Terlalu lama kau abaikan aku hingga aku terbiasa sepi, dan mulai akrab dengan kesendirian.
--Laura--
Ku coba beberapa kali untuk tidak jatuh hati padamu setiap hari. Percayalah sudah kucoba. Tetap saja tak bisa.
--Aldi--
Kadang aku terlalu bodoh untuk jatuh. Tetapi terlalu naif untuk menjauh.
--Christian--
Satu tahun berlalu, secepat itu waktu tertinggal tanpa perubahan berarti dalam rumah tangga Laura dengan Christian. Sedangkan Aldi masih mengagumi Laura dari kejauhan. Rasanya mustahil mimpi itu untuk ia gapai.
Aldi sedang berada dalam mobil box bersama ayah dan kakak perempuannya. Kini ekonomi mereka semakin membaik, kakaknya mendapat kenaikan gaji sedangkan Aldi sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai penyanyi di kafe dengan gaji yang lumayan.
Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah baru mereka. Ayah dan kakaknya begitu antusias, tapi tidak dengan Aldi. Dia pikir semua tempat terasa sama jika tidak ada kedamaian di dalamnya. Kenyataannya meskipun Aldi sudah memiliki pekerjaan bagus, tidak membuat ayahnya berubah menjadi baik padanya. Dia hanya akan baik jika sedang ada anak perempuannya saja. Namun kini intensitas pertemuan mereka lebih sedikit karena Aldi lebih banyak menghabiskan waktu di kafe. Dan itu membuatnya sedikit terbebas dari siksaan ayahnya.
"Ayo kita sapa tetangga baru kita. Bagaimanapun juga bersikap baik lebih dulu akan memberi kita keuntungan nantinya," ucap kakak Aldi mengajak ia untuk menemui tetangga depan rumahnya. Aldi menurut saja, ia membawa sepiring besar buah semangka yang sudah dipotong-potong sebelumnya.
TING TONG
"Karena ini weekend, kurasa mereka ada di rumah" kata kakak Aldi.
TING TONG
Mereka membunyikan bel untuk kedua kalinya. Tidak lama pemilik rumah itu membuka pintu.
"Pak Christian?"
"Grace. Sedang apa kamu di sini?" tanya Christian pada Grace salah satu staff nya di kantor.
Aldi melirik Christian dan Grace bergantian. Ternyata kakaknya sudah mengenal tetangga baru mereka. Ia sendiri belum mengetahui jika lelaki yang ada di depannya adalah suami Laura, wanita yang sudah membuatnya jatuh hati. Meskipun Christian beberapa kali menjemput Laura di kafe, tapi lelaki itu tidak pernah turun dari mobil.
"Kebetulan sekali, saya baru pindah ke rumah yang ada di depan. Saya tidak menyangka jika Pak Christian yang menjadi tetangga saya," ungkap Grace panjang lebar.
"Ohh..." hanya itu yang keluar dari mulut Christian.
"Saya membawakan buah semangka. Bagaimana jika kita makan bersama, istri Pak Christian ada di rumah kan?" tanya Grace sambil melongok ke dalam rumah.
"Oh iya, masuklah," jawab Christian mempersilakan mereka berdua masuk.
"Kamu pulang dulu, ambil beberapa minuman soda yang kita bawa tadi," bisik Grace pada Aldi. Lalu lelaki itu mengangguk dan menuruti perintah Grace. Ia kembali ke rumah dan melihat ada beberapa kaleng minuman soda dari dalam kulkas.
Bastian kembali dengan membawa satu plastik penuh kaleng minuman soda. Belum sampai ia di depan pintu rumah Christian seekor anakan kucing lokal menghampirinya dan bergelayut di sepatunya. Aldi berhenti dan melihat makhluk lucu mungil itu. Dia teringat jika ia tadi masih membawa satu sosis di kantong jaketnya. Tadinya dia membawa tiga buah sebelum mereka pindah rumah, karena tidak sempat sarapan. Aldi berjongkok dan membuka bungkus sosis itu dan memberikannya pada anak kucing.
"Kamu pasti tersesat, apa kamu juga kehilangan orang tuamu? Kalau begitu kita sama," ucap Aldi sambil tersenyum pada kucing itu.
"Di sini kamu rupanya," kata Laura sambil terengah-engah.
Aldi menoleh ke arah sumber suara. Dia membeku setelah ia melihat pemilik suara itu, tidak menyangka jika akan bertemu dengan Laura di sini.
"Kamu? Sedang apa di sini?" tanya Laura sambil menghampiri Aldi yang masih berjongkok dan mematung. Laura melirik bungkus sosis yang masih di pegang Aldi.
"Ternyata kamu seorang penyanyang binatang. Aku gak menyangka karena penampilanmu gak menunjukkan hal itu," kata Laura sambil tersenyum padanya.
"Apa ini kucingmu?" tanya Aldi.
"Bukan. Dia tadi masuk ke dalam rumahku, karena kasihan melihat dia yang sangat kurus makanya aku beli ini di minimarket. Tadinya dia mengikutiku, tapi tiba-tiba lari begitu saja," ungkap Laura sambil menunjukkan kantong plastik berisi makanan kucing di tangannya. Laura lalu ikut berjongkok di depan Aldi. Ia lalu membuka kaleng makanan kucing itu dan memberikannya pada anak kucing tersebut.
"Makanlah yang banyak kucing manis," ucap Laura lebih seperti bermonolog. Aldi memandangi Laura yang masih fokus membelai kepala kucing.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Laura saat memergoki Aldi sedang memandanginya.
"Gak. Aku hanya berpikir kenapa kita masih harus bertemu di sini dan dalam situasi yang gak terduga seperti ini," jawab Aldi.
"Kamu bicara apa sih? Oh iya kamu belum jawab pertanyaanku, kenapa kamu tiba-tiba berada di sini?" tanya Laura kembali.
"Aku baru pindah ke sini," jawab Aldi sambil menunjuk rumah barunya dengan kepalanya.
"Benarkah? Kalau begitu kita tetangga dong. Ini rumahku," kata Laura sambil menunjuk sebuah rumah yang ada di depan mereka.
"Jadi ini rumahmu?"
"Aldi, kenapa lama sekali?? Eh ada bu Laura," ucap Grace sambil memberi salam saat ia melihat Laura berada di sana. Dia lalu mengambil alih kantong plastik yang tadi dibawa Aldi.
"Selamat pagi bu Laura, kami baru pindah ke rumah yang ada di sana. Jadi kami mau mengajak pak Christian dan bu Laura untuk makan semangka bersama," kata Grace menjelaskan maksud tujuannya ke rumahnya.
"Oh, masuklah dulu. Nanti saya menyusul," ucap Laura. Ana lalu masuk ke dalam rumah Christian duluan. Awalnya ia mengajak Aldi tapi, Aldi memberikan kode dengan tangan pada kakaknya itu untuk masuk duluan.
"Kamu gak dengan sengaja mengikutiku dan tinggal disini kan?" gurau Laura. Dia melipat tangannya ke depan dadanya.
Aldi tersenyum mendengar pertanyaan dari Laura. Meskipun ia tahu jika wanita itu hanya bergurau.
"Konyol sekali, bahkan aku gak tahu jika kamu tinggal di sini," jawab Aldi.
"Hehe baiklah, tidak usah dianggap serius. Ayo kita masuk," ucap Laura. Mereka lalu masuk bersama ke dalam rumah. Tidak sengaja lengan mereka bersentuhan saat berjalan bersama. Hati Aldi kembali berdesir saat melihat wanita itu terus tersenyum padanya.
"Dari mana saja?" tanya Christian saat Laura sudah masuk ke dalam rumah.
"Aku habis dari minimarket depan. Kalau begitu aku akan mengambil beberapa makanan di dapur. Kamu duduklah," ucap Laura dan mempersilakan Aldi untuk duduk.
Aldi mengamati Laura dan Christian bergantian.
"Apa seperti ini kehidupan berumah tangga? Sepertinya terasa sangat dingin dan sepi. Apa Laura gak bahagia menikah dengannya?" batin Aldi.
Grace masih sibuk berbincang dengan Christian masalah pekerjaan yang tidak di mengerti oleh Aldi. Ia lalu beranjak dan berjalan menuju sebuah foto besar yang tergantung di dinding. Dia mengamati foto pernikahan Laura bersama dengan Christian. Berandai-andai jika ia yang berdiri di sebelah wanita itu, bukan lelaki lain.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Laura yang menghampiri Aldi dan berdiri di sebelahnya.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Aldi dan menoleh pada wanita yang kini memandangnya dari samping itu.
"Bertanya apa?"
"Apa kamu bahagia menikah dengannya?"