Sera membuka matanya! Ia melihat Keenan yang sedang menatap perutnya dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Sera.
"Dia benar-benar anakku," jawab Keenan.
Sera berusaha bangun dari tidurnya dan duduk. "Ini jadwalku mengecek kandungan untuk melakukan USG, kamu malah mengajakku kesini, aku harus pergi!" Sera tampak terburu-buru.
Ia turun dari ranjang, namun Keenan lebih cepat meraih tangan Sera. "Ayo check di Rumah Sakit ini saja, aku ingin melihatnya." pinta Keenan.
Sera merasa tidak tega melihat tingkah Keenan, dan hanya mengikutinya. Sera mulai memasuki ruangan Dokter untuk melakukan USG. Dia berbaring dan Dokter mulai membuka perut Sera dan mengolesi nya gel, setelah tubuh bagian bawahnya di tutupi selimut.
Keenan berdiri di samping Sera menatap monitor, yang mulai menampilkan gambar dua bayi dengan posisi berbeda. "Nah ini dia bayinya, sehat ya semuanya! Ibunya harus banyak istirahat agar ukuran bayi nya bisa seimbang ya, jangan banyak pikiran!" Ucap Dokter.
Mata Keenan terpaku melihat dua mahluk hidup dari layar monitor, mereka adalah Sarah dagingnya.
"Sekarang kita dengarkan detak jantungnya ya!" ucap Dokter, kemudian mendekatkan sebuah alat gelombang ultrasonik untuk mendengar detak jantung bayi-bayi itu.
Deg, deh! Suara jantung bayi itu seakan memanggil Keenan dengan sebutan Ayah! Entah mengapa batin kebapakan laki-laki yang hanya mementingkan bisnis itu mulai tersentuh. Dadanya mulai sesak begitu mendengar detakan jantung sang bayi.
Keenan berlari keluar meninggalkan Sera. Sera menatap kepergian Keenan begitu saja.
"Apa ini, kenapa dadaku sakit sekali!" Keenan menepuk-nepuk dadanya dengan keras begitu keluar dari ruangan Dokter.
Ia membungkukkan tubuhnya menghadap dinding, beberapa orang yang melihatnya tampak bingung. Air mata Keenan mengalir begitu saja, ia tidak menyangka akan mengalami perasaan seperti ini.
"David! Bisakah kamu datang ke Rumah sakit, aku akan mengirim alamatnya. Cepat!" Titah Keenan.
Dalam kurun waktu 10 menit David sudah tiba disana dan segera menghampiri bos nya.
"Vid, tolong!" Ucap Keenan, David tampak panik mengira Keenan kena serangan jantung.
"Kenapa? ini kenapa?" David panik tak tau apa yang akan di katakan nya.
"Antarkan Sera ke rumahnya, sekarang! Jika dia bertanya, bilang aku sudah pulang karena ada urusan." Pinta Keenan.
"Apakah dia anakmu?" tanya David membuat Keenan mengangkat wajahnya.
Keenan mengangguk pelan, kemudian memegang matanya yang sudah memerah setelah menangis itu.
David menghampiri Sera yang keluar dari ruangan Dokter kandungan. "Ser, aku antar ke rumahmu!" Ucap David.
"Hem," Sera mengangguk, ia menatap sekeliling mencari Keenan namun tak menemukannya.
"Keenan pergi karena ada urusan!" Jawab David, ia tampak mengerti maksud tatapan Sera.
Mereka pergi dari Rumah Sakit. Keenan menatap kepergian Sera dari balik dinding di ujung pintu Rumah Sakit. Ia masih tak menyangka kejadian seperti ini.
Sera sampai ke rumah kemudian Ayah nya bertanya tentang kejadian yang diceritakan Marwah. Namun Sera lebih menutup diri karena itu terlalu mengagetkan juga untuknya.
Keenan kembali ke hotel dengan sejuta pikiran yang menggangu nya. Detakan jantung bayi-bayinya itu terus terngiang. David masuk ke ruangan Keenan setelah mengantar Sera pulang.
"Hei, jadi bagaimana?" tanya David.
"Entah, aku tidak bisa berhenti memikirkan mereka." jawab Keenan.
"Mereka?"
"Sera hamil anak kembar!"
"Wah, seperti impianmu,"
Jawaban David membuat Keenan menatap wajahnya. Ia terpikirkan sesuatu, tentang dirinya yang pernah berkata pada David tentang keinginannya memiliki anak kembar.
Marwah kembali bekerja keesokan harinya. Keenan yang tadinya tidak pernah menyapa Marwah intens, kini ia memberanikan diri, bahkan ia memberikan sebuah bingkisan besar di dalam kotak kepada Marwah. "Titip untuk Sera!" ucap Keenan dengan lirih. Ia bahkan tak keberatan memberikannya ketika banyak orang melihat mereka.
Para karyawan hotel mengira Keenan tertarik pada Marwah, sehingga membuat mereka berdebat dibelakang Keenan.
Marwah merasa sedikit risih namun ia tak banyak berkomentar, ia merasa hal itu berhak dilakukan Keenan sebagai Ayah dari calon keponakannya nanti.
Saat jam pulang, Keenan memanggil David untuk mengantarkan Marwah pulang karena harus membawa banyak bingkisan yang ia titipkan itu. Marwah awalnya menolak, namun David dengan cepat mengambil alih.
Sehingga mereka pergi bersama, lagi-lagi membuat para teman Marwah berpikir macam-macam.
"Kenapa menolak, lagi pula itu kebaikan pak Keenan?" ucap David.
Marwah yang berada di sampingnya enggak menjawab ucapan David dan hanya memalingkan wajahnya saja.
"Apa kamu kesal terhadap kejadian ini?" tanya David lagi.
"Tentu, dia adikku satu-satunya. Aku bahkan tidak terpikirkan hak ini akan ia alami, dia anak yang baik bahkan setelah kepergian ibu kami dia tidak pernah mengeluh sedikitpun dan menjadikan aku dan Ayah lebih tegar." Jawab Marwah. Membuat David melirik ke arah wanita di sampingnya.
"Hem, aku juga sudah tidak memiliki ibu. Ayah Keenan menyekolahkan ku dan bekerja di hotelnya, Keenan juga anak baik, dia juga tidak memiliki ibu sama sepertiku. Walau dia suka pergi ke tempat seperti club malam atau apapun, dia tidak pernah berhubungan dengan wanita, itu kali pertamanya dengan Sera!" Jelas David.
Marwah sedikit tak percaya, bisa saja ucapan David hanya membagikan bos nya itu.
"Bagaimana denganmu, pandangan mu terhadap lelaki?"
"Aku tidak tertarik."
Jawaban Marwah hampir membuat David melonjak, gadis itu kembali ke mode judes nya. David menggelengkan kepalanya begitu melihat Marwah seakan tak peduli.
David membantu Marwah mengeluarkan bingkisan dari mobilnya. Kemudian pamit.
Sera keluar dari kamar, ia melihat kakaknya susah payah membawa barang-barang itu.
"Kak, bawa apa?" tanya Sera.
"Titipan dari Keenan untukmu."
Marwah menaruhnya di atas meja. Sera hanya diam, ia menyuruh Kakaknya saja yang menbuka.
Begitu Marwah membukanya, ia kaget karena ada susu kehamilan sampai bantalan untuk ibu hamil agar nyaman ketika tidur.
"Wah, ini sangat mahal! Bahkan hanya satu terjual sebulan sekali di toko ku." lirih Marwah.
Melihat semua itu membuat Sera kesal, seharusnya Keenan tidak berjuang keras setelah meninggalkan nya di Rumah Sakit. Ia benar-benar tidak ingin Keenan terlalu ambil alih untuk anakknya nanti.
Sera menelpon Keenan untuk datang. Hal itu membuat Keenan sangat bahagia karena akan melihat gadis itu beserta calon bayinya.
Namun kenyataannya. Begitu ia tiba, Sera sangat marah dan membanting barang yang di berikan Keenan. "Aku mohon bea semua kembali, aku tidak membutuhkan nya."
"Kenapa?" tanya Keenan, melihat Sera begitu berapi-api.
"Jangan pernah memberikn apapun, aku akan melahirkan anak-anak ku dan jangan pernah menemui kami." Jawab Sera.
Ucapan nya menembus dada Keenan dan membuatnya sakit. "Aku ingin bertanggungjawab." ucap Keenan.
"Berhenti mengatakan apapun, aku tidak akan membiarkan kamu menjadi Ayah mereka, aku melewati semuanya sendiri! Dan sejak itu tidak ada seorang Ayah untuk anak-anak ku."
Sera memasuki kamarnya dengan membanting pintu. Keenan menatap kepergian gadis itu. Pemandangan itu dilihat oleh Marwah dan Ayahnya yang merasa tidak enak atas apa yang terjadi. Namun itu diluar kendali mereka untuk ikut campur. Namun sebagai seorang Ayah ia tetap harus menjadi penengah yang baik untuk anaknya.