"Apa maksudmu?" tanya Marwah kesal ketika David membahas kalung itu lagi.
Ia bahkan belum percaya bahwa Keenan lah laki-laki yang menghamili Adiknya.
"Ah tidak, maafkan aku." jawab David kemudian diam dan pamit.
Jam sore berakhir dan Marwah segera pulang ke rumah. Kerumunan di rumahnya membuat ia berlari dari kejauhan. "Ada apa ini?" tanya Marwah.
"Alah Kakak sama Ayah sama saja, menutupi kehamilan Adiknya. Bagaimana bisa perempuan sok alim ini bisa hamil tanpa suami." Ucap ibu-ibu berkerudung merah yang terlihat sangat antusias berbicara.
Padahal ia terlihat baik dengan pakaian yang menutup tubuhnya, tapi tidak mulutnya.
Marwah sangat tidak tega melihat ayahnya yang hampir menjatuhkan air mata, namun ia tau lelaki paruh baya itu menahan karena harga dirinya.
Marwah berlari ke arah kamar Sera. Ia mendobrak pintu kamar Adiknya itu. "Sera! Sudah cukup kita membiarkan Ayah terluka," Ucap Marwah. Pandangannya tertuju pada saputangan dengan huruf K juga liontin di leher Sera.
Marwah dengan cepat merebut saputangan itu dan menarik liontin di leher Adiknya. Kemudian ia segera berlari keluar. "Kak, mau kemana kak jangan Kak!" Teriak Sera. Namun Marwah tidak menghiraukannya.
"BUBAR bubar sekarang juga!" Teriakan Marwah membuat semua orang kaget termasuk sang Ayah, dan benar-benar membuat orang-orang bubar.
Marwah tidak latah arang, ia kembali melanjutkan langkahnya kemudian pergi ke hotel menggunakan motor sang Ayah yang menggantung kuncinya. "Nak kamu mau kemana?" Teriak pak Jenay khawatir dengan anak sulungnya.
Marwah tiba hanya dengan perjalanan 20 menit karena memacu gas motornya dengan kecepatan tinggi. Ia memarkirkan motor nya di depan Lobby yang membuat David membelalakkan matanya karena menghalangi para tamu.
"Marwah, motornya jangan di sana!" David berucap namun di hiraukan oleh Marwah. Ia terus melangkahkan kakinya ke ruangan Keenan.
BRAK!!! Suara pintu itu di gebrak oleh Marwah, membuat Keenan hampir tersentak.
"Sudah cukup aku melihat Adikku menderita, kini aku harus melihat Ayah menanggung malu terus menerus. Ucapan Marwah membuat Danar bingung. "Ada apa ini?" tanya Keenan, ia bangkit dari duduknya sementara Marwah mengepalkan tangannya di atas meja sembari berdiri.
David masuk dengan berlari ke ruangan Keenan. "Marwah, apa-apaan kamu ini!" Teriak David melihat Marwah kurang ajar masuk tanpa permisi.
"Kenapa? apa aku salah. Kalian disini santai sedangkan keluarga ku hampir ketakutan setiap hari!" Mata Marwah membulat sempurna karena kesal.
"Apa maksudmu aku masih tidak mengerti!" Keenan kembali berucap.
Marwah mengeluarkan barang dari jaketnya. "Ini yang kamu cari, dan ini milikmu juga kan!" Marwah mengeluarkan liontin milik Sera juga dengan saputangan dengan inisial nama Keenan di atasnya.
"Kenapa kamu memiliki ini?" tanya Keenan, kini ia penasaran dibuatnya.
"Perempuan pemilik liontin ini adalah Adikku Sera, dia adalah perempuan yang tidur bersama mu di Turki! Dia kini hamil anakmu dan kamu tidak mengenalinya?"
Keenan memundurkan langkahnya, ucapan Marwah benar-benar membuat jantung nya hampir berhenti berdetak.
"Dia adalah Sera adikmu?" tanya Keenan, pandangannya memikirkan wajah Sera 7 bulan lalu, kemudian wajahnya baru-baru ini, pantas saja terlihat familiar. Tapi apakah dia hamil anaknya masih menjadi misteri untuk pikiran Keenan.
David yang kini berdiri di belakang Marwah juga tak kalah kaget.
"Dia Adikku yang polos, dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun bahkan sangat di sayangi oleh Ayah! Namun setelah kepulangannya, keceriaan nya tidak pernah ada lagi! Dia bahkan tidak pernah tersenyum dan mencoba mengakhiri hidupnya beberapa kali, tapi dia kini tetap mempertahankan anakmu! Laki-laki yang bahkan tidak mengenalinya." Marwah terus menunjuk-nunjuk wajah Keenan.
Amarahnya hampir meledak, bahkan sudah meledak. Dadanya sesak dan Marwah memutuskan pergi saja dari sana dengan linangan air mata yang terus ia hapus walau tau akan terus keluar.
"Dav, dia gadis itu?" lirih Keenan.
"Aku sebenarnya sudah tau, namun aku ku itu hanya akan menghalangi pekerjaan mu saja Keen!" jawab David.
"What?" Keenan kaget lagi dengan jawaban David yang ternyata sudah tau bahwa Sera adalah gadis itu.
Keenan memegang saputangan miliknya, ia terus mencari kain itu dan ternyata Sera yang memilikinya.
"Apakah dia benar-benar mengandung anakku Vid? bagaimana bisa kami hanya melakukan kesalahan satu kali!''
David mematung, ia memang tau itu Sera! Tapi ia tidak tau jika Sera mengandung anak Keenan.
Keesokan harinya Marwah masuk kerja seperti biasa, namun ia bahkan tidak menatap wajah David dan Keenan. Ia juga tidak menegur Sera di rumah, adiknya itu terus menyembunyikan kebenaran dan enggan meminta pertanggungjawaban dari Keenan.
Marwah kemudian di panggil oleh David untuk menghadap ke ruangan Keenan! Bagaimana pun dia harus profesional dalam bekerja.
Ia memasuki ruangan Keenan, hanya ada mereka berdua saja! Marwah duduk di depan Keenan yang mengepalkan kedua tangannya di atas meja namun tenang. Wajahnya kusut tampak ia seperti tidak tidur dan banyak pikiran.
"Aku memanggilmu ingin menanyakan sesuatu, bisakah kamu menjawab?" tanya Keenan.
Marwah mengangguk.
"Aku melakukan itu dengan adikmu karena kesalahan, kita memang harus bertanggungjawab! Tapi aku tidak mengenal baik adikmu, kita hanya melakukannya sekali!" Ucapan Keenan seakan tak percaya bahwa bayi yang dikandung Sera adalah anaknya.
"Apa menurut mu adikku melakukannya dengan orang lain?" Sera menatap Keenan seakan tak percaya.
"Bukan itu maksudku, tapi ini kali pertama aku melakukannya dengan seorang perempuan,"
"Haha, jangan bercanda! Saya tau bapak sering pergi keluar untuk sekedar bersenang-senang! Sera adalah jackpot bagi anda bukan? dia gadis lugu! Tapi dia tetap melindungi anakmu, jika kamu tidak ingin bertanggungjawab tidak masalah, lupakan dia lagi pula mereka mungkin akan hidup lebih baik tanpa mengetahui Ayahnya."
Ucapan Marwah seakan menampar perasaan Keenan. "Mereka?" tanya Keenan.
"Ya, Sera mengandung anak kembar! Setidaknya jika kamu memang brengsek, coba untuk menemani dia check ke Dokter atau jaga dia sampai lahiran, Sera melewati waktu yang sulit, belum tetangga kami yang terus menyudutkan dia karena tidak memiliki suami."
Marwah meninggalkan Keenan begitu saja, menjelaskan tentang Adiknya pada pria itu membuat dia ingin mencabik wajah Keenan.
David masuk kembali ke ruangan Keenan. "Apa wanita itu masih marah-marah?" tanya David.
"Siapa yang tidak akan marah jika tau Adiknya hamil oleh pria di depannya!" jawab Keenan.
"Lalu bagaimana sekarang?" tanya David.
"Aku akan mengikuti test DNA untuk membuktikan dia anakku atau bukan. Aku harus mengetahui itu, aku memang mendapatkan kegadisannya tapi aku tidak tahu itu bayi siapa!"
"Tapi usia kandungannya sama dengan lamanya kejadian itu," jawab David.
"Diam!" Keenan dibuat kesal oleh jawaban David.
Kehamilan Sera yang baru saja ia temui itu membuat kepalanya ingin pecah.