Sera salah tingkah dan menyadarkan pandangan nya."Aku pergi dulu ya sebentar berkeliling disini?" ucap Keenan.
Sera mengangguk pelan. Kemudian laki-laki itu pergi melihat barang-barang dan tak segan bertanya pada pegawai yang sedari tadi mengikutinya.
"Mba tolong bungkus semua baju dan peralatan yang di butuhkan ketika akan melahirkan! Keperluan bayi dan ibunya. Anak saya kembar jadi pilihkan masing-masing dua." titah Keenan.
Mendengar ucapan itu para SPG segera mengangguk dan mengerahkan semua pegawai, Sera yang sedang asik memakan strawberry nya hanya melihat saja para pegawai itu sibuk pontang-panting.
Keenan segera pergi menghampiri Sera. "Sudah?" tanya Sera.
Keenan mengangguk. "Sedang di siapkan, kita duduk saja disini." Keenan membuka kancing jas yang digunakan nya kemudian duduk di samping Sera.
Tangan Sera refleks mengambil satu buah strawberry dan memasukkan nya kemulut Keenan. Dan lelaki itu juga langsung mengunyah nya. Setelah sadar apa yang dilakukan mereka. Sera melirik begitupun Keenan.
"Manis, enak!" Ucap Keenan.
Sera tertawa sembari menelan ludah.
Selang sekitar satu jam tak terasa, seorang pegawai menghampiri Keenan dan memberikan bon pembayaran nya. Keenan segera mengeluarkan sebuah kartu hitam dari dompetnya. Kartu yang di bandroli no limited itu hanya di miliki beberapa orang saja di negara ini.
Total rinciann yang harus di bayar Keenan adalah 117.000.000 barang itu memang sangat terkenal mahal dan bagus, tak tanggung-tanggung dia membeli semua keperluan untuk calon anak-anak.
Para pegawai mengucapkan terimakasih dan segera membantu Keenan membawa barang belanjaan nya. Dilihat sangat banyak, Keenan juga memesan jasa pengirim barang. "Kamu beli apa?" tanya Sera yang tidak tau apa-apa.
"Batang untuk keperluan kamu, nanti di antar ke rumah."
"Kenapa tidak kita bawa sekarang?"
"Sempit mobilnya, kita kan bawa banyak strawberry!"
Ah Sera melirik barang belanjaan dari supermarket dan memang banyak, itupun Keenan yang memilihnya.
"Apa kamu lapar?" tanya Keenan.
"Tidak, kamu?"
"Aku ingin makan sebelum pulang, boleh temani aku?"
Sera mengangguk, ia tak nyaman juga sampai membuat Keenan lupa makan.
Mereka menuju sebuah restoran serba daging. Wangi masakannya tercium ketika mereka baru melangkahkan kaki ke dalam restoran itu.
Keenan menginginkan tempat VIP. Dan pramusaji menyuruh mereka memasuki sebuah ruangan yang hanya bisa di tempati sekitar 4 orang saja, namun mereka memakainya untuk dua orang.
Menu spesial sudah dipesan oleh Keenan. Walau Sera sudah menolak, ia tetap memesan menu yang sama untuk gadis itu.
Setengah jam berlalu, makanan sudah datang dan di sajikan. "Ah, aku sudah bilang tidak makan." ucap Sera lirih.
"Aku ingin kamu menemaniku, setidaknya biarkan makanan itu ada di depanmu." jawab Keenan.
Suap demi suap Keenan mulai menyantap menu daging yang di sajikan itu. Sera menatap kenikmatan yang dirasakan Keenan.
Baru saja ia mengedip Keenan menjulurkan tangannya, Sera berefleksi membuka mulut dan mengunyah daging di mulutnya.
Seketika mereka langsung menatap karena serasa Dejavu dengan kejadian tadi di toko perlengkapan bayi.
"Makan, jangan malu! Anak kita menginginkannya."
Lagi-lagi ucapan Keenan membuat Sera menatap pria itu. Sera benar-benar merasa sebagai seorang istri.
Ia pun kini menyantap makanan yang sedari tadi menggoda imannya.
Benar saja, makanan Sera habis lebih dulu di banding Keenan. "Enak?" tanya Keenan.
Sera mengangguk.
"Tidak masalah lagian kamu makan buat bertiga!" kata Keenan.
Mendengar itu Sera sedikit tida malu. Ia mengelus perut besarnya. "Ah, enak sekali! Anak Mama kenyang ya," lirihnya. Tanpa sadar didepan Keenan.
"Ayo pulang" Keenan tersenyum.
Melihat Sera kesusahan berdiri setelah makan. Keenan segera menghampirinya. "Ayo aku bantu!" Ucapnya, sembari menempatkan tangannya di lengan Sera.
"Hei, ada apa?" tanya Keenan, melihat Sera mematung.
Gadis itu menggelengkan kepalanya lemah. "Aku malu!" lirihnya.
Keenan hanya tersenyum. Di tetap membantu Sera berjalan keluar. Mereka mampir ke kasir untuk membayar.
Setelah selesai membayar pun Keenan kini memegang tangan Sera, satu tangannya membawa kresek berisi strawberry tadi.
Mereka bahkan berjalan seperti biasa, bagaikan pasangan pada umumnya.
"Apa hari ini senang?" tanya Keenan, melirik Sera yang mengelus-elus perutnya.
"Ia, tapi kaku ku langsung pegal jika pergi berjalan lama."
"Ah, langsung istirahat nanti ya!" Titah Keenan.
Sera mengangguk.
Mereka akhirnya sampai di rumah. Sera melihat ke arah rumahnya. Ayah serta Kakaknya sedang sibuk memasukkan barang.
"'Ini punya siapa?" Tanya Sera.
"tadi ada yang mengantar satu mobil katanya dibeli oleh Keenan." jawaban ayahnya.
Sera langsung menatap Keenan.
"Ini semua kamu yang pesan? dari toko tadi?" Sera kaget.
Keenan mengangguk.
"Ini sangat mahal dan terlalu banyak Keenan."
"Ah, aku akan membantu!" Teriak Keenan, ia tidak mendengar kan ucapan Sera, dan membantu pak Jenay.
Keenan membuka jas nya, kemudian menggulung kemeja yang dikenakannya se sikut. Ia sangat antusias, bahkan merakit box baby!
Sera tersenyum simpul melihat kelakuan Keenan.
Akhirnya jam sudah menunjukan pukul 8 malam, Keenan benar-benar tidak terlihat lelah melakukan banyak hal.
David datang karena mencari bos nya itu. "Pak, dari tadi saya telpon tapi tidak angkat telpon! Tuan besar nyariin!"
Keenan berhenti merakit barang-barang yang dibelinya. "Nanti saja bahasnya, sekarang kamu bantu rakit ini." Keenan tidak peduli ucapan David.
Marwah tersenyum melihat kedua pemuda itu tidak akur. Namun mereka tetap bekerja sama.
Sera masuk ke kamarnya kemudian ia tertidur. Lelah nya benar-benar membuat tubuhnya bereaksi.
Setelah jam menunjukkan pukul 9, Keenan pamit pulang pada pak Jenay dan Marwah. Ia tidak melihat Sera.
Pak Jenay mengerti apa yang dicari pria itu. "Sana, mungkin Sera di kamarnya."
Keenan izin untuk menghampiri Sera sekedar pamit. Pintu kamarnya itu terbuka. Keenan melihat Sera tertidur di atas ranjang nya yang kecil. Tampak nafasnya sedikit tidak nyaman karena perutnya. Keenan mengambil bantal hamil dan menaruhnya di samping Sera.
Seketika ia berlutut dan memandang perut Sera. "Nak, Papa pulang dulu ya! Besok kalo gak sibuk, papa kesini lagi." lirih Keenan. Perasaannya tambah campur aduk begitu melihat perut Sera bergerak-gerak. Bayi-bayi itu tampak mendengar ucapan Ayahnya.
"Anak pintar!" ucap Keenan sembari tersenyum. Ia hampir meneteskan air mata karena terharu.
Dia keluar dari kamar Sera. Namun pak Jenay memanggilnya. "Nak Keenan, bisakah kita mengobrol sebentar saja?" tanya pak Jenay.
Keenan mengangguk. Dan Marwah mengerti atas pandangan Ayahnya. Ia akhirnya pergi keluar bersama David yang mengekor.
David sebenarnya merasa tidak enak berada di dekat Marwah yang selalu emosi ketika dekat dengannya.
Pak Jenay menyuruh Keenan duduk.
"Nak, saya mau bicara sesuatu padamu!"
Keenan mengangguk. Tatapan pak Jenay tampak sangat serius, membuat Keenan memasang telinga nya baik-baik.