Hari terus berganti selama Dua Minggu sudah, Sera dan Haikal bergantian menjaga Keenan. Tak jarang Sera menangis sebari membersihkan tangan kekasihnya yang masih tergeletak tidak sadarkan diri itu.
Ayah Keenan beberapa kali datang menengok, dan selalu berujung menggoda Haikal untuk sementara menggantikan Keenan di hotel.
Rupanya ia juga menyewa seorang mata-mata untuk membuntuti Sera dan kenyataan pun terpampang didepan mata, dimana Sera tinggal di rumah Haikal bersama anaknya yang tidak lain berarti adalah cucunya.
Saat Haikal giliran menjaga Keenan Ayah nya kembali datang datang, dan menanyakan tentang mengapa Sera bisa tinggal dirumahnya.
Haikal menjelaskan alasannya, ditambah keluarga Sera yang baik padanya juga sehingga ia mau menampung Sera! "Apa kamu menyukai Sera?" tanyanya lagi.
Hal itu membuat Haikal mengangkat wajahnya, ia tahu betul sikap Ayahnya yang sangat licik. "Kenapa bertanya seperti itu?" tanya nya.
"Keenan adalah ayah dari anaknya, diasedang koma, Ayah akan menyuruh gadis itu pergi."
Haikal melihat mata Ayahnya yang tidak main-main, " jangan sentuh dia, aku akan menjaganya selama Keenan belum siuman," tampak kemarahan di wajah Haikal.
"Lindungilah, jika kamu ingin melindungi dia, kamu juga harus melindungi perusahaan," ucap ayahnya dengan ancaman, lalu meninggalkan Haikal begitu saja.
Haikal sangat gelisah, entah apa hal mengerikan yang bisa dilakukan Ayahnya, namun ia begitu mencintai profesi nya.
Tapi mendengar jaminan keselamatan Sera, membuat ia benar-benar sakit kepala.
Haikal berniat mendiskusikan nya dengan Sera, ia tidak mengatakan alasan sebenarnya, namun ia hanya beralasan menjaga perusahaan sampai Keenan benar-benar pulih.
"Turuti Ayahmu kali ini, aku juga setuju. Sampai Keenan enar-benar sembuh, aku yakin dia akan segera bangun Kak," Sera meyakinkan Haikaluntuk menggantikan Keenan.
"Kamu tahu Sera, aku harus merelakan mimpiku sebagai guru, apakah kamu tahu karena apa, aku ingin melindungi mu," lirihnya dalam hati.
Hari-hari terus berlanjut Sera harus mengatur waktu untuk anaknya juga untuk Keena, sementara di hotel Haikal sudah mulai bekerja Ayahnya langsung yang memperkenalkan nya.
Tidak Keenan atau haikal para anak sang CEO itu membuat hati para karyawan perempuan berdegup kencang.
Ditambah Haikal memakai setelan jas yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah, dari ujung rambut, rahang sampai ujung kakinya.
Tapi nyatanya Haikal lebih kompeten dari ucapan nya, baru hari pertama Haikal menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
"Sera ,haruskah kita makan siang bersama? kamu kan Sekretaris ku, dan hari ini aku sudah bekerja banyak." ucap Haikal di balik telepon.
"Hem aku masih di rumah sakit dan sepulang dari sini aku akan langsung ke rumah, takut Serkan menangis."
Sera di suruh datang ke hotel sebentar setelah. menerima telepon itu
"Ok, buatkan aku makan, aku mau makan disini!" Ucap Haikal begitu Sera datang, lalu berlalu duduk di sofa.
Ia heran melihat sikap Haikal namun ia hanya melakukan titah CEO baru itu.
Hidangan disiapkan nya dalam 10 menit.
"Hanya ada ini, aku selalu menikmatinya walau hanya mie instan dan double telur," Sera menaruh masakannya di atas meja.
"Kamu tidak makan?" tanya Haikal.
Ia menggeleng, "aku makan nanti di Rumah Sakit," jawab nyam
"Besok giliran ku, istirahat yang benar dirumah dan jangan banyak pikiran!" Kata Haikal.
Sera kembali ke mejanya menyelesaikan semua tugasnya yang menumpuk, padahal Haikal ingin sekali makan dengan gadis itu.
Gadis itu benar-benar langsung pergi ke Rumah Sakit setelah memasak, dia tidak lupa menelpon anaknya dan mengajak bcarauntuk bersikap baik pada mbok Darmi selama ia jarang pulang ke rumah.
Meskipun Keenan erbaring lemas, Sera tidak sama sekali tak beranjak jauh dari ranjangnya, ia membawakan beberapa buku dan membaca nya didepan Keenan.
Saking seringnya ia di Rumah Sakit, semua Suster dan Dokter hampir hapal dengan wajahnya, sesekali ia akan membawa minuman untuk para pegawai medis itu, agar mereka juga dengan baik mengurus Keenan.
KIa sampai mendapat julukan ROMANTIC GIRL dari para staff Rumah Sakit itu.
Haikal dan Sera emakin dekat, dua bulan sudah mereka bekerja bersama, ia menyadari Haikal sangat kompeten, namun yang haikal sadari adalah Sera yang semakin kurus karena tidak memperhatikan makanan nya.
Keadaan Keenan yang terbaring koma di ranjang Rumah Sakit, benar-benar membuatnya terpukul.
Jam menunjukan pukul 5 waktunya pulang bekerja, Haikal dan Sera menemaninya hari ini untuk meeting.
Ia tidak mungkin menolak, karena selama ini Haikal selalu menyuruhnya pulang lebih dulu untuk menjaga Keenan.
Kania sedang menyusui Serkan tiba-tiba ponsel nya bergetar, melihat nomor seorang Suster yang merawat Keenan memanggilnya, membuat perasaannya berdegup kencang. "Halo Sus, ada apa?" tanya Sera khawatir.
"Pak Keenan siuman!" Ucap Suster itu.
Tangan Sera langsung lemas, ponselnya terjatuh bersamaan dengan tangannya di atas meja, Haikal langsung panik melihat keadaan Sera. "Kenapa Ser?" Tanya Haikal melihat ia berlari keluar setelah menaruh Serkan di kasur.
"Suster meneleponku Keenan siuman," Sera berkata terengah-engah, air matanya menetes begitu saja.
"Keenan kenapa?" tanya Haikal memastikan.
"Dia siuman, akhirnya waktu ini datang Di, bisa antar aku ke Rumah Sakit sekarang?" pinta Sera, setelah menitipkan lagi Serkan.
"Keenan sadar?" jawab Haikal lirih.
Sera langsung bangkit dan membereskan barang-barangnya, Ia kemudian berjalan lebih dulu dibandingkan Haikal yang terpaku melihat gadis itu semakin jauh darinya.
Di mobil Sera terus tersenyum lebar, dan menatap foto Haikal di ponselnya, Adi sesekali melirik gadis yang bersamanya.
Sampai didepan Rumah Sakit, ia berlari lebih dulu, menuju ruangan nya. Banyak sekali Suster disana, juga beberapa Dokter spesialis. Begitu ia datang terengah-engah, semua orang menatapnya. Sera langsung melihat Aditya yang sedang duduk diatas ranjang, tidak ada selang lagi di hidung maupun dada nya, hanya saja kepalanya masih dibalut kain kasa, karena luka akibat benturan yang masih belum sembuh.
"Apa kamu mengenal gadis ini?" tanya salah satu Dokter, menunjuk Sera yang baru saja datang.
Keenan melihat wajah Sera dengan seksama, lalu ia menggeleng, "Tidak!" Lirih Keenan, lalu mengalihkan pandangannya.
Sera membelalakan matanya, tas yang ia jinjing jatuh begitu saja, ia bertanya-tanya apa yang terjadi, mengapa Keenan bilang tidak mengenalinya.
"Keenan! ini aku Sera!" Ucapnya dengan lembut.
"Aku hanya ingat namaku, dan sepatu hitam yang dikenakan gadis itu!" Keenan menunjuk seorang perempuan yang berdiri di samping ranjangnya.
Semua suster menatap wajah nya dengan kesal, melihat Sera yang sangat terpukul. "Saat aku pertama bangun, aku melihatnya sedang mengelap tanganku, aku rasa dia yang selalu ada disini selama aku koma," Keenan mengatakan itu didepan semua orang yang ada disana.
Sera hampir ambruk seketika, untung saja Haikal ada di sana dan menahan gadis itu, ia melirik Haikal dan menggeleng lemas dengan air mata yang sudah mengalir begitu saja.
Haikal mengangguk pelan, mencoba mengerti keadaan.
"Yasudah sementara ini, jangan buat pasien terlalu banyak mengingat kejadian itu, nanti ingatannya akan kembali seiring berjalannya waktu, tidak ada masalah untuk organ tubuhnya, mungkin sementara kakinya akan sulit digerakkan karena kaku," Ucap Dokter, setelah itu semua orang keluar, juga Suster-suster yang menatap iba pada Sera.