Chereads / FOREIGN MAN / Chapter 11 - FIRST MEET

Chapter 11 - FIRST MEET

"Mana es kopi ku?" tanya Keenan, melihat David kembali dengan tangan kosong.

"Aku menabrak seseorang, dan es nya jatuh membasahi bajunya." jawab David.

Gelak tawa langsung terdengar dari mulut Keenan, setelah mendengarkan penuturan temannya itu.

David hanya duduk tanpa kata. "Wajah gadis itu sangat femiliar! Seperti mirip seseorang tapi siapa dan dimana aku pernah melihatnya." lirih David.

"Wah baru dua hari di Indonesia, sudah terpikat gadis Asia rupanya kau!" timpal Keenan.

David melirik Keenan sedikit kesal karena selalu menganggap nya becanda.

1 bulan berlalu, Keenan dan David mulai sering bepergian mengelilingi kota metropolitan di Indonesia itu. Ya, Jakarta memang tidak ada matinya, mau jam berapa pun itu jalanan pasti akan padat, hujan maupun tidak.

David dan Keenan memutuskan pergi ke museum terkenal di daerah Jakarta barat dan menyusuri setiap arsitektur nya. Banyak sekali orang menatapnya, selain tampan sudah pasti stylish Keenan mencuri perhatian.

"Apa kamu tidak merasa seperti model? aku rasa baju mu terlalu berlebihan untuk sekedar jalan-jalan," David membisikan suaranya di samping telinga Keenan.

"Bukankah ini bagus, jas ini di buat spesial di Itali!" jawab Keenan.

David menggelengkan kepalanya, bukannya mau liburan dan berkeliling, Keenan malah seperti mafia dari negri Eropa. Namun laki-laki itu tampak terpesona pemandangan yang dilihatnya, dan tidak menghiraukan orang-orang yang memperlihatkan nya.

Sera sekarang lebih banyak menetap di rumah dan ia keluar dari pekerjaannya. usia kandungannya kini sudah memasuki usia 3 bulan.

Perutnya belum terlihat namun Sera lebih sering muntah-muntah di pagi hari, setiap hari ia merasa bersalah karena melihat ayahnya yang bahkan kini tidak berbicara dengannya, hanya sekedar mengangguk atau berdehem.

Sera izin pergi pada ayah nya, hanya untuk sekedar berjalan-jalan karena ia merasa stres. Ia pergi melihat keramaian, orang-orang lalu lalang di depannya, banyak yang bercanda bersama pasangan bahkan keluarga kecilnya. Hal itu membuat Sera menyentuh perutnya dan mengusap beberapa kali.

Baru saja ia akan melangkah kan kakinya, terik matahari benar-benar membuat kepalanya pusing, orang di hadapannya bahkan tidak terlihat jelas.

Brakkkk Sera tumbang.

Sera terbangun 2 jam kemudian, ia melirik sekitarnya, kamar besar yang dengan interior mewah adalah pemandangan pertama yang dilihatnya begitu membuka mata.

"Ah, dimana ini," lirihnya, ia bangkit kemudian duduk di tepi ranjang.

Handle pintu terbuka, membuat Sera menatap ke arahnya. "Hei sih bangun?" ucap lelaki yang baru saja membuka pintu.

Tatapan Sera begitu tajam. Air matanya seakan ingin sekali tumpah saat itu juga.

"Tadi aku bingung akan membawa mu kemana, jadi aku bawa kesini!" lanjutnya sembari melangkahkan kaki mendekati Sera.

"Siapa namamu?" Ucap Sera langsung, tanpa melepaskan pandangannya sedikit pun.

"Aku? Keenan, kamu mengenalku?" tanya nya.

Hati Sera nyeri saat itu juga, bagaimana bisa lelaki didepannya ini sudah lupa dengan gadis yang ia renggut keeprawanan nya 3 bulan lalu. Kini Sera mengetahui nama pemilik sapu tangan itu setelah memikirkan kan nya selama ini.

"Keenan, apakah kamu selalu membawa wanita yang baru kamu temui ke hotel?" lanjut Sera.

"Hei, apa maksudmu? aku tidak punya tujuan lain dan hotel ini adalah...."

Ucapan Keenan di potong oleh Sera. "Hotel untukmu bersenang-senang bukan? lelaki buaya," Sera tiba-tiba tersulut emosi.

Keenan yang mengernyit kan dahinya kini semakin dibuat pusing oleh Sera. "Aku menolong mu karena pingsan, bagaimana bisa kamu memaki ku?"

Sera semakin membelalakan matanya, Keenan benar-benar seperti sangat tidak mengenalnya. "Lelaki buaya, pantas saja dia membawaku ke hotel, sepertinya dia hanya suka bersenang-senang kemudian melupakan wanita-wanita yang di tidurinya." Batin Sera.

Sera bangkit kemudian menabrak tangan Keenan yang sedang berdiri, kemudian berjalan keluar dari ruangan itu.

Begitu Sera keluar dari sana ia berpapasan dengan David. Sera juga hanya melewati nya begitu saja, "Bukankah dia pegawai hotel!" lirih Sera hampir tak terdengar namun ia tetap melanjutkan langkahnya.

"Bos, kenapa dia seperti marah?" tanya David pada Keenan yang sedang mengurut kepalanya.

"Kau yang menyuruhku membawa gadis itu kesini, lalu dia memaki ku begitu saja! Ini semua salahmu," Keenan kini memarahi David kemudian pergi keluar.

"Padahal aku ingin mengatakan sesuatu, bukankah gadis itu mirip perempuan yang tidur bersamanya saat di Turki!" lirih David, ia berkecamuk dengan pikirannya.

Sera kemudian pergi dan melewati Lobby. "Sera?" panggil seseorang, membuat gadis itu memastikan bahwa pendengarannya tidak salah, kemudian menoleh.

"Kak Marwah!" jawab Sera, kaget kenapa Kakaknya berada di hotel.

"Kamu kenapa disini?" tanya Marwah.

"Tadi aku pingsan dan seseorang membawaku kesini, kakak kenapa disini?"

"Kakak sekarang kerja disini, di hotel ini juga ada Apotek!" jelas Marwah.

"Ah, iya" Sera baru ingat tentang cerita kakaknya itu.

"Apa kamu baik-baik saja, mual?"

Sera menggeleng, ia sedih membuat kakaknya berpikiran tentang ia dan kehamilannya, rasa bersalahnya semakin menjadi.

David dari kejauhan melihat Marwah dan Sera mengobrol. "Ah sudah kuduga, si gadis galak itu mirip dengan seseorang, dan ternyata mereka adik kakak, tapi apa Keenan masih peduli dengan gadis yang ditidurinya?" David bertanya pada dirinya sendiri.

"Ya sudah kamu langsung pulang ya, hati-hati!" titah Marwah, Sera pun pergi dari hotel itu.

"Ah sudahlah pusing!" David akhirnya kembali melakukan pekerjaannya.

Keenan membaringkan tubuhnya di atas kasur. "Kenapa wajahnya seperti aku pernah tau, tapi dimana?" Keenan teringat Sera dan ucapan kasar nya tadi.

David mendatangi apotek di hotel itu karena kepalanya sedikit pusing. Kebetulan Marwah yang berjaga. "Aku butuh obat sakit kepala!" ucap David, tanpa kata Marwah memberikan 1 lembar obat berisi 12 tablet kepada David.

"Hei bukankah kamu harus ramah pada orang yang datang kesini, bagaiman bisa kamu akan membuat pengunjung hotel nyaman!" ucap David.

Lagi-lagi Marwah tidak menggubris. Tiba-tiba sepasang suami istri paruh baya datang ke apotek itu, mereka pengunjung hotel.

"Selamat siang, istri saya perutnya sakit! Sepertinya magh nya kambuh," jelas suaminya yang berdiri sembari memegangi tubuh sang istri.

"Oh begitu, bapak punya obat yang biasa dikonsumsi atas anjuran Dokter? jika punya akan saya Carikan obat yang sama!" Marwah menyunggingkan senyumnya dan berbicara dengan ramah.

Bapak itu memberikan bungkusan obat yang sudah kosong, kemudian Marwah mencarikan obat tersebut. "Ini pak, usahakan makan dulu nasi setelah itu baru obatnya bisa dikonsumsi, semoga lekas membaik," ucap Marwah.

"Terimakasih, saya betah menginap disini dengan pelayanan pengobatan 24 jam." jawab bapak tersebut kemudian pergi keluar.

David yang melihat itu langsung menatap Marwah, namun gadis itu memberikan tatapan tajam seakan akan menggigit leher David. David yang merasa ngeri itupun keluar dari Apotek.

"Apakah dia masih marah atas kejadian kopi itu? dia memiliki dua sikap ganda dalam waktu bersamaan," lirih David pelan, sembari berjalan.

David kembali menoleh sebelum akhirnya keluar dari area Apotek. "Ah, mereka benar-benar sangat mirip," lirih David lagi, mengingat wajah Sera dan Marwah yang memang bak pinang dibelah dua.