarang nih."
"Iya, oke mas," jawab Bumi pendek. Lalu dia melanjutkan menghabiskan sarapannya, sementara Mas Beni berdiri, menjauh, dan sibuk menelepon di salah satu sudut kafe.
Saat kembali, senyumnya lebar sekali.
"Udah fix ya. Syuting promonya sekitar minggu depan. Di Carita. Tanggal pastinya, tar gue kabarin lagi."
"Oke," sahut Bumi sambil melahap potongan burger terakhirnya.
Pelayan datang membawakan pesanan Mas Beni, dan laki laki ramah itu tidak bicara lagi, sibuk makan sampai piringnya tandas.