Untunglah, hari itu masih belum ada scene adegan mesra, karena karakter Samudra dan Cinta yang Bumi dan Langit mainkan, masih musuhan, sering salah paham, dan berantem mulu.
Tapi saking malesnya sama Langit, begitu selesai take, Bumi memilih langsung menghindar di kursinya di sudut, dan menyibukkan diri dengan main game di hpnya.
"Reading buat next scene ya," saat salah satu Kru yang bernama Mas Bejo mendatangi Bumi, baru Bumi menyimpan kembali hpnya. "Langit?"
Tapi Langit yang lagi sibuk mengetik pesan di hpnya nggak denger. Wajahnya terlihat serius, bahkan seperti... marah? Tapi Bumi berusaha tidak menilai. Bahkan berusaha tidak peduli.
"Langit?!"
Panggilan kedua Mas Bejo baru menyadarkan Langit. Gadis menggeragap, segera seka air matanya lalu mendongak.
"Ya?" dia berusaha bicara dengan suara biasa, tapi semua orang yang punya mata pasti bisa melihat, dia baru saja menangis. Masih ada sisa air mata di sudut matanya, bahkan suaranya masih sedikit bergetar. Apa dia bertengkar lagi dengan pacarnya? Bumi bertanya tanya. Tapi segera dia usir semua rasa ingin tahu yang tidak perlu itu, dan dia tegaskan pada dirinya sendiri lagi. Jangan urusi yang bukan urusanmu. Apalagi gadis ini sotoy. Jadi yang terbaik, adalah bersikap nggak peduli dan menjaga jarak.
"Reading yok," kata Mas Bejo dengan sikap agak sungkan. Pasti karena sadar Langit habis menangis. Tapi kru yang baik hati itu sama sekali tidak membahasnya. Dan hal itu bikin Bumi lega. Pekerjaan mereka masih sisa banyak. Nggak ada waktu buat ngurusin urusan pribadi pemain. Disini, semua Cuma partner kerja. Bukan teman. Bukan sahabat. Jadi silakan menangis, asal kerjaan tetep beres dan nggak mengganggu yang lain.
"Oooh. Ok."
Dan Bumi heran melihat betapa cepatnya ekspresi Langit berubah. Begitu berdiri, sisa air mata dan kesedihan di wajah gadis itu sudah nggak tampak lagi. Sembari menggeser bangkunya ke samping bangku Bumi, dia meraih scenario dan mencurahkan semua perhatiannya ke baris baris dialog yang harus dia hafalkan, fokus serratus persen. Apapun yang tadi membuatnya sedih sampai meneteskan air mata, kini terkubur di bawah konsentrasinya yang sempurna.
Proses reading berjalan cepat dan lancar. Lalu take scene berikutnya di lakukan. Sepanjang take, hp Langit bunyi bunyi terus. Tapi yang Bumi heran, konsentrasi Langit sama sekali nggak terganggu. Dia Cuma meminta maaf sekali, minta ijin buat mensilent hpnya. Lalu melanjutkan take.
Begitu selesai, baru dia kembali ke bangkunya dan mengecek hpnya. Dan langsung keluar.
Bumi merasa lega gadis itu pulang duluan. Paling nggak, mengurangi keharusannya buat basa basi yang nggak perlu. Melewati kru yang masih beres beres, Bumi pamitan sama semuanya, mengambil tasnya dan melangkah pulang.
Tapi ternyata, di parkiran lagi lagi dia melihat hal yang paling tidak ingin dilihatnya. Langit yang sedang bertengkar lagi dengan pacarnya. Astaga! parkiran seluas ini, kenapa mereka memilih bertengkar pas di belakang mobilnya?! Tapi Billy sekarang sedang berteriak teriak. rasanya sungkan juga kalo Bumi mendekat dan minta dia buat minggir agar dia bisa memundurkan mobilnya.
Jadi Bumi cuma mematung disitu, terpaksa menjadi saksi pertengkaran hebat sepasang kekasih itu sekali lagi, sambil berharap pertengkaran mereka selesai secepat waktu itu, dan mereka segera pergi bergandengan tangan seakan nggak terjadi apa apa.
Sayang nggak semua harapan bisa jadi kenyataan, termasuk harapan Bumi siang itu.
Pertengkaran mereka kali ini rupanya lebih intense, dan Langit tidak sesabar kemarin.
"Jadi menurut kamu aku salah?" tanya Langit dengan suara meninggi dan bergetar, matanya sudah memerah dan air mata menggantung di peluk matanya.
"Memang dari awal kamu yang salah. Dari awal aku nggak pernah setuju kamu jalanin pekerjaan ini."
"Tapi ini passion aku! Dari awal kamu tau, aku cinta pekerjaan ini! Drama dan acting, adalah hidup aku!"
"Maksud kamu, aku bukan hidup kamu?"
"Nggak kayak gitu, Billy. Tapi plis, kamu nggak bisa maksain kehendak kamu kayak gini."
"Kalo kamu beneran cinta sama aku, harusnya ini bukan hal yang sulit kan? Lagian apa yang kamu kejar? Uang? Aku bisa kasih kamu semuanya!"
"Dari awal kamu tau ini bukan soal uang."
"Jadi soal apa? Soal kamu, yang ingin berada di puncak, dipuja dan dielu elukan orang? Terlihat berkilauan dan selalu jadi yang nomor satu?"
"Kamu sama sekali nggak ngerti aku!"
Dan Bumi kaget saat tangan Billy tiba tiba mencengkeram kerah bahu Langit. Dan dia bicara dengan nada mengancam, wajahnya Cuma sesenti dari wajah Langit.
"KAMU YANG NGGAK NGERTI AKU!"
Bukan Cuma Bumi yang kaget. Rupanya Langit juga. Sekejap Bumi bisa melihat kemarahan di mata gadis itu berubah jadi ketakutan.
"B-billy?? Kamu mau apa?!"
"Aku akan ajari kamu gimana cara mengerti aku."
Dan sebelum siapapun sempat bergerak, Billy sudah menyeret tubuh Langit dengan kasar, mendorongnya keras ke batang pohon dekat sana, dan mengangkat sebelah tangannya yang nggak mencengkeram kerah Langit, siap menempeleng gadis itu.
Saat itu Bumi tau dia nggak bisa diam lagi. Sebelum otaknya berpikir, kakinya sudah melompat dan mendarat di samping Billy, tangannya mencengkeram pergelangan tangan Billy yang saat itu jaraknya tinggal satu inci dari pipi Langit, memuntirnya, mendorong tubuhnya menjauh, dan melayangkan tendangan berputar yang bikin cowok bertubuh tinggi tegap itu terjungkal ke belakang.
Tapi segera di berdiri lagi dan merampas kerah Bumi dengan kasar. Sampai Bumi terseret ke depan.
"Apa apaan lo?!! Ngapain mukul gue?!"
"Harusnya gue yang tanya sama lo." Biarpun kalah tinggi, Bumi sama sekali nggak takut. Bahkan saat ini dia marah. "Apa apaan lo? Bisa bisanya kasar sama cewek? Sampai mau mukul dia?!! Lo laki apa bukan hah?!"
"Lo bukan siapa siapa, jadi nggak usah ikut campur urusan gue!"
"Sori, tapi jelas gue nggak bisa diem liat cewek diperlakuin kaya gini di depan mata gue."
"Lo sebut gue sotoy, ternyata elo nggak kalah sotoy ya?"
Diluar dugaan tiba tiba Langit menyelip di tengah tengah Bumi dan Billy, dan dia dorong Bumi dengan sepasang tangannya yang ramping.
Bumi kaget dan marah.
"Langit, gue lagi belain lo! Nolongin lo dari cowo lo yang toxic ini! Dan lo malah dorong gue?"
"Urusan gue sama cowo gue, nggak ada sangkut pautnya sama lo! jadi pergi dari sini dan jangan urusin kita!"
"Lo udah gila ya? Lo hampir dihajar sama dia tadi!"
"Billy lakuin itu karena dia punya alasan!"
"Nggak seorangpun boleh mukul perempuan, apapun alasannya!"
"Lo nggak tau apa apa soal Billy. Jadi mendingan pergi aja dari sini dan jangan sok menilai dia seakan akan lo paling tau dan paling bener segalanya!"
Lalu dia menatap Billy seakan cowo itu laki laki paling baik sedunia, sambil bilang, "Ayo sayang. kita pergi aja dari sini."
Di titik itu Bumi bersumpah. Dia nggak akan pernah sudi lagi ikut campur urusan Langit. Next time, mau gadis itu dipukuli di depan matanya, akan dia paksa kakinya untuk melangkah pergi saja dan tidak menolong.