Chereads / Pernikahan Pahit / Chapter 15 - Berubah

Chapter 15 - Berubah

Kau temukanku telah jatuh, dalam cobaan terdahsyat dari cinta. Ku telah tergoda aku tak setia, aku hianati kita. Maafkanku minta mengertimu. Karena ku tak mampu hindari rasa.

Izinkan aku sekali saja rasakan cinta yang lain. Sekali saja kuingin memeluknya dan cium bibirnya. Hanya untuk biarkan dia dan kenangannya berlalu.

_Laura_

Laura mendekat dan mencium bibir Aldi. Membuat lelaki itu membelalakan matanya. Ia tidak menyangka jika Laura akan berbuat seperti ini.

"Mungkinkah dia memiliki perasaan yang sama sepertiku?" pikir Aldi.

Laura melepaskan tautan bibirnya, tapi dengan segera Aldi menyambarnya kembali. Seolah tidak ingin hal ini cepat berakhir. Dia bahagia setidaknya wanita yang ada di depannya sudah lebih dekat dengannya. Salahkah jika kini ia menuntut hal lebih untuk bisa memiliki wanita itu seutuhnya?

Laura menunduk malu setelah apa yang ia lakukan barusan. Setan apa yang sudah merasuki dirinya hingga ia berbuat demikian. Mungkin karena kesepian? Dia seorang istri yang tidak pernah terjamah oleh suaminya mungkin wajar jika dia menginginkan sentuhan-sentuhan lembut dan romantis seperti ini. Hal yang mungkin bisa ia dapatkan dari Aldi bukan dari Christian.

"Noona.." gumam Hyunsik. Awalnya ia ingin melihat Laura yang belum juga keluar dari sana karena khawatir. Dia juga penasaran dengan apa yang terjadi antara Laura dan Aldi. Tapi kini dia harus melihat pemandangan menjijikan seperti ini. Sungguh ia tidak habis pikir. Selama ini dia selalu menganggumi Laura dan menganggapnya seperti kakaknya sendiri. Tapi setelah kejadian ini mungkin hal itu tidak akan terjadi lagi. Hyunsik segera pergi dari tempat itu karena tidak ingin terlibat dengan perbuatan tidak benar mereka. Dia hanya akan berpura-pura tidak tahu mengenai masalah ini. Tapi setelah kejadian ini membuat dirinya ingin cepat menyelesaikan skripsinya dan kembali ke negaranya. Karena merasa sudah tidak betah jika harus bersama dengan orang-orang seperti mereka.

"Di mana Laura?" tanya Chintia saat Hyunsik sudah kembali ke konternya.

"Tidak tahu," jawabnya singkat.

"Aku kira tadi kamu ingin memeriksanya?"

"Tidak jadi,"

Karena tidak ingin mendengar pertanyaan lebih banyak lagi tentang Laura akhirnya Hyunsik pergi meninggalkan Chintia yang masih bingung.

"Kenapa dia jadi jutek sekali?" gumam Chintia.

"Tolong bawakan moccacino es ke ruanganku ya," perintah Laura pada Hyunsik.

"Sepertinya aku harus mendinginkan isi kepalaku," gumamnya lalu masuk ke dalam ruangannya. Tangannya ia letakkan di wajahnya karena tak kuasa menahan rasa malu. Sungguh dia tidak mempunyai keberanian untuk bertemu lagi dengan lelaki itu. Tapi peristiwa tadi benar-benar terus membayangi pikirannya. Dia tidak bisa melenyapkan sosok Aldi dari ingatannya.

TOK TOK

"Oh, masuk,"

Hyunsik lalu masuk dengan membawa minuman yang diminta Laura. Dia masuk dan langsung menaruh gelas itu di meja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bahkan wajahnya tidak seperti biasanya yang selalu di hiasi senyum.

"Terima kasih," ucap Laura sambil tersenyum pada lelaki yang ada di depannya itu.

"Hmm," jawab Hyunsik singkat. Lalu berniat keluar dari ruangan itu. Tapi Laura sepertinya menyadari perubahan sikap Hyunsik. Biasanya dia akan banyak berbicara dengannya. Bahkan dia akan bersikap sangat manis, tapi kenapa tiba-tiba berubah jadi dingin seperti ini?

"Kamu ada masalah? Sepertinya kamu gak seperti biasanya," tanya Laura sehingga Hyunsik menghentikan langkahnya.

"Tidak ada," jawabnya singkat tanpa memutar tubuhnya untuk menatap Laura.

"Kalau ada masalah kamu bisa cerita padaku. Bukankah kamu bilang sudah menganggapku seperti kakakmu sendiri? Mungkin aku bisa meringankan bebanmu,"

Kali ini Hyunsik memutar tubuhnya dan menatap Laura.

"Urus saja masalah noona sendiri," kata Hyunsik lalu keluar dari ruangan Laura.

"Ada apa dengannya? Kenapa jadi berubah seperti itu?" gumam Laura tidak mengerti dengan perubahan sikap dari Hyunsik. Tapi dia tidak mau ambil pusing.

Menjelang malam hari seperti biasanya Aldi bersiap untuk live performancenya. Kali ini dia tidak sendiri sebab sudah ada band yang mengiringinya.

Laura keluar dari ruangannya sengaja karena ingin melihat langsung penampilan dari lelaki itu. Lelaki yang berhasil membuatnya menjadi gila. Gila karena sampai hati menghianati suaminya sendiri. Laura menyeruput minumannya sambil terus menatap Aldi yang sedang sibuk dengan kegiatannya.

"Jangan terus menatapnya seperti itu. Nanti kamu jatuh cinta loh," ucap Chintia yang menangkap ekspresi wajah Laura yang tersenyum sendiri saat memperhatikan Aldi.

"Uhuk uhuk!"

Laura tersedak minumannya setelah mendengar perkataan dari Chintia.

"Ih kenapa kamu jadi salah tingkah?"

"Gak!" sangkal Laura.

"Ya sudah kalau gak," kata Chintia lalu meninggalkan Laura yang masih terpaku di sana. Hyunsik lalu menghampiri Laura dan berdiri di sebelahnya.

"Boleh aku memberi nasihat pada noona?" tanyanya.

"Apa?"

"Jika noona bermain api, berarti noona sudah siap untuk terbakar suatu saat nanti,"

"Apa maksudmu mengatakan hal itu padaku?"

"Aku rasa noona tahu apa alasannya,"

Hyunsik memandang Laura dengan tatapan yang tidak biasa. Biasanya lelaki itu selalu menatapnya dengan lembut tapi kini sudah berubah. Dan Laura belum mengetahui jika sebenarnya Hyunsik sudah tahu dengan apa yang terjadi pada dirinya dan Aldi.

Sementara itu di kantor.

Christian keluar dari ruang rapat, Grace dengan tergesa menyusul langkah kaki lelaki itu. Menurut Grace suatu keuntungan besar dia bisa menjadi tetangga dari bos nya itu. Mungkin mereka bisa lebih dekat dan Grace mendapatkan pekerjaan yang enak di kantornya.

"Pak Christian!" panggil Grace dari belakang membuat Christian menghentikan langkahnya. Begitu juga Astrid yang saat itu berjalan bersamanya.

"Ada apa?"

"Bagaimana nanti jika pak Christian dan bu Laura makan malam bersama di rumah saya. Rasanya belum afdol karena kemarin saya hanya menyediakan buah semangka untuk keluarga pak Christian."

Christian berpikir sebentar. Tadinya ia memang akan mengajak Laura untuk makan di luar karena ia mendapat kabar jika istrinya itu mengalami luka bakar di tangannya. Jadi tidak mungkin jika dia harus memasak untuk makan malam mereka berdua.

"Hmm, boleh jika kamu tidak keberatan. Soalnya istri saya tangannya sedang terluka, jadi tidak mungkin memasak untuk kami berdua,"

"Benarkah? Saya turut prihatin kalau begitu pak,"

"Iya, dia bilang sudah tidak apa-apa kok,"

"Ya sudah kalau begitu saya tunggu di rumah jam 7 malam ya pak,"

"Hmm,"

Christian lalu melanjutkan perjalanannya kembali.

"Sejak kapan kamu akrab dengan Grace?" tanya Astrid penasaran. Jujur dia tidak menyukai jika Christian dekat dengan wanita selain dirinya di kantor.

"Sejak dia pindah ke rumah yang ada di depanku,"

"Apa? Dia pindah ke rumah yang ada di depanmu?" Astrid mengulangi pernyataan Christian. Dan lelaki itu hanya mengangguk.

"Lebih baik kamu hati-hati. Siapa tahu dia punya maksud lain terhadapmu," kata Astrid dengan kesal.

"Kamu harus berhenti berprasangka buruk terhadap orang lain. Dan berhenti mengkhawatirkanku. Aku jadi merasa tidak enak karena aku sudah beristri," ucap Christian lalu meninggalkan Astrid yang masih terdiam.

"Tapi aku tidak bisa berhenti mengkhawatirkanmu. Bagaimana ini?" gumam Astrid sambil menatap punggung Christian yang semakin menjauh.