Sera pulang ke rumahnya dengan kepala yang serasa ingin pecah. "Lelaki itu benar-benar tidak mengingat apa yang kita lakukan malam itu!" Sera benar-benar marah pada dirinya sendiri, ia mengutuk dirinya bodoh.
Paska pertemuan itu 2 bulan berlalu, kini perut Sera sudah terlihat mencuat! Ia bahkan sudah tidak pernah keluar rumah dan lebih banyak berdiam diri di kamar. Pak Jenay yang biasanya aktif berorganisasi di masyarakat, ia memilih banyak menghindar karena banyak warga yang menanyakan keberadaan Sera, dari pada ia harus berbohong, lebih baik ia menghindari para tetangganya itu.
Sera membuka lemari baju, kini ia kebingungan memakai baju apa! Perutnya tidak bisa ia sembunyikan lagi dibalik sweater ataupun gamis yang ia punya!
"Ayah, Sera izin pergi sebentar mau beli baju!" ucap Sera.
"Apa kamu tidak masalah bertemu dengan warga?"
"Sera usahakan tidak bertemu dengan mereka, Sera akan menghindari nya,"
Dengan khawatir pak Jenay mengizinkan anak gadis nya itu pergi. Sera hampir seperti pencuri, ia mengendap-endap berjalan menunggu kendaraan umum yang lewat, ia juga berdoa agar tidak berpapasan dengan tetangganya.
Mall di daerah selatan menjadi pilihannya, dimana mall itu jauh dari rumah. Sebuah toko menjadi sasaran Sera, walaupun sedikit mahal Sera tetap membelinya.
Di pertengahan mall sebelum Sera keluar, ia melihat restoran penjual kebab yang ramai, air liurnya keluar begitu saja! Sera pun masuk kesana ia kemudian ikut mengantri.
Tiba gilirannya. "Saya pesan kebab black paper!" ucap Sera yang ternyata samaan dengan lelaki di sampingnya.
Sera menoleh pada laki-laki itu.
"Maaf kak black paper nya sisa 1 saja, mau pesan yang lain?" tanya pegawai itu.
"Tidak, saya mau yang itu saja," Sera kekeuh dengan pesanan nya.
"Hei bukankah kamu gadis waktu itu!" tanya Keenan.
Sera hampir tak mengenali Keenan karena gaya rambutnya yang berbeda.
Keenan menoleh pada Sera. "Hei, apa maksudmu? aku memesan lebih dulu."
"Baik ambil saja!" jawab Sera lirih, ia kemudian pergi dari restoran kebab itu.
Keenan tetap berdiri dan memesan, gadis itu tidak jadi membeli kebab karena ia menginginkan rasa black paper, ditambah berdiri di depan lelaki yang menghabiskan malam dengannya membuat Sera sakit kepala.
Perutnya yang besar membuat ia pegal sekali dan memutuskan duduk di depan Mall sebentar. Keenan keluar dari sana sembari menggigit kebab yang baru saja ia beli, dan menunggu David menjemputnya.
Pemandangan yang ia lihat adalah Sera sedang mengelus perut besarnya. Hal itu membuat ia berhenti memakan kebab nya. "Apakah dia hamil?" lirih Keenan.
Tiba-tiba Sera yang sedang duduk itu terlihat merintih kesakitan sembari memegang perutnya. Orang-orang disekitarnya hanya berdiri melihat, dan terlihat panik namun tidak ada tindakan.
Keenan langsung menghampiri Sera. "Hei kenapa?" Keenan bingung, Sera memegang Keenan di bagian lengannya! Remasan itu membuat Keenan mengerti Sera kesakitan.
Suara klakson mobil membuat Keenan menoleh, dan itu David. Tanpa aba-aba ia langsung menggendong Sera memasuki mobilnya.
Ia juga memasukan barang belanjaan gadis itu, namun ia melupakan kebab nya.
"Cepat ke rumah sakit!" Keenan terdengar panik. Dan David langsung menginjak pedal gas mobilnya.
Keenan melihat Sera menengadahkan kepalanya yang bercucuran keringat. Ia memberanikan diri mengambil tisu dan menyeka keringat Sera.
Remasan Sera di tangan Keenan membuat ia kini memegang area perut Sera yang membesar itu, ia mengelus nya dengan pelan!
Melihat Sera mengendorkan pegangannya membuat ia mengerti itu membuat sakitnya sedikit ringan.
Tiba-tiba tatapan mata Keenan tertuju pada tangan yang sedang mengelus perut Sera. Sebuah tendangan-tendangan kecil dari dalam membuat tangannya berhenti mengelus guna merasakan.
"Anaknya bergerak, tapi perasaan apa ini! Mengapa aku senang sekali?" Batin Keenan.
Mereka tiba di Rumah Sakit, itu ada di bilangan Jakarta Selatan juga. Dan menjadi salah satu rumah sakit mewah yang terkenal karena fasilitas dan harganya yang selangit.
Sera segera mendapat pertolongan pertama.
Setelah Dokter keluar dan menjelaskan Sera baik-baik saja. Keenan segera masuk ke ruangan itu. Ia melihat Sera duduk di sana.
"Udah baikan?" tanya Keenan langsung.
"Kenapa kamu selalu menolongku?" jawab Sera dengan tatapan tajam pada Keenan.
"Hanya kebetulan, aku tidak melihat kamu sedang hamil ketika di restoran kebab! Itu membuatku jadi tidak enak," celetuk Keenan.
Tidak lama David datang ke ruangan itu bersama seorang pria yang memakai stelan warna putih membawa peralatan kompor dan pemanggang.
Sera mengernyitkan dahinya. Seakan mengerti dengan kebingungan gadis itu. Keenan segera membuka mulutnya. "Ini chef di hotel ku! Dia akan membuatkan mu kebab sekarang," ucap Keenan.
"Hah?" Sera sampai menggelengkan kepalanya. "Kebab? di rumah sakit?" Sera benar-benar tak percaya, bagaimana bisa memasak di dalam ruangan.
Tidak lama David yang datang bersama chef itu setelah di suruh Keenan, langsung membantu chef menyiapkan meja untuk memasak.
Keenan yang mengenal pemilik Rumah Sakit ini karena kerja samanya, meminta izin memasak kebab selama kurang lebih setengah jam dan ia mendapatkan izin itu.
Sera dibuat takjub dengan pemanggang kebab asli Turki yang dibawa Keenan! Wangi masakan nya membuat Sera menelan saliva nya beberapa kali.
Kebab berukuran super besar dengan rasa black paper, masih panas dan dadakan itu akhirnya jadi dan ditaruh di sebuah piring berukuran besar.
"Astaga, ini seriusan?" tanya Sera, ia bahkan lupa bahwa dirinya membenci Keenan! Kebab itu membuat perasaan benci nya hilang.
Keenan yang memberikan piring berisi kebab itu.
Begitu Keenan memberikannya! Ia membantu memasangkan meja makan di ranjang rumah sakit itu untuk Sera. Ketika wajahnya berada dekat, Keenan tiba-tiba berhenti, wajah Sera seakan benar-benar sangat familiar.
"Ke ke kenapa?" tanya Sera terbata-bata.
Keenan membuyarkan lamunan nya. "Ti tidak!" jawabnya.
Keenan menaruh piring berisi kebab itu di depan Sera. Ia langsung menyantap kebab di depannya. Hal itu membuat Keenan terkekeh melihatnya.
David izin pulang untuk mengantar Chef itu lagi. Keenan duduk di sofa sembari menyilangkan kakinya dan membaca tabloid.
Wajahnya yang tersorot sinar matahari dari sela-sela kaca, membuat Sera menatapnya. "Dia tampan, mungkin anakku akan semenarik wajahnya!" batin Sera.
"Astaga Sera, sadar-sadar!" Sera menyadarkan dirinya.
Setelah kebab nya habis, Keenan membantu Sera yang kehausan, ia memberikan segelas air putih padanya. Lagi-lagi tatapan Keenan membuat Sera risau.
"Berapa usia kandungan mu?" lirih Keenan.
"6 bulan!" jawab Sera.
Tatapan Keenan benar-benar membuat Sera kelabakan sampai gelas yang dipegangnya sedikit bergetar.
Keenan kembali duduk sembari menunggu cairan infus Sera habis.
1 jam berlalu, akhirnya Sera sudah bisa pulang. "Bukankah ini mahal? aku akan membayar nya nanti, bisakah aku mencicilnya saja?" risau yang di rasakan Sera adalah cara membayar Rumah Sakit mewah itu.
"Tidak perlu, aku sudah membayarnya! Ayo pulang, aku akan mengantarmu."
"Tidak usah, aku akan naik taksi!"
Tiba-tiba Keenan memegang lengan Sera.
"Sera!" mulut Keenan mengeluarkan ucapan itu. Memanggil nama Sera yang langsung membuat ia melirik ke arah lelaki yang menyentuh nya.
Panik bercampur aduk di dalam hati Sera.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Pertanyaan dengan sorot mata penuh introgasi itu, membuat Sera hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya.
"Apa ini, tidak mungkin dia ingat! Tidak mungkin dia tau."
Sera semakin berperang dengan pikirannya sendiri, ia berusaha tenang walau aslinya tidak begitu. Keenan masih dalam posisi sama menunggu jawaban Sera.