Chereads / Bumi dan Langit Melawan Takdir / Chapter 17 - BAB 17 - Q n A dan Hujan

Chapter 17 - BAB 17 - Q n A dan Hujan

Bumi dan Langit kini sudah berjalan kurang lebih lima kilometer lagi, tapi masih belum nampak ada tanda tanda kehidupan di sekitar sana.

"Masih nggak ada siapa siapa loh," sahut Langit, suaranya mulai terdengar cemas. "Gimana kalo beneran nggak ada pemukiman di sekitar sini?"

"Ini Jakarta, cewek, bukan pedalaman terpencil," jawab Bumi. "Mana mungkin nggak ada pemukiman sama sekali di pinggir tol? Percaya deh, kalo kita jalan terus, pasti bakal ketemu sama kampung, dan orang."

"Tapi gimana kalo enggak?" Langit masih ragu.

"Pasti iya. Trust me!"

"Oke oke!! Gue percaya sama lo! Tapi kaki gue udah cape banget. Sampai kapan coba, musti jalan kaya gini?"

"Gini deh, kita jalan satu kilometer lagi. Kalo memang belum ketemu pemukiman atau seseorang, kita istirahat lagi. Oke?"

"Ya udah deh," suara Langit terdengar pasrah. Dan Bumi jadi nggak tega. Sepertinya gadis di sampingnya ini memang betulan sudah lelah. Langkahnya yang semula bersemangat udah semakin melambat. Dan di keningnya yang mulus mulai tampak titik titik keringat.

"Kita jalan santai aja, biar nggak kecapean," Bumi memperlambat langkahnya. "Sambil ngobrol, biar nggak berasa."

"Boring banget ide lo!" tukas Langit, bikin Bumi menyesal barusan sempat kasihan sama dia. Gadis ini, kenapa senang sekali memancing kesabarannya???

"Fine! Jadi maunya apa?!" tanya Bumi.

"Main Q and A aja!"

"Hah?"

"Gue tanya, lo jawab! Abis itu, gantian, lo yang tanya, gue yang jawab!"

"Tanya jawab?! Apa bedanya sama ngobrol?"

"Bedalah! Kalo ngobrol kan suka suka kita mau bicara mau dengerin aja. Kalo Q and A, semua pertanyaan harus dikasih, harus dijawab! Dengan jujur! Dari hati yang paling dalam!"

Mungkin beda umur yang terlalu jauh bikin jalan pikir dia dan Langit beda konsep, pikir Bumi. Atau, Langit yang terlalu alay? ABG sekarang kan memang alay alay dan jalan pikirannya aneh. Tapi mereka nggak suka dibilang aneh. Karena buat mereka aneh itu kekinian.

Tapi dia males mau debat panjang lebar, jadi biar cepat dijawabnya saja, "Terserah lo deh!"

"Gue duluan ya!" ucap Langit renyah.

Entah kenapa Bumi senang melihat gadis yang tadinya udah loyo itu kini semangat lagi. Jadi dia mengangguk aja.

"Lo tadi mau kemana sih sebenernya?"

Bumi tercekat mendengar pertanyaan itu, dan dia baru ingat lagi, harusnya malam ini dia ngedate sama Anisa. Well, sebetulnya dia nggak betul betul lupa, dari tadi dia ingat, tapi mana sempat mikirin itu di tengah tengah situasi mendesak yang dia hadapi sekarang? Lagian, dia juga bukan nggak berusaha hubungin Anisa. Begitu mereka berhasil lepas dari Billy tadi, Bumi sudah berusaha menelpon atau mengirim pesan, tapi nggak bisa, karena daerah ini sama sekali nggak ada sinyal.

Dalam hati Bumi merasa bersalah. Kasihan Anisa. Mungkin gadis itu udah dandan, dan menunggunya dari tadi dengan sia sia? Bumi juga merasa nggak enak bayangin gimana reaksi Mama nanti saat tau ternyata dia batal dinner sama Anisa malam ini. Biarpun dia yakin Mama nggak akan marah, tapi Mama pasti kecewa.

"Ditanya kok malah bengong? Hayo! Pasti mau ngedate ya? Kan sekarang malam minggu! Sama siapa? Cewek baru lo yang kemarin itu? Yang keciduk sama wartawan, yang sudah diajak makan bareng camer?"

"Apaan sih? Bukan cewek gue. Cuma temen."

"Boong!"

"Beneran!"

"Lupa ya, aturan Q and A, nggak boleh boong."

"Nggak ada yang boong, cewek."

"Berani sumpah!"

"Kenapa nggak?"

"Coba, mau denger!"

Bener bener deh nih cewek.

"Ayo! buruan! mana sumpahnya?!"

"Oke! oke! Sumpah gue nggak boong. Puas?"

"Fine. Oke."

"Fine! Sekarang giliran gue yang nanya," sahut Bumi cepat cepat, takut gadis bawel ini keburu nyerocosin pertanyaan pribadi yang lain.

Tapi sebelum Bumi sempat mengucap pertanyaannya, setetes besar air mengenai hidungnya, disambung dengan kilat yang menyambar seperti membelah langit, disusul suara keras menggelegar yang memekakkan telinga.

"Sial, ujan!" ujar Bumi. "Langit, ayo buruan! Kita harus cari tempat neduh!"

Tanpa berpikir lagi, Bumi menarik tangan Langit dan detik berikutnya, mereka berdua sudah berlari, berlomba dengan kilat yang terus menyambar nyambar dan guntur yang bergemuruh.

-----------------------------------------------------------------------------------

Kira kira, apa yang bakal terjadi di tengah hujan? Ayo tebak, tulis jawabannya di komen.

Makasih buat semua yang udah baca :)

Jangan lupa baca bab berikutnya yaa...sy usahain update tiap hari.

Jangan lupa juga follow, vote dan tinggalin koment...