Keenan pergi ke rumah Sera karena ia tidak bisa lagi menahan diri, pikirannya di hantui rasa bersalah setiap saat.
Ia melihat ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur di depan rumah Sera. Namun belum ia turun dari mobilnya, ucapan para ibu-ibu itu membuat Keenan kesal.
"Eh anak bungsu pak Jenay si Sera ternyata hamil di luar nikah, lakinya gak tau siapa!" ucap ibu satu yang sedang memilih kangkung.
"Benar saya lihat perutnya sudah membesar, anak gak tau diri malu-maluin orangtua padahal dia anak yang baik ya dulu, mungkin karena gak di besarkan oleh ibunya," timpal ibu lainnya.
Mendengar ucapan terakhir itu membuat Keenan bergidik kesal. Bukan salah ibu gadis itu tidak membesarkan nya, perasaan Keenan berkecamuk.
Sera keluar dari rumah, sepertinya ia tidak menatap kedepan dan tidak menyadari ada ibu-ibu yang sedang menghibahkan nya.
"Eh Sera mau kemana? sudah besar ya hamilnya!" ucap ibu-ibu tadi dengan wajah mengejek.
Melihat Sera tertekan, Keenan keluar dari mobilnya. "Ser, ayo masuk! Aku akan mengantarmu."
Suara bisik-bisik ibu-ibu itu semakin menjadi.
"Kamu kenapa disini?" Sera tambah kaget mendapati ada Keenan disana.
"Ayo!" Keenan meraih tangan Sera dan membantu dia memasuki mobilnya.
Keenan kembali ke arah pedagang sayur. "Pak saya mau borong sayur bapak selama 1 bulan, bagikan pada semua warga di daerah sini." Ucap Keenan.
"Beneran mas? saya gak salah denger?" jawab bapak penjual sayur yang sedari tadi diam itu mendengar ibu-ibu ghibah.
Keenan mengeluarkan satu gepok uang seratus ribuan. "Tentu ini uangnya! Tapi tolong bapak mangkal di tempat lain, kasian jika istri saya harus mendengar fitnahan seperti itu. Tidak baik untuk kandungannya, saya suaminya!"
Mendengar itu para ibu-ibu langsung terdiam. Dan melihat Keenan kembali memasuki mobilnya kemudian pergi dengan Sera.
"Tuh makannya jangan suudzon, ada suaminya Bu ibu!" Ucap si bapak tukang sayur.
"Ganteng banget, kayanya buka orang kita ya! Wajahnya bule banget, mana pake mobil mewah."
"Tapi kata si Nisa anak saya, si Sera emang punya pacar bule! Tapi dia gak tau si Sera udah nikah, tau-tau udah hamil aja."
"Udah-udah bubar aja! Mulai besok gratis masak sebulan lumayan Bu ibu!" kata tukang Sayur.
"Gila, kaya banget ya tuh cowok."
Sudah di tampar dengan kenyataan mulut Keenan, ibu-ibu itu masih memiliki bubuk kebencian dengan bergibah.
"Kamu mau kemana?" tanya Keenan, ia fokus pada kemudinya.
"Ke Rumah Sakit!" Jawab Sera.
Tanpa bertanya lagi Keenan melakukan mobilnya menuju rumah sakit mewah yang pernah ia kunjungi bersama Sera.
"Ken, aku tidak ke rumah sakit ini!"
"Aku ingin mengecek sesuatu sekarang, bisakah aku minta kerja samanya?" jawab Keenan.
Sera sudah tau Kakaknya jujur pada Keenan tentang bayi yang dikandungnya. Namun ia sedikit kesal pada Keenan yang bahkan tidak percaya sampai titik akhir.
Mereka masuk dan tanpa mengantri memasuki ruangan Dokter kandungan. Keenan menjelaskan tentang apa tujuannya kesana. "Tapi, jika kita melakukan tes DNA pada ibu hamil, dilakukan dengan mengambil cairan amnion atau air ketuban melalui prosedur amniosentesis atau dengan chorionic villus sampling yang mengambil sampel jaringan plasenta. Itu memiliki resiko yang besar, saya tidak menyarankan!" ucap Dokter.
Hal itu membuat Sera berkeringat dingin, Keenan juga merasa tak adil nantinya apapun hasilnya itu akan merugikan kedua belah pihak.
"Jadi apa ada cara lain yang lebih cepat dan aman?" tanya Keenan.
"Ada, pengambilan darah dari ibunya tetapi itu membutuhkan banyak sekali darah karena DNA janin yang tidak banyak jika dari aliran darah,"
Lagi-lagi jawaban Dokter membuat Keenan berpikir ulang.
"Tidak apa-apa Dok, saya mau itu saja jika memang hasilnya akurat dan cepat!" Jawab Sera, membuat Keenan menatapnya.
"Kamu serius?"
"Aku benar-benar akan melakukannya! Tapi apapun hasilnya aku mohon jangan ganggu hidupku lagi, mau dia anakmu atau bukan aku harap kamu tidak menggangu kami." jawab Sera menampar Keenan.
Perasaannya campur aduk saat itu juga, ia memang mendengar Sera yang baik hati dan lugu! Keenan berpikir, ketidak percayaan nya menyakiti hati Sera.
Dokter pun mempersilahkan Sera untuk memasuki tempat pengambilan Sempel DNA dari bayi-bayi nya.
Sera tidur di bangsal, dan Dokter mulai mengambil darahnya untuk kepentingan pengecekan. Memang membutuhkan cukup banyak darah, hal itu membuat Sera tampak menahan sakit. Keenan menatap perempuan itu.
Setelah Dokter selesai mengambil darah, Sera di pindahkan ke ruangan perawatan karena permintaan Keenan untuk menjaga kestabilan Sera.
Ia menemani Sera di sana, Ia juga menelpon David untuk mengabari Marwah bahwa adiknya sedang melakukan tes DNA.
"Marwah, bisa bicara sebentar?" ucap David. Mereka pergi ke kedai kopi di samping hotel.
"Bicara apa?" jawab Marwah begitu David membawakan dia segelas kopi dengan tumpukan cream.
"Sera sedang di rumah sakit, dia sedang melakukan tes DNA, jadi jangan khawatir jika malam ini dia tidak pulang!" jelas David.
Marwah langsung berdiri. "Apa kamu bilang? tes DNA? apakah kalian tau itu berbahaya pada ibu yang sedang hamil, apakah kalian setidak percayanya pada Adikku?"
Reaksi Marwah diluar dugaan, ia berlari meninggalkan David tanpa menyentuh kopi yang ia belikan.
Marwah menelpon Sera selagi dia berjalan.
"Dek, kamu dimana? jangan lakukan itu, itu berbahaya!" ucap Marwah panik begitu teleponnya di angkat Sera.
"Kak, Adek baik-baik aja, ini pengambilan darah ko bukan lewat ketuban!" Jelas Sera, dia tahu betul Kakaknya akan mengira kemungkinan terburuk karena dia anak kesehatan.
Mendengar itu Marwah sedikit tenang, ia hanya perlu menjelaskan nya baik-baik pada sang Ayah.
Hari berlalu cukup cepat, Sera memakan makanan Rumah Sakit untuk mengembalikan stamina tubuhnya karena pengambilan darah.
Dimalam hari Keenan melihat Sera tertidur di ranjangnya dengan terus bergerak kesana kemari, tampaknya Sera susah bernapas karena perutnya yang semakin membesar.
Keesokan harinya Keenan tertidur di sofa, suara ketukan di pintu membuatnya terbangun. Ia membuka pintu dan mempersilahkan Dokter masuk, ia melirik Sera yang masih terlelap tidur.
"Eh Dok bagaimana hasilnya?" tanya Keenan.
Dokter memberikan sebuah berkas dengan map putih tulang berlogo nama Rumah Sakit. Keenan mengambilnya dan mengeluarkan isi kertas itu.
99,9% adalah hasil yang terlihat di selembar kertas itu. Keenan membelalakan matanya. "Apa berarti anak itu adalah anakku?" tanya Keenan.
Dokter mengangguk. "Selamat pak, semoga bayi kembarnya sehat sampai lahiran, namun hari ini ibunya harus sering istirahat karena tampaknya darahnya dibawah standar sangat rendah!" Jawab Dokter, kemudian pergi meninggalkan Keenan.
Keenan berjalan menghampiri Sera. Ia menatap wajah yang tersorot sinar matahari. "Apa kamu melewati hal ini sendirian!" Lirih Keenan, ingin rasanya menyentuh perut Sera yang terlihat bergerak sendiri, pertanda bayi-bayinya menendang dari dalam, hal itu membuat dada Keenan berdegup kencang.