Chereads / Bumi dan Langit Melawan Takdir / Chapter 11 - BAB 11 - Dinner Date, Langit, dan Obeng?

Chapter 11 - BAB 11 - Dinner Date, Langit, dan Obeng?

Sabtu itu break syuting, sehingga Bumi punya waktu nyaris seharian untuk beristirahat.

Jam lima kurang sedikit, baru dia bangkit dengan malas malasan dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kamar mandi. Seandainya aja dia nggak janji mau jalan sama Anisa, tentu akan dia habiskan sore ini untuk Kembali bermalas-malasan. Sebetulnya dia hobi main play station, berenang, basket, atau sekedar nongkrong dengan sahabat sahabat cowoknya. Tapi sejak putus dari Rania, semua itu mendadak nggak menarik lagi. Sakit hati mengubahnya jadi seperti kura kura yang ingin sembunyi aja di balik cangkangnya sepanjang waktu. Bumi tau itu nggak sehat, tapi kata orang, waktu bisa menyembuhkan kan? Jadi akan dia jalani aja apa yang membuatnya nyaman sekarang, dan yang terjadi berikutnya, kita liat aja nanti.

Mama ribet banget sore itu. Mungkin ada sepuluh kali beliau merapikan kerah baju Bumi sebelum Bumi berangkat. Lalu menyemprotkan tambahan parfum. Menggosok sepatu Bumi biar lebih mengkilap. Dan berkali kali berpesan agar Bumi bersikap lebih terbuka pada Anisa. Ceritakan apa saja. Dia anak baik dan pasti akan dengerin kamu. Habis curhat sama dia pasti perasaan kamu akan lega dan kamu akan dapetin solusinya.

Sudah hampir maghrib ketika Bumi akhirnya melajukan mobilnya di jalanan Jakarta yang macet. Mungkin Cuma di Jakarta, pejalan kaki bisa lebih cepat daripada mobil. Dari tadi, entah sudah berapa orang menyalip mobil Bumi, dan karena bosan, Bumi pun iseng mulai menghitung mereka.

Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.

Ini gila. Belum ada semenit mobilnya sudah diselip 5 pejalan kaki.

Dan... Enam!!!

Satu lagi pejalan kaki baru aja menyalipnya.

Gadis ramping bertubuh tinggi, dengan rambut Panjang, atasan pink tanpa lengan dan dan rok selutut yang senada, berjalan cepat sekali hingga dalam sekejap sudah menyalip tiga mobil di depan Bumi. Padahal dia melangkah sambil menunduk, bahunya naik turun, seperti sedang... menangis???

Dia berbelok, menghilang, dan saat itu, Bumi baru tersadar. Gadis itu, sepertinya sosoknya nggak asing. Seperti sering sekali dilihatnya belakangan ini. Bahkan dia hafal cara jalannya. Pinggangnya yang ramping. Kakinya yang jenjang, dibalut sepatu bootsnya yang bertumit tebal. Bagaimana rambutnya meriap setiap kali dia melangkah.

Saat itu, seorang cowok melangkah terburu buru menyalip mobil Bumi dan sekarang Bumi yakin, cewek itu adalah Langit. Karena cowok barusan, Bumi nggak mungkin salah, itu adalah Billy, sepertinya sedang berusaha mengejar gadis itu??? Tapi kenapa tangan Billy menggenggam obeng?

Perasaan nggak enak menyelinap di hati Bumi. Berusaha dibuangnya tapi nggak bisa. Jadi, Bumi akhirnya memarkir mobilnya di gedung dekat situ. Dan dia berjalan secepat Langit melangkah tadi, berbelok ke sudut tempat gadis itu dan Billy menghilang.

Dan Bumi melihat pemandangan yang membuat tubuhnya membeku.