"Ce celana berdarah? Apa itu?" gumam Hyunsik. Dia tidak mengerti dengan kalimat itu, apakah berupa istilah yang belum ia ketahui atau memang benar-benar celana yang berdarah? Tapi bagaimana mungkin celana bisa berdarah? Hyunsik menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Siapa? Siapa yang berdarah?" tanya Chintia yang tiba-tiba muncul dari belakang dan ikut bergabung dengan mereka.
" Siapa? Siapa?" tanya Chintia lagi pada Hyunsik, namun hanya dibalas gelengan kepala dari lelaki itu.
"Ikut aku!" ucap Laura yang langsung meraih tangan Aldi dan menyeretnya menuju ruangannya. Sedangkan Hyunsik dan Chintia masih terjebak dalam rasa penasaran mereka masing-masing.
"Kamu... jangan coba-coba mengatakan hal kemarin pada mereka berdua ya??" ancam Laura pada Aldi.
"Hal apa?" tanya Aldi yang pura-pura tidak mengerti. Padahal ia tahu sebenarnya apa maksud dari pertanyaan Laura. Tapi melihat wanita itu sangat panik membuatnya tampak lucu di mata Aldi.
"Yang kemarin!! Masa kamu lupa sih? Bukankah kamu mengingatku??"
"Lalu apa kamu juga mengingatku?"
"Sedikit," jawab Laura berbohong. Sebenarnya dia sudah benar-benar ingat terhadap Aldi. Tapi ia cukup malu untuk mengakui hal tersebut.
"Aku mau saja. Tapi bagaimana dengan lamaran pekerjaanku? Apa aku di terima?" tanya Aldi. Ia jadi lupa tujuan awalnya datang ke kafe itu.
"Aku akan melihat penampilanmu dulu. Jika bagus, aku akan langsung menerimamu dan memberimu gaji yang tinggi," ucap Laura.
"Oke, setuju!" Aldi mengulurkan tangan kanannya untuk membuat kesepakatan itu. Dia senang karena sudah mendapat kartu AS dari pemilik kafe itu.
Laura awalnya ragu, namun akhirnya dia menerima uluran tangan Aldi sebagai tanda kesepakatan mereka.
"Kalau begitu, ayo kita keluar. Aku akan lihat penampilanmu," kata Laura lalu ia membuka pintu dan mempersilakan Aldi untuk keluar duluan.
Aldi sedang bersiap di panggung kecil yang berada pojok kafe. Dia sedang menyamakan nada suaranya dengan gitar yang akan dia mainkan.
__Can't Help Falling In Love__
Cover by Aldi.
"Wise men say.. only fools rush ini..
But I can't help.. falling in love with you..
Shall I stay.. would it be a sin..
If I can't help.. falling in love with you..
Like a river flows surely to the sea..
Darling so it goes.. some things are meant to be..
Take my hand.. take my whole life too..
For I can't help.. falling in love with you.."
Laura dan yang lainnya tersentuh dengan lagu yang dinyanyikan oleh Aldi. Bahkan Laura masih terpaku menatap lelaki yang berada di depannya itu.
"Kenapa suaranya begitu menyentuh hatiku?" batin Laura.
"Woaaa,,, semua wanita pasti akan tergila-gila dengan lelaki itu. Dia tampan dan suaranya bagus. Kamu benar-benar mendapatkan jackpot untuk kafemu ini Ra!" seru Chintia yang saat itu masih terkejut dengan penampilan dari Aldi. Dia mengguncangkan bahu Laura, karena dari tadi temannya itu hanya terdiam dan menatap kosong ke arah Aldi.
"Benar kan Hyunsik?" tanya Chintia pada Hyunsik yang berdiri di sebelahnya.
"Entahlah," jawab Hyunsik lalu pergi dari tempat itu menuju tempat kerjanya.
"Ahh kamu cemburu ya? Jangan cemburu aku tetap milikmu Hyunsik!" seru Chintia lalu berlari menyusul Hyunsik dan meninggalkan Laura yang masih berada di sana.
"Bagaimana?" tanya Aldi setelah ia turun dari panggung dan menghampiri Laura yang masih berdiri di sana.
"Boleh juga. Baiklah kamu di terima mulai hari ini. Aku akan mempersiapkan kontrak kerja untukmu," ucap Laura lalu pergi meninggalkan Aldi yang heran. Kenapa reaksi wanita itu berbeda dari wanita yang biasanya pertama mendengar nyanyiannya. Biasanya para wanita akan kagum dan tergila-gila padanya. Tapi kenapa tidak dengan Laura?
Menjelang malam kafe semakin ramai. Live music akan dimulai pada pukul 8 malam hingga kafe tutup. Sebelumnya Aldi sempat pulang ke rumah, lalu kembali lagi pada jam 6 malam. Itu berarti masih ada dua jam lagi sebelum ia tampil.
Karena karyawan di kafe itu hanya dua orang, terkadang jika kafe sedang ramai Laura sering ikut membantu Chintia dan Hyunsik. Saat itu Aldi ikut bergabung bersama mereka yang sibuk masing-masing dengan pekerjaan mereka.
Karena konsep di kafe itu self servive jadi tidak terlalu lelah bagi mereka dalam melayani pelanggan yang datang. Saat itu terdapat tiga konter, jadi masing-masing memegang satu konter.
Laura sedang membuat pesanan kopi pada konternya, saat itu Aldi berada di sebelahnya.
"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Aldi.
"Tidak ada," jawab Laura. Entah kenapa dia merasa harus menjaga jarak dengan lelaki itu. Belum tahu apa penyebabnya namun ia merasa jika itu perlu.
Karena merasa dirinya tidak dibutuhkan akhirnya Aldi menyingkir dari sisi Laura. Dia bermain game hp di pojokan. Tapi konsentrasinya terganggu saat mendengar suara getaran hp yang terus menerus di meja yang berada di dekatnya. Awalnya Aldi mengabaikannya, namun lama-lama ia merasa terganggu dan melihat hp siapakah itu?
Ternyata panggilan itu dari suami, begitulah yang tertulis di layar hp. Tapi suami siapa itu? Aldi tidak tahu karena dia tidak mengetahui siapa sang pemilik hp. Hanya ada dua wanita di sana, jika bukan Chintia berarti milik Laura. Aldi berniat menanyakan hal itu tapi ia melihat mereka sedang sibuk, jadi dia mengurungkan niatnya. Saat panggilan itu berhenti, terjawab sudah rasa penasaran Aldi. Terlihat foto Laura bersama pria tua yang mungkin ayahnya pada layar gawai itu setelah panggilannya berhenti.
"Ah ternyata miliknya," gumam Aldi sambil cemberut. Entah kenapa dia menjadi kecewa setelah mengetahui jika bos nya itu sudah menikah.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Laura saat ia menghampiri Aldi dan memgambil hp nya.
"Itu tadi suamimu menelepon," jawab Aldi.
Laura lalu mengecek hp nya dan memang ada panggilan tak terjawab dari Christian. Ia segera menyingkir dan menghubungi kembali nomor suaminya untuk menanyakan apa yang membuatnya menelepon.
Aldi memperhatikan Laura dari kejauhan saat dia menelepon suaminya. Sungguh baru kali ini dia tertarik lebih dalam dengan wanita. Sejak sekolah banyak teman wanita yang mendekatinya tapi dia mengacuhkan mereka semua. Tapi kali ini bosnya membuat dirinya sedikit tertarik. Dia segera menepis pikiran negatif itu, ia sadar jika wanita itu sudah mempunyai suami. Lebih baik dirinya menyingkir sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu Christian saat itu sedang berada di tempat psikiater yang pernah disarankan Astrid untuknya. Tidak terasa sudah hampir dua bulan dia menerima pengobatan dari tempat itu. Perasaannya sudah lebih tenang semenjak kejadian waktu dulu. Awal-awal pengobatan Christian sengaja menjauhi Laura karena masih ingin mengontrol emosinya. Kini dia berniat mendekati istrinya kembali, karena situasinya sudah lebih baik. Karena itu tadi ia menghubungi Laura untuk memberitahu jika nanti dirinya akan menjemput Laura setelah kafenya tutup.