Laura dan yang lainnya sedang membereskan kafe sebelum tutup. Tidak lama Christian sampai di sana saat mereka sudah selesai.
"Aku pulang duluan ya, Chintia tolong kunci pintu dengan benar," kata Laura lalu menuju Christian yang menunggunya di mobil.
"Oke, tenang saja," jawab Chintia. Ia kemudian bersiap untuk pulang juga. Sementara itu, saat Laura sudah masuk ke dalam mobil Christian, Aldi memperhatikannya melalui kaca pintu hingga mobil itu menghilang dari pandangannya.
"Ayo, kita pulang! Kamu mau tidur di sini?" ucap Chintia membuyarkan lamunan Aldi.
"Ah iya, baiklah," jawab Aldi lemah. Dia kemudian mengambil gitarnya dan naik bus terkahir menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan dia terus termenung mengingat Laura yang saat itu bersama suaminya. Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama, atau kedua? Karena Aldi baru merasakan hal ini saat pertemuan kedua mereka. Sayang sekali cinta pertamanya harus kandas karena waktu yang salah.
Laura merapikannya jas Christian yang tergeletak di tempat tidurnya. Saat ia mengangkatnya sebuah kertas terjatuh dari kantong jas itu. Dia lalu memungutnya dan mengambil kertas itu. Di sana tertulis nota pembayaran untuk konsultasi dengan psikiater. Dia heran, untuk apa suaminya ke tempat psikiater? Kenapa ia tidak memberitahu masalah ini kepada dirinya? Laura akhirnya memotret nama dan alamat praktek dokter itu. Jika ada waktu mungkin ia akan mencari tahu hal ini diam-diam.
Laura segera mengembalikan kertas itu ke tempatnya dan menggantung jas suaminya itu saat Christian sudah keluar dari kamar mandi. Lelaki itu lalu mengambil sesuatu dari laci samping tempat tidurnya.
"Aku mau turun untuk minum," ucap Christian dan dijawab anggukan oleh Laura. Karena penasaran dia lalu mengikuti Christian dari belakang. Dan melihat jika suaminya itu meminum sebuah obat.
Selama ini Laura sudah disibukkan dengan urusannya di kafe sampai tidak mengetahui jika suaminya itu menjalani pengobatan di psikiater dan mengkonsumsi obat penenang tiap malam. Ia jadi merasa bersalah karena tidak memberikan perhatian pada Christian. Tapi bukan salah Laura juga, karena Christian begitu sulit untuk di dekati. Dia seperti menjaga jarak dengan istrinya sendiri.
TING TONG.
Waktu menunjukkan hampir tengah malam, tapi siapa yang bertamu jam segini? Laura lalu berjalan ke depan untuk membuka pintu. Seorang ibu-ibu berdiri di depan pintu dan nampak bingung.
"Loh kok? Apa aku salah rumah ya?" gumam ibu itu sambil memperhatikan lingkungan sekitar.
"Siapa?" tanya Christian ikut ke depan mencari tahu siapa yang datang ke rumahnya pada jam segini.
"Christ, ini ibu!" seru ibu itu. Laura bingung dengan jawaban ibu itu karena setahu dirinya Christian sudah tidak punya orangtua.
"Siapa wanita ini Christ?" tanya ibu itu sambil melirik Laura.
"Dia istriku bu. Dan ini perkenalkan Ibu Ratna adalah ibu mertuaku Laura," ucap Christian. Laura lalu meraih tangan ibu itu dan mencium punggung tangannya. Tapi Ibu Ratna tampak tidak senang melihat menantunya sudah menikah lagi.
"Kamu sudah menikah lagi Christ??"
"Iya bu, sudah beberapa bulan yang lalu. Mari masuk dulu. Laura tolong ambilkan minum," perintah Christian yang langsung dikerjakan istrinya itu.
Ibu Ratna memperhatikan Laura dari ruang tamu.
"Kamu sudah melupakan anak ibu?" tanya Ibu Ratna yang seolah tidak menyukai jika menantunya menikah lagi.
"Bukan begitu bu, selamanya Luna tetap memiliki tempat di hati Christian. Tapi Christian juga perlu melanjutkan hidup bu," jawab Christian mencoba menjelaskan kepada ibu mertuanya. Tidak lama Laura datang dengan membawa minuman dan menaruh gelas itu di meja.
"Ibu mau bicara berdua dengan kamu Christ," ucap Ibu Ratna. Christian lalu memandang Laura seolah memintanya untuk meninggalkan mereka berdua. Laura yang paham lalu beranjak dari tempat itu dan naik ke tangga menuju kamar. Ia tidak tahu apa yang ingin dibicarakan mertua suaminya itu.
"Ada apa bu?" tanya Christian setelah Laura pergi meninggalkan mereka.
"Ibu, dalam masalah lagi Christ, kamu bisa kan bantu ibu?" tanya Ibu Ratna memelas.
"Berapa yang ibu butuhkan?" tanya Christian seolah sudah tahu apa maksud tujuan ibu mertuanya menemui dirinya malam itu. Bukan sekali dua kali Ibu Ratna meminta uang pada Christian meski anaknya Luna sudah meninggal dari kapan tahun.
Ibu Ratna bekerja di tempat karaoke sebagai pelayan di sana. Meskipun usianya tidak lagi muda, tapi wajahnya masih cantik dan terlihat awet muda. Karena itu ia masih digunakan di tempat itu. Tapi seringkali ia ikut berjudi dan membuat masalah dengan teman-teman di tempat kerjanya. Lalu ia akan selalu menyombongkan menantunya yang kaya raya. Sehingga saat kalah judi dia akan meminta uang kepada Christian untuk membayar hutangnya itu.
Christian sendiri tidak sengaja bertemu Lunaa saat ibunya akan menjadikannya sebagai penebus hutang karena sudah berkali-kali kalah berjudi. Untung saja saat itu Christian memergokinya saat ia melakukan survey lokasi untuk syuting iklan klien perusahaannya. Dan bisa menyelamatkan Luna dari niat buruk ibunya sendiri.
Setelah Christian melunasi hutang Ibu Ratna, ia lalu semakin dekat dengan Luna hingga jatuh hati padanya.
"10 juta saja. Kamu ada kan nak Christ?" tanya Ibu Ratna.
Christian menghela napasnya. Bukan berarti ia tidak mau membantu ibu mertuanya. Tapi dia baru saja membeli sebuah kafe yang tentunya tidak murah dan juga belum lama ini menggelar pernikahan dengan Laura. Uang 10 juta menjadi berat di keluarkan untuk seseorang yang sudah bukan siapa-siapanya. Apalagi untuk membayar kekalahan judinya.
"Kenapa? Kamu gak mau membantu ibu lagi? Karena sekarang sudah punya istri lagi? Istrimu melarangmu mengeluarkan uang untuk orang lain?" tanya Ibu Ratna bertubi-tubi.
"Bukan begitu bu.. Ya sudah, ibu tunggu di sini. Christ akan ambilkan uang untuk ibu," ucap Christian lalu beranjak menuju brankas yang ada di lemari bajunya. Saat ia masuk ke dalam kamar, dia melihat Laura yang duduk di pinggiran tempat tidur. Christian tidak enak untuk menceritakan masalah ini pada Laura, akhirnya dia memilih diam dan langsung menuju brankasnya untuk mengambil uang.
Laura memperhatikan Christian yang tidak berbicara apa-apa padanya. Dia dengan jelas melihat suaminya itu mengambil uang yang jumlahnya tidak sedikit lalu langsung turun dari kamar. Laura mengikutinya dari belakang dan bersembunyi di balik tembok tangga. Ia menyaksikan suaminya memberikan uang itu kepada ibu mertuanya dulu.
"Ini bu. Christ harap ibu segera menghentikan hobi berjudi ibu. Karena Christ gak bisa selalu membantu ibu. Christ juga punya kebutuhan lain bu," kata Christian sambil memberikan uang itu kepada Ibu Ratna.
"Kamu sudah berubah Christ. Semenjak menikah lagi dengan wanita lain. Kamu sudah gak menganggap ibu ini ibumu lagi. Dan juga kamu begitu cepatnya melupakannya Luna anak ibu," ucap Ibu Ratna sebelum akhirnya dia meninggalkan rumah menantunya itu.
Christian menunduk dan mengusap kepalanya. Sepertinya obat penenang yang barusan ia minum tidak akan bekerja setelah mendengar kata-kata dari ibu mertuanya tadi.