Chereads / FOREIGN MAN / Chapter 23 - KECELAKAAN

Chapter 23 - KECELAKAAN

Gadis cantik itu, susah payah menahan gejolak hatinya yang rapuh, sebisa mungkin menahan air mata yang terus mendesak ingin keluar dari pelupuk mata indahnya.

Pikirannya sudah pergi kemana-mana, sampai akhirnya ia sampai di Rumah Sakit yang disebutkan David, dimana Keenan dirawat.

Setelah menanyakan di pusat informasi, ia kemudian menuju ruangan yang dimaksud, kakinya tidak mampu berjalan dan ia menangis dengan lutut yang jatuh menekuk, rasa sakit dilutut nya tidak lebih sakit dengan hatinya.

Ia membuka sepatu hak tinggi yang dipakainya, berusaha mengangkat tubuhnya kembali, dengan tangan yang berpegangan pada dinding lorong Rumah Sakit itu.

Kakinya berhenti didepan pintu sebuah kamar pasien, dengan tangan gemetar ia berusaha menguatkan hatinya, dan perlahan pintu pun bergeser.

Ia melangkahkan kaki tak beralas nya itu, dan masih memegang kedua sepatu ditangannya.

Tubuhnya menunduk, menopang diri dengan kedua tangan nya di ujung ranjang pasien, lelaki yang dicintainya terbujur kaku dengan selang yang peralatan medis ditubuhnya.

Sera menaruh sepatunya dilantai, kini ia menyentuh tangan Keenan yang terdapat selang infus, "Keen, bangun! Aku minta maaf, seharusnya aku ikut denganmu."

Tak kuasa menahan air matanya kini ia terduduk lemas kembali, dengan lutut yang ditekuk, wajahnya tenggelam di tangannya, Isak tangisnya sesekali terdengar bersautan dengan suara mesin detak jantung Keenan.

Suara ponsel membuat Sera merogoh tas kecilnya. Terlihat nama Haikal di sana! Dia juga hampir lupa jika meninggalkan Serkan terlalu lama barangkali anaknya menangis.

"Halo Kak!" Ucap Sera terbata-bata.

Menyadari suara gadis itu sangat parau Haikal langsung panik. "Ser, are you okay? kenapa?," tanya Haikal

"Keenan kritis di Rumah Sakit, dia kecelakaan kemarin," Sera tidak mampu lagi melanjutkan kata-katanya.

"Apa? di Rumah Sakit mana?" Haikal tak kalah panik.

Sera menyebutkan Rumah Sakit itu, dan ia segera pergi, meninggalkan jam pelajaran mengajar nya disekolah.

Ayah Keenan masuk keruangan putranya berada, Sera yang sedang duduk di samping ranjang putranya,mengangkat wajahnya. Sesekali ia mengerjap, seperti melihat wajah paruh baya yang kini berjalan ke arah nya.

"Sera?"

Sera berdiri dan membungkuk sopan. Namun. ketakutan menyergap.

"Kamu yang mengakibatkan ini, karena dia menemui mu kemarin."

Mendengar itu Sera merasa tidak enak, karena itu.

"Maaf pak, saya tidak tau!" Sera gelagapan.

"Tidak apa-apa, kamu bisa disini menemani Keenan kalau kamu mau!" Lanjutnya di luar dugaan Sera, hatinya mulai koyak melihat putra nya kini tertidur tanpa reaksi.

Jika itu membuat Keenan lebih baik, mungkin restunya akan ia kasih sekarang juga. Sebelum kejadian ini, keenan baru saja bertengkar dengannya di rumah, perkara restu hubungannya dengan Sera.

Sera tidak bisa berkata-kata, setiap ia mengucapkan sepatah kata, air matanya ikut keluar bersamaan dengan hirup yang keluar dari mulutnya.

Pak Pratama merasa Sera memang anak baik yang dipilih anaknya, hatinya terketuk melihat gadis itu tidak memakai alas sepatunya dan juga dengan mata sangat sembab.

Tidak lama pintu Rumah Sakit kembali tergeser, Haikal masuk dari sana, melihat Sera dan Ayahnya.

"Ayah!" Haikal memanggilnya dan membuat laki-laki paruh baya itu menengok.

"Haikal? kenapa kamu disini?" tanya nya kaget anak dari istri keduanya ada disini.

"Kania teman SMA ku, dan aku dengar kak Keenan kecelakaan!" Jelasnya.

"Kakak mu sedang berjuang untuk bangun, ayah sangat kebingungan memikirkan perusahaan."

Haikalmenaikan satu alisnya, bagaimana bisa Ayahnya mengkhawatirkan perusahaan dibanding putranya sendiri.

"Berhenti mengajar disekolah itu, dan bergabung di perusahaan," katanya.

"Ini bukan saatnya membahas itu Yah, kak Keenan sedang sakit!" iamenegaskan.

Orang tua itu diam dan engangguk pelan, dan melangkah keluar melewati Haikal yang berdiri di ambang pintu, lalu menepuk bahunya, "Pikirkan lagi, Ayah mohon sekali ini saja selama Keenan sakit dan kembali ke perusahaan."

Kata-kata pak Ayahnya dinilai Haikal sedikit egois, pemuda manis itu berjalan ke arah nya, "Istirahat aku akan menjaga kak Keenan!" ucap Haikal.

"Serkan apakah dia menangis?"

"Si mbok akan memberinya susu, jangan khawatir!"

Sera menggeleng, "Aku akan menemaninya, aku akan minta maaf ketika dia bangun."

Haikal melihat keadaan sera yang berantakan, mata sembab nya dan kakinya yang tidak memakai alas. Laki-laki itu keluar sebentar dan segera kembali, membawa obat P3K.

Dia memegang bahu Sera yang sedang berdiri, dan membuatnya duduk di kursi, Haikal menekuk satu lututnya. "Kamu boleh khawatir sama kak Keenan,, tapi perhatikan juga dirimu, apa menurut mu kak Keenan tidak akan marah jika melihatmu seperti ini? menyiksa dirimu!" Haikal membuka kotak peralatan medis itu, dan mengambil plester untuk kedua lutut nya yang sedikit berdarah.

"Aku seharusnya mengikutinya, atau seharusnya aku ikut dengannya kemarin, ini tidak akan terjadi," Sera kini menangis dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Haikal hanya sedikit mendongak, melihat wanita yang ia sayangi menangisi lelaki yang tidak lain adalah kakak nya.

"Aku rasa Ayah tidak akan menemani kak Keenan ia sudah tua dan juga mengkhawatirkan perusahaan, aku akan berjaga disini sampai Kakak siuman, baru aku akan pergi jika dia bangun."

"Aku juga mau disini!" Lirih Sera, sebari melirik Keenan.

"Kita harus bergantian, kamu butuh istirahat demi Serkan dan aku harus mengajar, kita juga harus memperhatikan kesehatan kita," ucap Haikal.

Sera tidak menjawab dan hanya menatap wajah Keenan yang masih belum menunjukan tanda-tanda ia akan siuman.

"Terimakasih Ka,untuk semua pengertian dan bantuan mu, aku banyak mengandalkan mu."

"Haruskah sekarang aku senang atau sedih Sera? aku tidak mungkin senang melihat kakak ku sakit, tapi aku juga berpikir bisa berada disisi mu dan bisa kamu andalkan!" Lirih nya dalam hati.

Ucapan itu hanya ia simpan dalam hati, dan hanya mengangguk didepan Sera.

"Aku akan pulang dan bilang pada mbok menyiapkan baju ganti untukmu, hari ini kita akan menjaga kak Keenan bersama, besok baru kita atur jadwalnya," Haikal menyarankan itu pada Sera

"Iya, terimakasih Ka. Kamu istirahat saja dulu dirumah!"

Haikal menscroll ponsel pintarnya beberapa saat, dan terlihat ia menerima panggilan, ia tidak mengalihkan penglihatannya dari wajah Keenan.

Selang 30 menit kemudian Haikal pergi keluar ruangan itu, dan kembali dengan membawa sebuah paper bag. "Ayo makan, kamu juga harus kuat jika mau tidur disini!" ia makan di kursi penunggu pasien di ruangan itu.

Fasilitas lengkap tersedia diruangan husus super mahal itu. Perut nya memang sudah berkoar-koar, walau tidak bernafsu makan setidaknya Sera merasa ia tidak boleh sakit, akhirnya ia berjalan mendekat ke arah Haikal.

Haikal mengeluarkan dua buah kotak bento, dan menyantap makanan itu, sedangkan Kania mengunyahnya dengan sesekali air matanya ia usap.

Menangis ketika makan, adalah hal yang pernah Kania alami juga jika rindu pada Ayahnya, dan kecelakaan Keenan cukup memukul pikirannya, mengingat orangtuanya meninggal karena kecelakaan, sejauh yang Sera tahu.

Haikal hanya terdiam, tidak mengucapkan kata semangat atau iba pada nya, karena ia sangat tau apa yang dirasakan gadis itu.

Menangis itu bukan karena kita mau, tapi tanda dari reaksi dalam dada yang tidak dapat kamu bendung, bukan hanya bahagia, sakit, luka, atau memendam sesuatu yang ingin dikatakan, juga salah satu pertanda penyebab air mata menyeruak keluar dari pelupuk mata.

"KA, apa dia akan bangun? apa dia lapar?" tanya Sera disela-sela tangisnya.

"Dia akan bangun, kak Keenan adalah laki-laki kuat."